KURUNGBUKA.com – Babi ngana! (kamu babi)! Bagi masyarakat di wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo, umpatan itu penanda kedekatan. Dalam percakapan sehari-hari, umpatan itu mudah saja ditemui dalam interaksi antarkawan karib, di berbagai ranah. Telinga yang mendengar pun takkan sakit hati karena mengetahui konteks cacian itu.

Makian keakraban yang melibatkan nama hewan lumrah kita temukan tidak hanya dalam percakapan sehari-hari, tetapi juga di media sosial: babi, bangsat, asu, monyet (nyet), anjing—yang lalu bermetamorfosis menjadi anjay, anjir lalu njir, dan bjir. Konteks yang mengikuti umpatan ini pun bisa macam-macam: marah sekali, kesal, kagum, atau malah sedang senang.

KBBI Daring merangkum beberapa pepatah yang mengandung kata babi:babi berani, babi merasa gulai, bagai babi kelaparan, tidak mati babi, kepala tersangkut kulit babi, muka bagai ditampar kulit babi. Dalam bahasa Inggris, ada beberapa idiom populer mengenai babi: eat like a pig, make a pig for yourself, pig-headed dan in a pig’s eye

Dalam satu artikelnya di The Conversation pada 18 April 2017, Haslam memaparkan umpatan berbentuk metafora hewan ini merupakan ekspresi yang menyampaikan berbagai macam makna, dari hinaan hingga ekspresi cinta. Haslam dan rekannya juga meneliti fitur apa yang membuat beberapa dari metafora hewan itu sangat menyinggung. Salah satu fitur tersebut adalah rasa jijik yang dirasakan seperti pada ular, tikus, dan lintah. Sementara, ketika orang menyebut anjing, kera, atau monyet, ekspresi itu menyampaikan pesan bahwa orang-orang tersebut secara harfiah adalah makhluk yang tidak manusiawi.

Babi, kita tahu, identik dengan sifat tamak, malas, jorok, dan suka menang sendiri. Arianna Huffington dalam bukunya yang terbit pada 2003, How Corporate Greed and Political Corruption Are Undermining America, tidak memakai karakter tikus untuk menggambarkan koruptor tetapi sosok babi, yang terjebak dalam lumpur yang sangat dalam.

Orwell dalam Animal Farm melalui tokoh Squearel, menambahkan satu sifat khas yang dimiliki babi, yaitu ahli mengatur strategi dan cerdas (cenderung licik). Squealer adalah salah satu dari tiga babi terpenting. Seperti Snowball, ia pintar dan pandai berbicara serta sangat pintar membujuk hewan lain. Orwell menggunakan karakter Squealer untuk mengeksplorasi cara-cara yang dipakai oleh mereka yang berkuasa: menggunakan retorika dan bahasa untuk memutarbalikkan kebenaran dan memperoleh serta mempertahankan kendali sosial dan politik. Squealer menyalahgunakan bahasa untuk membenarkan tindakan dan kebijakan Napoleon terhadap penghuni peternakan lain dengan cara apa pun yang dianggap perlu.

Namun, Mark Baker dan Neville Astley berhasil mengubah citra babi menjadi karakter yang disukai anak-anak melalui Peppa Pig, salah satu serial kartun yang menurut saya sangat edukatif dan cocok untuk pembelajaran bahasa Inggris bagi anak-anak. Peppa, yang menjadi karakter utama serial ini adalah seekor babi yang berisik tapi energik, bersemangat, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan suka bermain.

Ada umpatan populer dalam bahasa Inggris, pig-headed (kepala babi) Jika merujuk ke Cambrigde Dictionary, pig-headed mengacu kepada seseorang yang tidak ingin mendengarkan pendapat atau ide apa pun dari orang lain, orang yang mendukung satu gagasan atau tindakan dengan keras kepala dan teguh pendirian. Idiom ini pertama kali digunakan pada tahun 1637, dalam karya penyair dan penulis drama, Ben Jonson. Namun, sebagai kata benda, kata ini pertama digunakan pada 1870-an.

Bukti paling awal yang dicatat oleh Oxford English Dictionary untuk pig-head berasal dari tahun 1874, dalam tulisan N.B. Wolfe. Dalam novel alegori William Golding, Lord of the Flies (1954), kepala babi merupakan simbol kejahatan yang mengerikan. Novel yang bercerita mengenai bagaimana budaya dibentuk oleh kegagalan manusia itu merepresentasikan kepala babi sebagai perwujudan dari kegelapan yang hidup di dalam semua orang, dosa asal bahkan sifat manusia.

Ada satu istilah agak rasis yang dulu populer di kalangan aparatur Pemprov DKI Jakarta: Babi Kuning. Ajaibnya, julukan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan babi yang kita kenal. Babi kuning merupakan singkatan dari Batak-Bima-Kuningan.

Demikianlah sadar atau tidak, bahasa menjadi alat kendali yang bisa kita putarbalikkan untuk mencapai satu keinginan: mengumpat, memuji, juga menyembunyikan muslihat.

*) Image by istockphoto.com

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<