KURUNGBUKA.com – Minli, bocah yang pergi meninggalkan bapak dan ibu. Ia seperti memenuhi takdir, yang bagi bapak dan ibunya menimbulkan perdebatan. Mereka kasihan dengan perjalanan yang ditempuh Minli, bocah yang diceritakan Grace Lin dalam novel berjudul Where the Mountain Meets the Moon (2010). Kita yang membaca tidak usah seribut bapak dan ibunya. Namun, yang menjadi penentu adalah dongeng jika kita enggan menyatakan takdir.

Ibu yang sedih mengetahui kenekatan Minli: “Dia pergi untuk mengejar dongeng… Dari semua kebodohan yang ada.” Ia paham dampak dongeng-dongeng yang diberikan suaminya kepada Minli. Lelaki yang menghamburkan dongeng dapat menimbulkan pengembaraan tanpa pamitan. Pembelaan pendongeng meski sedih memikirkan Minli: “Dongeng bukan kebodohan.”

Bapak dan ibu yang mencari Minli. Si bocah terus berjalan dengan pengalaman-pengalaman yang menakjubkan. Ia tidak terbodohkan dongeng tapi menemukan kebenaran dan kebijaksanaan. Pencarian bapak dan ibu yang meletihkan dan bikin putus asa. Namun, Minli percaya bakal menuju dongeng. Minli yang telah menjadikan dongeng bukan cuma kata-kata yang diucapkan saat kemiskinan adalah derita yang tidak diketahui akhirnya.

Minli bertemu naga. Semula, naga ada dalam dongeng bapaknya. Di hutan, ia bertemu naga. Yang ditutunkan dari alam dongeng dihadapinya: mendebarkan tapi mengerikan. Minli ingat kesan-kesan dari dongeng mengenai naga: kebijaksanaan, keperkasaan, dan keagungan. Ia bertemu naga saat bapak dan ibu tidak berhasil menyusul dan menemukannya. Minli telah masuk dongeng.

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<