KURUNGBUKA.com – Di imajinasi sering lestari, putri raja sering diceritakan cantik. Dongeng-dongeng mengenai kerajaan tidak hanya menghadirkan raja atau ratu. Di situ, ada tokoh-tokoh yang pembaca biasa mengenalnya sebagai pangeran atau putri. Kehadiran tokoh itu kadang dimulai sejak kecil. Pengisahan itu menyebabkan anak-anak mengangankan menjadi putri di kerajaan yang besar dan makmur.
Hoffmann dalam The Nutcracker and the Mouse King (2019) mengajak pembacanya mengingat dongeng yang lazim, repetitif, dan mudah membosankan. Yang diceritakan: “Semua orang yang pernah melihat sang putri kecil tak dapat menyangkal bahwa dia mungkin gadis kecil paling cantik di dunia. wajahnya bagaikan sutra bunga lili putih dan mawar merah terbaik yang pernah ditenun…” Pembaca bisa mengerti putri yang masih kecil itu memikat anak-anak yang “ditidurkan” dengan dongeng-dongeng.
Tokoh yang dimunculkan dalam dongeng biasa mendapat pengimajinasian berlebihan tapi memukau. Selanjutnya, putri itu mendapat pujian: “… sepasang bola mata kecilnya bagaikan dua permata biru berkilauan dan rambut ikalnya bagaikan belai-belai benang emas murni.”
Imajinasi yang sulit dicapai dan diwujudkan oleh anak-anak yang membacanya. Tokoh-tokoh dalam dongeng memang membutuhkan pembaca yang tercengang. Maka, pukau imajinasi yang terdapat dalam dongeng diinginkan memberi pengaruh agar pembayangan terhadap “putri” itu lestari. Jadi, dongeng memiliki ketetapan yang sulit digugat. Anak-anak yang menyukai atau ketagihan dongeng akan membawa tokoh yang dipuji berlebihan dalam biografinya yang tidak menjadi “nyata”.
*) Image by IG @di__library
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<