KURUNGBUKA.com – Yang belajar di sekolah dan universitas pernah bingung. Sastra menjadi pelajaran yang menyebalkan bila berisi seribu bingung. Dulu, murid-murid capek mengingat definisi pantun, syair, puisi, dan lain-lain. Bingung bertambah lagi saat mendapat materi mengenai cerita pendek dan novel. Yang bikin ragu adalah definisi novel dan roman, yang mengharuskan ada contoh.

Siapa bisa memastikan Sitti Nurbaya itu novel atau roman? Yang pernah membaca novel berjudul Layar Terkembang, Jalan Tak Ada Ujung, Bumi Manusia, Para Priyayi, Saman, atau Pulang itu novel atau roman? Di universitas, dosen yang lulusan luar negeri berusaha menjelaskan istilah-istilah sastra yang sering berasal dari bahasa-bahasa asing. Maka, yang belajar sastra boleh tengok kanan dan kiri untuk percaya beragam istilah yang sudah diterima dalam bahasa Indonesia. Artinya, sastra selalu memungkinkan datangnya yang asing-asing, yang membuat kita harus membuka banyak kamus.

Sampai sekarang, banyak orang yang menyebut bergantian atau asal-asalan untuk novel dan roman. Yang suka lagu mengetahui “Roman Picisan” dari Dewa 19. Para peneliti sastra pernah membaca masa lalu Indonesia di Medan dan pelbagai kota diramaikan oleh terbitan yang dinamakan roman picisan.

Yang kita ingat adalah Roman. Dulu 1 Oktober 1954 dijadikan hari bersejarah dalam penerbitan majalah yang dinamakan Roman. Apakah majalah hanya berisi roman, tulisan cerita yang panjang? Bersabarlah. Kita perlu membaca iklan yang dicetak dalam majalah Kisah edisi September 1954.

Pihak redaksi dan penerbit memberi tawaran majalh Roman yang dijelaskan: “Madjalah hiburan penuh dengan tjerita-tjerita jang mengasjikkan.” Kita anggap itu bohong. Yang dulu membaca cerita-cerita dalam majalah Roman pasti pernah menangis, sedih, atau murung. Cerita yang dibacanya tidak asyik, yang tidak selalu membikin tawa atau menimbulkan perasaan-perasaan bahagia. Apa kita tidak mengetahi arti asyik bagi para pembaca masa 1950-an?

Janji yang disampaikan: “Tiap tjerita/karangan dihiasi dengan gambar-fambar istimewa jang menarik sekali.” Penerbitan majalah-majalah pada masa 1950-an bersaing mendapatkan pelanggan atau pembeli. Jumlah orang yang melek-aksara sebenarnya masih sedikit tapi ramainya penerbitan majalah memberi keanehan. Yang suka membuat kliping dan riset kecil-kecilan, membahas beragam hal bersumber ratusan majalah terbitan masa 1950-an itu seru. Roman boleh masuk dalam penelitian, yang berkaitan sastra.

Roman diterbitkan di Jakarta. Peredarannya ke pelbagai kota, termasuk sampai negara tetangga. Di Jawa, harga majalah dua rupiah. Di pulau dan negara lain, harganya berubah lebih mahal. Kita tidak tahu dalil-dalil penentuan harga yang akhirnya ditetapkan berdasarkan Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Harga yang berlaku untuk majalah dan buku.
Apakah majalah itu bisa terbit dalam waktu yang lama? Dulu, banyak majalah yang hanya bertahan satu tahun sampai lima tahun. Banyak masalah dan kendala yang dihadapi, yang membuat majalah pamit. Iklan majalah Roman dalam majalah Kisah juga mengabarkan nasib yang pendek. Kisah hanya terbit beberapa tahun. Pada babak lanjutan, para pembaca menemukan majalah Sastra, yang disusul adanya majalah Horison. Kisah dan Sastra hanya sebentar. Yang agak beruntung Horison, bisa terbit selama puluhan tahun. Terdugas saja, Roman terbit cuma sebentar.

Padahal, yang menerbitkan Roman sudah berusaha memberi keistimewaan. Kita baca keterangan: “Pakai omslag kertas ilustrasi berwarna, gambar sebesar seluruh halaman.” Kita membayangkan majalah itu memang tampil cakep. Yang melihat dari sampul saja mudah tergoda untuk membelinya.

Yang bikin penasaran adalah pengaruh. Apakah para pengarang tenar di Indonesia pernah hadir di Roman? Mereka menulis cerita-cerita di majalah hiburan? Yang pernah membaca dan mengoleksi beberapa edisi mungkin menemukan nama-nama pengarang yang akhirnya terkenal. Pengarang itu tidak bersalah jika menulis cerita yang bersifat hiburan.

Kita tunggu saja jika ada tim dan pendanaan untuk riset cerita hiburan pada masa 1950-an. Beberapa majalah digunakan sebagai sumber. Peneliti berusaha menguak hiburan, negara, dan keaksaraan pada masa lalu. Kita menjadi pembaca saja bila sudah ada publikasi hasil penelitian.

*) Image by dokumentasi pribadi Bandung Mawardi (Kabut)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<