Hutan rimbun dengan dedaunan hijau. Angin sepoi-sepoi melewati sepanjang hutan. Hiduplah seekor rubah yang hidupnya penuh pertanyaan. Bulunya berwarna oranye dipadukan dengan mata yang indah.Rubah itu bernama Lala. Belakangan ini, Lala mendengar dari hewan hewan dan tumbuh-tumbuhan lainnya bercerita tentang hutan awan yang penuh keajaiban. Letaknya di ujung hutan sana. Ia sangat ingin kesana.
Keesokan paginya, Lala pergi ke ujung hutan untuk mencari keberadaan hutan awan ajaib. Saat mulai perjalanan, Lala bertemu dengan Burung Hantu bijak yang bernama Owel.
“Hei, Lala! Kamu ingin ke mana?” tanya Owel.
“Aku mau ke ujung hutan, mau cari hutan awan ajaib, ” ujar Lala.
Owel terkejut dengan jawabannya, Owel langsung menggelengkan kepalanya.
“Jangan pergi ke sana, jalannya sangat berbahaya kalau kamu sendirian, Lala,” Owel sangat khawatir dengan Lala, kalau benar Rubah Kecil itu pergi ke sana sendirian, itu sangat berbahaya.
“Kau benar, Owel. Tapi aku tetap ingin pergi ke sana,” tanggap Lala yang sangat ingin pergi kesana. Owel hanya mengembuskan napas, ia memutuskan untuk pergi bersama Lala.
“Kamu sendirian akan berbahaya, aku akan ikut menemanimu,” ucap Owel kepada Lala.Mata Lala berbinar, perasaannya sangat senang ibaratkan anak kecil yang mendapat permen.Lala pun langsung mengiyakan usulan Owel, mereka pun pergi berjalan bersama.
Di awal perjalanan masih mudah bagi mereka, tapi saat ingin melewati arus sungai yang deras, itulah tantangan pertama mereka.Kalau salah menginjak, bisa saja mereka terbawa arus deras sungai itu. Saat mereka memikirkan cara untuk menyeberangi sungai, datanglah seekor kura-kura dan kelinci. Kura-kura itu bernama Kio dan kelinci itu bernama Tata.
“Sedang apa kalian di sini?” tanya Kio ke mereka berdua.
“Kami ingin menyeberangi sungai deras ini untuk pergi ke ujung hutan,” ucap Lala.
“Buat apa kalian ke ujung hutan? Perjalanan ke sana sangat curam, itu sangat berbahaya untuk kalian!” ujar Tata Sang Kelinci.
“Aku tahu, Tapi aku ingin pergi ke hutan awan ajaib! Aku sangat penasaran, makanya aku ingin ke sana,” sahut Lala. Kio dan Tata pun pasrah untuk melarang mereka pergi ke sana.
“Baiklah, sebenarnya kami juga ingin pergi kesana, tetapi karena takut jadi kami ragu untuk kesana. Bolehkah kami ikut bersama kalian?” Lala dan Owel saling menatap.Tanpa berpikir panjang, mereka langsung mengiyakan permintaan Kio dan Tata. Mereka berempat memulai perjalanan. Mereka menyeberangi sungai yang dipimpin oleh Tata, Sang Kelinci lincah.Melewati sungai sudah, mereka menyeberanginya dengan aman.
Perjalanan terus berlanjut, hingga mereka akhirnya hampir sampai di ujung hutan. Kawasan itu sangatlah gelap. Cahaya matahari enggan menyinari hutan itu. Mereka terus berjalan dengan perasaan takut.Lala terus menenangkan semua temannya agar tidak takut. Lala emang terkenal hewan yang tak pernah kenal rasa takut. Dia adalah hewan yang sangat ceria, baik, dan sangat penasaran pada hal apapun.
Rintangan kedua di mulai. Ada dua jalan, kanan dan kiri. Lala, Owel, Kio, dan Tata bingung harus memilih jalan yang mana. Kalau mereka salah jalan, mereka akan tersesat di hutan yang gelap ini, dan tidak bisa kembali ke rumah. Mereka diskusi antara memilih jalan yang mana, ada yang memilih kanan, ada yang memilih kiri. Mereka semakin bingung harus memilih yang mana.
“Pilih jalur kanan, kalian ingin ke hutan awan ajaib, kan?” Seseorang berbicara, entah dari mana sumbernya.
“Kamu siapa? Kenapa kamu bilang seperti itu?” Ucap Lala sembari mencari sumber suara.
“Aku Pohon Pinus, Aku sudah lama hidup di sini. Jadi aku tahu arahnya,” ujar Pohon Pinus itu. Mereka berbalik, melihat pohon yang menjulang tinggi ke atas, dengan dedaunan yang rimbun, batang pohon yang kuat dan kokoh, serta akar-akar yang keluar dari tanah.
“Apakah itu jalan yang benar? Kamu tidak salah, kan?” tanya Owel memastikan.
“Iya, aku benar, tidak salah kok. Setelah kalian ambil jalur kanan, kalian akan jalan terus hingga menemukan gerbang yang menjulang tinggi, dan gerbang itu adalah pintu masuk menuju hutan awan ajaib,” ucapnya penuh keyakinan. Mereka semua hanya mengangguk paham sebagai isyarat.
“Baiklah, terimakasih telah membantu kami, ya.Maaf telah mencurigaimu,” ucap Owel.
“Dengan senang hati. Berhati-hatilah, sampai jumpa,” sahut Pohon Pinus.
Mereka hanya tersenyum dan memberikan salam sampai jumpa, lalu melanjutkan perjalanan.
