KURUNGBUKA.com – Bencana nasional dan bencana daerah dalam konteks banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat tidak hanya membawa problematika politik dan kebijakan tetapi juga menyangkut persoalan bahasa.
Kita bisa menebak mengapa pemerintah enggan menetapkannya sebagai bencana nasional. Secara terminologis, bencana nasional mengacu pada peristiwa yang dampaknya melampaui kapasitas daerah, sehingga membutuhkan intervensi, koordinasi, dan tanggung jawab negara secara menyeluruh. Kata nasional menandai skala, cakupan, dan legitimasi.
Bahasa adalah instrumen politik dan kekuasaan. Kata-kata yang dipilih pemerintah dalam menamai suatu peristiwa memiliki konsekuensi hukum, administratif, dan psikologis. Banjir bandang di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat tidak bisa serta merta disebut sebagai bencana nasional karena penetapan status bencana perlu melihat terlebih dahulu seberapa banyak korban yang timbul dan seberapa susah akses menuju lokasi bencana.
Kata nasional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring bahkan membawa beban psikologis yang berat. Nasional diartikan a bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa. KBBI Daringpun memberi kita contoh : perusahaan nasional, tarian nasional. Dalam praktik penggunaannya, makna kata ini meluas menjadi segala sesuatu berbau pusat, atau skala yang merepresentasikan Indonesia secara keseluruhan seperti pada frasa penulis nasional, dan cita-cita nasional.
Mari kita lihat arti kata daerah dalam KBBI Daring.
- n bagian permukaan bumi dalam kaitannya dengan keadaan alam dan sebagainya yang khusus
- n lingkungan pemerintah; wilayah
- n selingkungan tempat yang dipakai untuk tujuan khusus; kawasan
- n tempat sekeliling atau yang termasuk dalam lingkungan suatu kota (wilayah dan sebagainya): — Jakarta dan sekitarnya
- n tempat dalam satu lingkungan yang sama keadaannya (iklimnya, hasilnya, dan sebagainya): — tropis; — penghasil kopra
- n tempat yang terkena peristiwa yang sama
- n bagian permukaan tubuh
Arti nomor dua dalam KBBI Daring yang tampaknya diacu Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat masih terhitung bencana daerah, masih bisa ditangani oleh pemerintah lokal. Kata daerah membatasi ruang lingkup, menegaskan bahwa tanggung jawab utama ada pada pemerintah provinsi juga kabupaten.
Namun, kata nasional dan daerah dalam konteks kebencanaan bukan hanya persoalan semantik, tetapi juga menentukan akses terhadap anggaran, bantuan internasional, juga pertimbangan politik dan administratif, bahkan citra pemerintah. Kita tahu, penetapan bencana nasional tidak hanya berarti pengakuan atas kegagalan negara dalam mitigasi bencana, tetapi juga membuka akses dana besar dan melibatkan koordinasi lintas kementerian (yang mungkin dianggap ribet dan membebani).
Pengakuan bencana nasional atau daerah juga terkait dengan kontrol dan kapasitas negara agar tidak terlihat lemah di mata publik internasional. Dengan menyebut bencana daerah, pemerintah akan mampu mengendalikan narasi bahwa dampak bencana tersebut masih dapat dikendalikan, bahwa bencana yang sedang terjadi adalah masalah “lokal”, bukan sama sekali kegagalan sistemis. Bencana daerah juga secara tersirat mengurangi kewajiban negara dalam menyediakan bantuan dan sumber daya dalam jumlah besar.
Maka, yang terjadi kemudian adalah lambatnya distribusi bantuan, kecepatan penanganan, dan legitimasi advokasi. Kita baru sadar setelah ada kabar Walikota Sibolga, Akhmad Syukri Nazri Penarik yang harus berjalan selama tiga hari dua malam karena terputusnya sinyal dan akses jalan serta internet, juga setelah menerima satu per satu kabar dari sahabat yang bermukim di tiga provinsi terdampak banjir itu. Seorang sahabat saya mengabarkan tiga anak saudaranya meninggal karena terkurung di dalam mobil saat terjebak lubang besar dalam perjalanan mengungsi.
Banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menyodorkan tak hanya realitas pahit bagaimana pemerintah kita masih gagap dalam menghadapi bencana yang telah menimbulkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, serta kerugian materi yang tidak sedikit, tetapi juga pertunjukaan bahasa dan citra di arena kekuasaan, tak peduli angka korban jiwa terus bertambah dari detik ke detik.
*) Image by dokumentasi pribadi Darmawati Majid
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<







