Suatu hari, saat sedang berjalan-jalan di sekitar danau, Timothy si tikus melihat Bob si beruang sedang berjalan melenggang. Kemudian Timothy menghampiri Bob, lalu mengajaknya bermain bersama dengannya.

“Bob, ayo kita bermain bersama!“ seru Timothy sambil membawa hula hup.

“Tidak mau ah, bermain denganmu sangat membosankan.“ Bob si Beruang besar itu dengan ketus menolak ajakan Timothy. Ia enggan bermain hula hup, badannya nanti cepat kurus. Lagi pula tikus terlalu kecil untuk bisa bermain bersama dirinya.

“Huh, sombong sekali kamu!“ Timothy kesal. Bob si beruang tidak menghiraukan perkataan tikus hitam itu. Ia berlalu pergi meninggalkan Timothy sendirian.

Pada saat hari mulai menjelang siang, Timothy merasa lapar. Lantas ia pergi mencari makanan di hutan. Karena berjalan sendirian, maka untuk menghilangkan bosan Timothy pun bersenandung riang.

“Dudidam… dudidam… lalalala… dudidam.”

Timothy mencoba menghibur dirinya sendiri saat itu. Di tengah perjalanan, Timothy melihat ekor sapi yang bergerak-gerak mengikuti irama senandungnya. Sapi itu sedang asyik memakan rerumputan yang segar. Peternak sapi rupanya juga telah memberi sapi itu setumpuk apel merah yang menggugah selera Timothy.

“Hai, Swipi Sapi,“ sapa Timothy lembut.

“Hai juga, Timothy. Mau makan denganku? Aku punya sekeranjang apel,“ tawar Swipi Sapi dengan ramah.

“Oh, terima kasih atas tawaranmu, Swipi. Tentu saja aku akan menerimanya dengan senang hati,“ jawab Timothy, senang. Kini ia punya teman makan.

“Timothy, kau habis dari mana saja?“ tanya Swipi Sapi.

 “Aku hanya habis berjalan-jalan sebentar di sekitar danau. Kalau kamu sendiri habis dari mana?”

“Kalau aku sih habis bermain dengan Bob si beruang. Tadi dia yang mengajakku bermain sembunyian di hutan,” jawab Swipi Sapi dengan polos. Dia terlihat sangat letih dan kepanasan sehingga mengibas-ngibaskan ekornya agar tidak terlalu merasa panas.

Timothy tampak kaget. Bukankah tadi Bob enggan bermain?

“Kamu bermain dengan Bob si beruang?“ tanya Timothy lagi seolah ingin menegaskan.

“Ya, memangnya kenapa?“ sahut Swipi, balik bertanya. Timothy terlihat menundukkan kepalanya dengan sedih. Tak lama kemudian ia menceritakan kejadian penolakan Bob si beruang tadi pagi. Swipi Sapi menanggapi cerita itu dengan santai.

 “Yaa… kalau menurutku, itu hak Bob si beruang untuk memilih teman. Kalau dia ingin bermain denganku ya tidak apa apa. Kamu tak boleh iri, Timothy.“

“Tapi kalau begitu kan namanya pilih-pilih teman. Itu tidak baik.“ Timothy tidak setuju dengan pendapat Swipi Sapi.

“Ya sudah, terserah deh apa katamu. Ayo lanjutkan makannya,“ kata Swipi Sapi seraya mengalihkan topik pembicaraan.

Hufhhh! Di saat itulah Bob si beruang muncul dari balik pohon. Bob menghampiri mereka berdua. Ia datang dengan wajah tegang tanpa senyuman. Sangar sekali. Rupanya sejak tadi Bob menguping pembicaraan Swipi dan Timothy.

“Ooo, jadi sejak tadi kalian lagi membicarakan aku ya!“ ujar Bob, menunjukkan wajah garangnya yang ditekuk.

 “Salahmu sendiri kenapa tidak mau bermain denganku!“ balas Timothy.

“Memangnya kenapa?! Aku tak suka bermain denganmu!”

“Seharusnya kamu bermain denganku juga, tidak hanya dengan Swipi Sapi. Mentang-mentang sama-sama besar ya?“ Timothy hampir menangis.

“Sudah, sudah, kalian berbaikan saja. Aku risi melihat kalian berdua beradu mulut.” Swipi berusaha melerai keduanya.

Bob si beruang segera berlalu pergi. Dia masih kesal. Sambil berjalan pulang, dia menendang apa saja yang ditemukannya di jalan. Kayu, sandal, kerikil, bunga-bunga, rumput, semua kena tendang. Saking kesalnya dia pun menendang pohon ek tua, sampai-sampai pohon itu roboh menimpa tubuhnya. Bob berusaha mengangkat tubuhnya, tapi tidak bisa. Terpaksa dia menjerit minta tolong. Ternyata tidak seorang pun mendengar teriakannya, kecuali Timothy yang dari tadi mengikutinya diam-diam.

“Kamu kenapa, Bob? Apa kamu tidak kuat mengangkat pohon itu?” tanya Timothy.

“Iya, Timothy. Pohon ek ini terlalu besar, aku tidak kuat. Tolong aku!” pinta Bob si beruang, setengah menangis. Timothy berpikir keras bagaimana caranya agar dia bisa menolong Bob. Akhirnya dia mulai mengerat batang pohon ek tua itu di bagian tengah, sehingga batangnya terbelah dua dan Bob bisa membebaskan diri dari himpitan pohon.

“Terima kasih, Timothy. Kamu kawan yang baik dan tidak pendendam. Maafkan aku karena tadi pagi tidak mau bermain bersamamu. Aku berjanji tidak akan pilih-pilih teman lagi,”  ujar Bob seraya mengulurkan tangannya pada Timothy.

“Iya, aku memaafkanmu. Aku juga berjanji tidak akan membicarakan orang lagi.” sahut Timothy. Dengan riang dia menerima jabat tangan Bob.

Sejak saat itu, Bob si beruang tidak lagi memilih-milih teman bermain. Ia juga gemar menolong jika bisa menolong, seperti halnya Timothy si tikus. Timothy pun tak lagi membicarakan keburukan temannya. Mereka yakin semua makhluk bisa bekerja sama dan saling melengkapi satu sama lain.[]