Rasa penasaran tentang kondisi di dalam kapal selam perang terjawab dengan mengunjungi museum kapal selam Pasopati yang merupakan kapal selam buatan Russia
Kapal selam Pasopati dari kelas Whiskey ini dipergunakan untuk memperkuat TNI AL dari tahun 1960 sampai tahun 1990 an Kapal selam ini dilengkapi dengan Torpedo Haluan dan Torpedo Buritan.
Awal Kejayaan Maritim Indonesia
Tidak jauh dari Sungai Kalimas dan jejeran pusat perbelanjaan Surabaya di Embong Kaliasin, bangunan kapal selam ini sangat mencolok. Kebanyakan pengunjungnya adalah anak-anak beserta orangtua dan pemuda-pemuda tanggung bergaya. Mereka berfoto diri dengan latar kapal selam hijau kaku itu. Saya tidak buang-buang waktu untuk segera masuk ke dalam kapal selam itu. Tiket masuknya sangat murah yaitu Rp5.000 per orang.
Tidak hanya sebagai monumen di tengah kota bagi mereka yang doyan foto saja, tapi juga punya nilai edukasi.
Ini dibuat untuk mengenang masa awal kejayaan maritim Indonesia. Dulu Surabaya kan pangkalan Armada Laut Timur yang besar, ujar salah satu pemandu
Kapal selam dengan nama sandi KRI Pasopati 410 itu bertugas selama 30 tahun sejak dipakai perdana untuk Trikora. Kapal ini dipensiunkan pada 1995, lalu diubah menjadi museum.
Dalam sejarahnya, kapal selam ini digunakan sebagai salah satu alutsista dalam operasi pembebasan Irian Barat dari Belanda bersama 10 kapal selam dengan jenis yang sama dalam sebuah operasi yang diberi nama sandi Antareja Jaya Wijaya.
Ruang Torpedo
Kapal ini dapat mengangkut 63 orang untuk penyelaman maksimal tujuh hari, dan mengangkut sepuluh torpedo. Kapal dengan panjang 72,6 m ini resmi dimiliki Indonesia pada 29 Januari 1962, setelah didatangkan langsung dari Vladivostok, Uni Soviet.
Pemindahan kapal ini ke Surabaya ternyata bukan perkara mudah. KRI Pasopati harus dipotong menjadi 16 bagian dan selanjutnya dibawa ke area Monkasel kemudian dirakit kembali menjadi sebuah monumen.
Pengunjung dibiarkan melihat detail tiap sudut-sudut ruangan kapal yang beberapa di antaranya masih menggunakan huruf cirilik khas Uni Soviet (kini Rusia). Monkasel di sisi Sungai Kalimas ini disebut-sebut merupakan Monkasel terbesar di kawasan Asia. Bahkan pengelola wisata dan pemandunya dari Turis Information Centre Surabaya, yang memiliki museum kapal selam. Di seluruh dunia hanya ada 5 monumen kapal selam. Di Asia hanya ada 2. Satu di Jepang dan satu lagi di Indonesia
Monumen ini didirikan sebagai pengingat akan kebesaran Indonesia sebagai negara Bahari. Dengan negara kepulauan yang terdiri atas 17.000 pulau dan dua per tiga wilayah adalah lautan, identitas sebagai negara Bahari tentu adalah hal yang melekat di negara ini. Untuk itu, keberadaan Angkatan Laut merupakan hal yang esensial dan bagian dari jati diri bangsa.
Dalam rangka menanamkan semangat bangga bangsa bahari tersebut, museum kapal selam Surabaya ini dihadirkan. Kapal yang dipilih adalah kapal yang pernah terlibat dalam konflik bersenjata nyata. Konflik dalam upaya mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Dalam hal ini konflik dengan Armada Belanda dalam operasi Trikora perebutan Irian Barat.