“Aku bertanggung jawab melukis dan menghias buku-buku. Aku menghiasi pinggiran halamannya, mewarnai ujung-ujungnya dengan corak-corak dedaunan, kuntum-kuntum mawar, bebungaan, dan burung-burung yang paling tampak hidup. Aku melukis awan bergaya Cina, sekelompok pepohonan cemara yang lebat, dan hutan berwana-warni yang menyembunyikan kijang, perahu, para sultan, pepohonan, istana-istana, kuda, dan para pemburu.”

(Orhan Pamuk, My Name is Red, Serambi, 2006)

KURUNGBUKA.com – Yang kita imajinasikan adalah pekerjaan. Apakah yang ia ceritakan pekerjaan? Kita meragu bila itu hanya pekerjaan. Ada perbedaan antara menikmati peristiwa, yang tidak mudah lekas disebut pekerjaan. Yang membedakan mungkinpamrih. Namun, hal-hal yang disampaikannya adalah kerumitan dan rahasia. Penyebutan itu pekerjaan tidak memadai. Ada yang tidak ternyatan agar terukur dan dimengerti oleh orang lain.

Ia berada dalam situasi memenuhi panggilan atau hasrat meski menyadari yang dilakukan itu berkaitan permintaan atau kepentingan. Yang mengerjakan memiliki kemampuan teknis. Padahal, yang dipentingkan tentu penghayatan. Jadi, pekerjaan agak sulit diterima sebagai ketetapan. Apa yang dilakukannya adalah keniscayaan yang menghubungkan estetika, tubuh, identitas, iman, dan kekuasaan?

Keistimewaan dalam upaya menghiasi itu memberi kemungkinan-kemungkinan makna yang tidak sezaman. Yang ia torehkan memiliki sumber dan gaya tapi yang menghasilkan tampakan-tampakan tidak mudah “selesai” di tatapan mata. Ada jagat batin, yang orang merasakan atau “melihatnya” bukan secara bendawi.

Bagaimana waktu, tubuh, dan tempat termaknai saat peristiwa itu berdasarkan patokan estetika? Kita yang membayangkan si tokoh bisa mengalami bimbang untuk percaya atas pekerjaan. Yang terjadi adalah penghayatan yang mengikutkan pelbagai hal, membuka kewajaran sekaligus ketakjuban.

Pada mulanya, alam. Ia “menyalin” atau “memindahkan” dengan janji tetap hidup dalam buku. Maka, yang dibuatnya melampaui kehendak menghiasi. Yang tampak mata memang hiasan. Orang yang memasuki gambar-gambar itu mengalami pengembaraan: pelan dan berlapis. Waktu yang digunakan mengalami “pengulangan” atau “lanjutan” saat pengalaman-pengalaman terselenggara, dari yang tampak sampai yang tersembunyi.

Flora yang memiliki rupa, warna, dan gerak. Yang menghiasi mengerti segala tidak berhenti. Ada gairah untuk membuatnya hidup. Apa yang terasakan bila tatapan mata belum selaras dengan panggilan batin? Jagat yang hendak dicipta memang bukan hitungan atau “kehadiran”, yang kadang serempak dan berurutan.

Yang turut hadir adalah fauna. Pada hiasan, makhluk menemukan suasana yang berbeda dari “asal”. Orang yang melihatnya mungkin menemukan gerak. Binatang-binatang pun memberi suara. Maka, yang menemukan pintu-pintu pengalaman bakal dibetahkan oleh hiasan-hiasan.

Semula, kehendak yang menguat adalah membaca. Tersaji aksara, yang meminta terbaca dan bergerak. Kehendak itu bertambah tebal atau berubah arah saat hiasan-hiasan adalah pikat yang menggairahkan. Di situ, kita tidak bisa hanya menuntut pembaca.
Masa lalu yang rumit untuk percik dan terbit yang indah. Bagi yang mengatakan indah masih melanjutkan pengalaman religious atau politis. Yang disebut “menghiasi” berarti memainkan beragam tanda-tanda mengungkapkan atau menyembunyikan pesan-pesan. Kita berada pada zaman yang berbeda, yang tidak lagi mengutamakan tangan dan nafas. Mesin telah menggantikan tangan untuk “menghasilkan” keindahan, yang melupakan tubuh dan segala situasinya.

Kita sudah terlena di awalan My Name is Red. Yang membaca merasakan paragraf-paragraf yang tidak membiarkan kita berleha-leha. Orhan Pamuk sengaja “mengikat”pembaca, yang diinginkan terus bergerak meski pelan di halaman-halaman yang tidak sepenuhnya terang. Awalan yang terbaca adalah bujukan yang menjebak pembaca memilih memasuki cerita, tidak ingin segera pamit atau pergi.

Pembaca sempat memikirkan itu pekerjaan, sebelum renungan dan tuduhan mengacaukan keinginan mengingat masa lalu. Sehingga, yang membaca akhirnya memilih untuk melewati sejenak debat mengenai pekerjaan setelah mengetahui gelagat-gelagat yang misteri.

*) Image by dokumentasi pribadi Bandung Mawardi (Kabut)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<