Tapi pikiran tak mudah lupa. Saat kengerian yang kita saksikan dan alami berakar. Hanya kegilaan dan demensia yang bisa menghilangkannya.
KURUNGBUKA.com – Kalimat itu muncul dari Michael McLusky (diperankan Jeremy Renner) dalam serial Mayor of Kingstown (2021). Serial televisi triler kriminal Amerika Serikat itu memang tak jauh dari segala kekejian tak terbayangkan yang bisa dilakukan makhluk yang katanya paling logis bernama manusia. Dengan latar kota Kingstown, yang sering disebut-sebut Mike (yang terjebak di sana bersama teman-teman dan keluarganya) sebagai kota laknat, peristiwa-peristiwa perebutan wilayah kekuasaan, persahabatan yang terjalin karena kepentingan dan dendam bersama diolah Taylor Sheridan dan Hugh Dillon dengan satu benang merah: betapa pikiran tak mudah lupa.
Barangkali karena kengerian dan kejadian-kejadian traumatis yang berakar kuat itulah kita tidak mudah menerima jika Soeharto diberi gelar pahlawan nasional. Bahwa ia berjasa untuk bangsa Indonesia, mungkin tidak bisa dimungkiri. Akan tetapi, kengerian yang ia tinggalkan terlalu kelam. Terlalu banyak korban. Terlalu banyak darah.Fakta publik itu dapat ditemukan dengan mudah.
Pahlawan dan Soeharto sulit kita letakkan dalam satu kalimat yang sama, sama sulitnya melihat foto yang disebut-sebut beberapa pihak penyelamat bangsa itu bersanding dengan foto Marsinah. Kata pahlawan telanjur terasosiasikan dengan segala sesuatu yang mulia. Konsepnya telah lebih dulu tertanam di benak sejak kita melihat foto-foto pahlawan di dinding-dinding sekolah dan juga saat belajar sejarah. Kala mendengar atau membaca kata pahlawan, ada asosiasi yang muncul dalam benak kita misalnya: pejuang, pemberani, tak kenal menyerah, berkorban jiwa raga, sampai titik darah penghabisan.
KBBI Daring mencatat bahasa Persia sebagai asal kata pahlawan dengan arti n orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani; hero. Pada penjelasan arti itu, kita menemukan bahwa kata hero (yang berasal dari bahasa Latin heros), juga sudah diserap menjadi kosakata bahasa Indonesia. Hērō juga merupakan nama pendeta perempuan dalam mitologi Yunani. Kisah cintanya dengan Leander diabadikan Christopher Marlowe dalam puisinya Hero and Leander (puisiituterbit setelah Marlowe meninggal)
Dalam ilmu linguistik, makna asosiatif dipelajari dalam bidang semantik, ilmu tentang makna tanda bahasa. Makna asosiatif yang dimiliki setiap orang terhadap sebuah kata dipengaruhi unsur-unsur psikis dan pengetahuan serta sangat bergantung pada pengalaman mereka.
Mengapa kita tidak mudah menerima jika Soeharto diberi gelar pahlawan nasional? Barangkali karena makna kata pahlawan bertolak belakang dengan ingatan jangka panjang dan realitas kita mengenai Soeharto. Namun, dalam semantik, bahasa dan realitas memang bukan dua hal yang serupa. Menurut Yuwono (2025), kata bukan hanya label yang ditempelkan pada benda-benda, peristiwa atau keadaan dalam dunia nyata. Satu kata bisa bercerita banyak mengenai cara pandang suatu masyarakat penuturnya terhadap realitas. Oleh karena itu pula, bisa saja bagi sebagian orang, kata-kata seperti damai, harga stabil, Repelita, GBHN, Supersemar, Orde Baru, rezim, koruptor, G30S PKI, Mei 1998, kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, dan pemirsa), Ibu Tien, keluarga cendana, Golkar (daftarnya bisa sangat panjang),merupakan realitas yang memperlihatkan cara pandang mereka terhadap Presiden Kedua RI itu.
Guru besar dari McGill University, Prof. R. Philip Buckley punya kisah menarik mengenai bagaimana bahasa dan realitas terhubung. Dalam satu pertemuan ilmiah yang diadakan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia 23—24 Juli 2025, Kepala Program Studi Asia Global dan Humaniora Unesco itu sempat bertutur bagaimana masyarakat Jerman, cenderung menghindari kata führer (pemimpin) karena mengingatkan mereka pada Hitler, sejarah muram Jerman dan rezim NAZI yang terus berupaya mereka lupakan.
Dalam semantik, ingatan jangka panjang disebut memori semantis. Memori yang tidak terikat ruang dan waktu ini erat kaitannya dengan unsur-unsur makna bahasa. Itulah sebabnya, sesekali ingatan-ingatan tentang orang-orang (barangkali mantan) dan peristiwa masa lalu sesekali muncul, terkadang dipicu saat melihat atau mendengar atau mencium hal-hal sederhana: lagu, nama jalan, nama kota, nama masakan bahkan aroma tertentu.
Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto mengonfirmasi satu hal. Sejarah ada di tangan mereka yang berkuasa. Semasa SMP, kami di Bone belajar bagaimana kegagahan perjuangan Sultan Hasanuddin saat melawan Belanda. Arung Palakka, Raja Bone ke-15, disebut-sebut sebagai pengkhianat dalam buku sejarah yang kami pelajari itu. Barulah ketika menempuh pendidikan sarjana, saya menemukan buku yang mengungkap bagaimana Arung Palakka kecil, yang masih berkerabat jauh dengan Sultan Hasanuddin, menyaksikan penindasan Kerajaan Gowa terhadap rakyat Bone, dan akhirnya berjuang (bersekutu dengan VOC) untuk membebaskan Bone dari kekuasaan Gowa.
Sejarah ada di tangan orang-orang yang berkuasa. Itu pula yang saya saksikan dalam film animasi petualangan anak, Sea Beast (2022). Dalam film yang disutradarai Chris William itu, saya melihat bagaimana Raja dan Ratu Mahkota di Three Bridges menciptakan proganda mengenai Red Bluster, monster laut yang harus dimusnahkan. Mereka menggunakan gagasan mengenai monster laut berbahaya sebagai musuh bersama untuk menyatukan rakyat dan memperluas kerajaan mereka. Konflik dengan Red Bluster dan monster laut lain terus dirawat oleh Sang Raja dan Ratu melalui buku-buku cerita agar mereka bisa mengendalikan kerajaan dan mengonsolidasikan kekuasaan.
Namun, kata Agus Noor dalam cerpen “Matinya seorang demonstran”, pahlawan hanyalah pecundang yang beruntung. Cerpen yang dimuat Kompas, 26 Januari 2014 itu berkisah bagaimana nama jalan yang diberi nama Munarman, nama kekasih tokoh Ratih yang anak purnawirawan Kolonel Angkatan Darat, yang selalu tak ingin ketinggalan baju-baju yang sedang menjadi mode di majalah populer, yang selalu mengajaknya ke kafe, diskotik atau ramai-ramai karaokean dengan kawan-kawan gaulnya dan selalu pamer pangkat orangtuanya sambil berkata “Orang-orang seperti ayahkulah yang memiliki negara ini.” Arman, panggilan Ratih kepada kekasihnya itu mati setelah sempat bersembunyi ketakutan saat bentrokan antara aparat dan demonstran memanas. Ia tertembak peluru nyasar saat aparat melepaskan tembakan. dengan serampangan. Yang jadi nama pahlawan justru nama Munarman, bukan Eka, kekasih Ratih yang lain, yang aktivis, yang terlibat demonstrasi, mahasiswa filsafat yang merasa lebih hebat dari Socrates, dan sangat menghormati kemiskinan ayahnya. Namun menyandingkan Soeharto dengan kata pecundang yang beruntung juga terasa kurang pas.
Pikiran tak mudah lupa. Namun, ingatan punya batas kedaluarsa, saat bertemu usia tua, saat menghadapi kegilaan, atau dalam konteks gelar pahlawan nasional untuk Soeharto, saat ada kepentingan yang jauh lebih besar. Mungkin juga, seperti kata Mike, itu upaya melupakan luka yang diberikan kehidupan, sesulit apa pun. Dalam Mayor of Kingstown, saya juga menyaksikan bagaimana komplotan Mike berupaya bebas dari jerat hukum, mencari pembenaran atas apa yang mereka lakukan saat kerusuhan di penjara Kingstwon. Dalam upaya membangun ilusi bahwa mereka adalah orang-orang baik, mereka pun mencari orang-orang yang bisa mereka sebut sebagai penjahat. Jika kini Soeharto menyeberang ke sisi kebaikan dan menjadi mulia karena ada gelar pahlawan yang disandangnya, pertanyaan yang muncul adalah: siapakah orang-orang jahatnya?
Sayangnya negara bukanlah tubuh yang punya kekuatan mengingat dan bisa mengalami trauma. Negara bisa menjadi tempat yang memerdekakan, bisa pula menjadi tempat yang laknat seperti Kingstown. Satu hal yang pasti, mereka yang menguasai negara juga dianugerahi kekuasaan memakai bahasa dengan bebas untuk memutarbalikkan kebenaran. Makna kata pahlawan pun rasa-rasanya terdegradasi menjadi sangat kerdil, bisa menjadi upaya balas budi atau sekadar deal-deal politik, tidak ada hubungannya dengan keberanian dan pengorbanan dalam membela kebenaran.
Saya tiba-tiba ingat tembok yang dicoret-coreti oleh entah siapa memakai huruf kapital: ATUR SAJA KAN ANDA Penguasa!!!
*) Image by IG @storyrakyat_
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<







