KURUNGBUKA.com, JAKARTA – Titan Sadewo, penyair asal Medan, Sumatera Utara, yang juga dikenal sebagai kurator puisi kurungbuka.com, terpilih menjadi salah satu peserta Program Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) 2025. Tahun ini, program bergengsi yang digelar Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, berlangsung di Jakarta pada 1–5 September 2025, dengan genre puisi sebagai fokus utama.
Titan mengaku bungah ketika mendapat kesempatan tersebut. “Mulanya saya ucap terima kasih untuk Mastera Indonesia, Badan Bahasa yang telah mengundang. Lalu saya bungah sekali. Sebuah sikap konkret: belajar tak henti-henti. Jadi ajang buat saya untuk melihat lanskap perpuisian Indonesia & ASEAN,” ungkapnya. Baginya, Mastera bukan hanya forum menulis, melainkan ruang untuk menguji gagasan, kepengerajinan, serta hal-hal yang selama ini dikerjakan oleh seorang penyair.
Kegiatan ini diikuti 22 peserta dari tiga negara, terdiri atas 18 peserta Indonesia, dua peserta dari Brunei Darussalam, dan dua peserta dari Malaysia. Peserta yang terpilih merupakan penulis berpengalaman dengan usia maksimal 35 tahun. Program ini secara resmi dibuka oleh Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, yang menegaskan bahwa sastra tetap menjadi bagian penting dalam tugas dan fungsi lembaga.
BACA JUGA: Program Penulisan Mastera 2025: Wadah Penyair Muda Satukan Suara Lewat Puisi
Selama kegiatan, Titan berhadapan dengan berbagai pengalaman yang memperkaya dirinya sebagai penyair. Ia menekankan bagaimana imaji dan bahasa membentuk cara mengenali diri sendiri. “Pengalaman adalah ruang kolektif untuk tubuh & hati—sebuah gejolak untuk menulis. Saya belajar banyak dari Pak Cecep, Bu Nenden, Bang Sham, Pak Agus, Pak Zen… sebuah pengalaman tak terlupakan,” ujarnya.

Salah satu momen yang berkesan bagi Titan terjadi di malam pertunjukan ketika Sutardji Calzoum Bachri tampil di panggung terbuka W.S. Rendra, Badan Bahasa. Secara tiba-tiba, ia diminta untuk mengiringi penampilan maestro tersebut dengan beatbox. “Saya gugup, pasti. Saya naik ke atas panggung & jamming dengan ‘presiden penyair’ itu. Sebuah pengalaman yang juga membuat saya bungah,” kenangnya.
Mastera tahun ini menghadirkan pembimbing asal Malaysia, Encik Zainal Bin Palit dan pembimbing asal Brunei Darussalam, Mohd. Noor Sham. Selain itu turut mendampingi peserta sebagai pembimbing dari Indonesia, yakni Nenden Lilis Aisyah, Cecep Syamsul Hari, dan Agus R. Sarjono. Agus menekankan bahwa menulis puisi selalu berkaitan dengan kebersamaan. “Hal penting dalam menulis puisi adalah perasaan bahwa kita tidak sendirian. Kesempatan dalam Mastera ini diharapkan dapat menjadi ruang untuk saling mengenal dan menyadari bahwa kita memiliki teman dalam menulis,” ucapnya.
Program Penulisan Puisi Mastera 2025 resmi ditutup oleh Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Dora Amalia. Pada kesempatan tersebut juga diumumkan terbentuknya Organisasi Alumni Program Penulisan Mastera Tingkat Serantau serta Opera Indonesia, yang dilantik langsung oleh Kepala Badan Bahasa.
Bagi Titan, pengalaman ini meneguhkan keyakinannya: penyair harus berani mengalahkan dirinya sendiri, juga dunianya sendiri. (dhe)