Mereka hampir sampai, tapi ada rintangan lagi yang harus dilewati, yaitu mencari jalan keluar di labirin yang luas. Mereka hampir menyerah, tapi karena sudah sejauh ini, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Mereka memasuki labirin itu. Sangat membingungkan, tapi mereka tidak akan menyerah. Mereka memberi tanda di setiap berbelok, menandakan bahwa sudah melewati jalan tersebut. Satu jam melewati labirin itu, mereka akhirnya melihat pintu keluar, tetapi ada seseorang yang berbicara.
“Heii, kalian!” ucap seseorang itu.
Mereka mencari keberadaannya, dan melihat seekor Burung Beo. Warna bulunya hitam, paruhnya panjang, dan matanya yang hitam melihat kami dengan tatapan mengintimidasi.
“Kalian hebat bisa melewati labirin dengan bijak, pintu keluar sudah di depan mata kalian, tapi kalian harus menjawab teka-teki dariku agar kalian bisa keluar,” ucap Burung Beo itu.
Semua mereka saling menatap satu sama lain. Setelah memikirkannya, kami setuju untuk menjawab teka-teki Burung Beo tersebut.
“Pilihan yang bagus, baiklah, aku akan beri 3 teka-teki untuk kalian, jadi kalian harus menjawabnya. Aku akan memberi clue sebanyak 3 kesempatan untuk menjawab. Apakah kalian siap?”
Mereka semua mengangguk, sebagai isyarat siap untuk melewati teka-teki ini.
“Baik, soal pertama adalah benda apa yang akan lebih berguna setelah pecah? Jawablah, ingat sesuai logika,” jelas Burung Beo itu.
Mereka berdiskusi, agar mengetahui jawabannya. Semua memikirkan jawabannya. Tiba tiba, Owel membuka suara.
“Aku tahu jawabannya,” ucapnya Owel percaya diri.
“Silakan,” Burung Beo itu mempersilakan Owel untuk menjawabnya.
“Jawabannya adalah telur.”
Semuanya terkejut, tapi Burung Beo itu menepuk kedua sayapnya sebagai bentuk apresiasi karena jawabannya tepat
“Berikan alasannya,” ujar Burung Beo itu.
“Alasannya, karena telur kalau pecah, bisa jadi makanan, atau jadi organisme yang terlahir ke dunia,” jawab Owel dengan bangga dan percaya diri.
“Tepat sekali, baik kita lanjut ke soal berikutnya,” ucap Burung Beo itu.
Mereka bersiap untuk pertanyaan selanjutnya, menunggu Burung Beo itu memberi pertanyaan.
“Aku punya banyak gigi tapi tidak pernah bisa menggigit. Aku apa?” tanya Burung Beo itu dengan gelagat yang sombong karena pasti tak bisa menjawabnya.
Semua langsung memutar otak, apa jawabannya?Pertanyaan itu terlalu sulit. Akhirnya mereka mengusulkan menggunakan clue.
“Ini terlalu susah. Beri kami 1 clue, Burung Beo!” usul Lala.
“Hahahaha, baiklah. Benda itu paling sering digunakan oleh manusia,” ucap Burung Beo. Semuanya memutar otak lagi, hingga Lala Sang Rubah periang itu mendapat jawabannya.
“Burung Beo! Aku tahu apa jawabannya!” ucap Lala dengan senang.
“Apa jawabannya?”
Semuanya menunggu jawaban dari Lala.
“Jawabannya adalah sisir rambut!!” ujar Lala dengan keyakinan penuh.
Semuanya menunggu respon Burung Beo.
“Benar, tepat sekali! Bagaimana kamu bisa tahu?”
Lala santai menjawabnya, “Karena sisir punya banyak gigi, yang gunanya untuk menyisir rambut, tapi benda itu tak menggigit, dan sering dipakai oleh manusia,” jawab Lala antusias.
Masuklah di pertanyaan terakhir, pertanyaan yang akan mempersilahkan mereka keluar dari labirin yang besar tersebut.
“Baiklah, ini adalah pertanyaan terakhir. Pertanyaannya adalah, kenapa kalian semua bisa melewati semua ini?” tanya Burung Beo itu.
Semuanya berpikir keras untuk mendapat jawabannya.Kio, Sang Kura-Kura mendapat jawabannya.
“Aku tahu apa jawabannya, jawabannya adalah kekompakan satu sama lain, dan kasih sayang sesama, itu yang membuat kami berhasil hingga saat ini!” ucap Kio dengan lembut tapi mempunyai makna yang dalam di kalimatnya. Mata mereka semua berbinar-binar mendengar jawaban Kio yang penuh arti.Mereka sangat terharu, dan Burung Beo itu mempersilakan mereka semua keluar dari labirin.
Mereka keluar dari labirin dengan perasaan senang dan bahagia. Semuanya terus berjalan hingga ada cahaya yang bersinar terang di depan sana, “Apakah itu hutan awan ajaibnya?” tanya Tata penasaran,
“Sepertinya iya, Ayo cepat kita ke sana!!!”
Ajakan Lala dengan penuh semangat. Dan mereka sampai di depan hutan awan ajaib. Daun-daun pohon di hutan itu berbentuk gumpalan-gumpalan awan putih yang bercahaya. Rerumputan putih jernih bagai kapas-kapas yang mengambang. Mata mereka berbinar senang. Perjuangan mereka tak sia-sia, terbalas dengan pemandangan hutan awan ajaib yang indah. Mereka menapaki anak-anak tangga berbentuk gumpalan awan, mengarahkan mereka ke kerajaan awan di langit sana.
*) image by istockphoto.com