KURUNGBUKA.com – Senang sekali rasanya bisa mengkhatamkan sebuah buku yang isinya “daging semua”. Buku yang mengandung banyak gizi untuk asupan otak dan rohani. Buku yang bisa membikin pembacanya, dalam hal ini saya, untuk merenung sambil tertawa. Buku yang membahas hal-ikhwal mengenai puisi, namun menyerempet bahkan menabrak persoalan politik dan realitas sosial sekaligus. Itulah kesan yang saya dapatkan saat membaca buku kumpulan esai Puisi dan Bulu Kuduk (DIVA Press, 2021) karya Acep Zamzam Noor—selanjutnya Kang Acep.

Buku yang terdiri atas 30 esai ini merupakan esai-esai karya penyair sekaligus pelukis Kang Acep yang telah dimuat dalam pelbagai media massa cetak, kata pengantar dan kata penutup untuk buku-buku (terutama puisi) para penyair lain, dan materi untuk diskusi, seminar dan workshop dari tahun 1990 hingga 2019.

Apa yang dibahas di buku setebal 369 halaman ini? Banyak sekali. Namun, semuanya tetap berpusat pada puisi, dunia yang ditekuni Kang Acep sejak ia masih duduk di bangku sekolah, selain melukis.

Kita bisa belajar banyak tentang puisi dari buku ini. Kita bisa menemukan pelbagai definisi puisi secara umum dan secara khusus menurut pandangan Kang Acep sendiri. Ia juga menceritakan bagaimana pertemuan ia dengan puisi dan kemudian menggelutinya hingga hari ini.

Kang Acep memberitahu siapa saja para penyair pendahulunya yang mempengaruhinya dalam berkarya, para penyair seangkatannya dan sesudahnya yang memiliki karakter kuat pada puisi-puisinya.

Dari sekian penyair, Kang Acep menuliskan catatan khusus bagi Saini K.M. yang sangat berjasa bagi perkembangan kepenyairannya. Catatan-catatan yang ditulis Saini K.M. di rubrik Pertemuan Kecil harian Pikiran Rakyat (PR), salah satu media massa terbesar di Bandung, Jawa Barat, atas puisi-puisi yang dimuat di PR menjadi semacam pelajaran berharga bagi Kang Acep.

Berkat catatan-catatan itulah Kang Acep bisa belajar tentang puisi, selain banyak membaca puisi-puisi karya penyair lain dan memperkaya batin. Tak hanya itu, Saini K.M. juga punya andil yang sangat besar bagi munculnya para penyair muda di Bandung khususnya dan Jawa Barat umumnya.

Bagi seorang pemula yang dahaga seperti saya, membaca ulasan-ulasan tersebut seperti mendapatkan siraman rohani yang sangat menyegarkan. Saini membahas teknik-teknik dasar menulis puisi seperti tema, pencitraan, rancang bangun dan proses kreatif dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti (halaman 26).

Saat membaca bagian ini, saya jadi teringat masa-masa mengikuti Majelis Puisi yang diasuh Toto ST Radik di Rumah Dunia di Minggu sore sepanjang 2012. Dan kebetulan, Mas Toto—begitulah saya dan para jamaah majelis memanggilnya—juga mengajarkan bagaimana penyair berkarya dan hidup dari puisi Saini K.M.

Tak berlebihan jika Kang Acep menyebut Saini sebagai “kiai” yang mengasuh para “santrinya”. Saya merasakan hal yang sama pada Mas Toto. Saya merasa telah menemukan “kiai” yang tepat, kiai-sufi tak bersorban-berjenggot, melainkan bermata tajam-sipit.

Bulu kuduk sendiri digunakan Kang Acep sebagai indikator apakah sebuah puisi bagus atau tidak mencerminkan bahwa puisi yang bagus adalah puisi yang bisa menyentuh hati pembacanya bahkan mengguncang jiwanya.

Dalam esai-esainya yang dibawakan dengan santai dan jenaka, Kang Acep seringkali menyebut para penyair yang karyanya memiliki karakter kuat, yang bisa membuat bulu kuduknya berdiri, seperti Goenawan Mohamad, Abdul Hadi W.M., Saini K.M., hingga Omar Khayam. Ia juga turut memperkenalkan penyair-penyair Jawa Barat yang potensial seperti Cecep Syamsul Hari dan Agus R. Sarjono.

Yang menarik bagi saya adalah Kang Acep membawakan esai-esainya dengan sangat bersahaja. Ia selalu menggunakan kata saya dan memasukkan pengalaman empiriknya di hampir—atau bahkan semua—tulisan-tulisannya, sehingga pembaca akan merasa sangat dekat dengan dirinya, seperti sedang mengobrol. Namun, di balik itu semua, terkandung pelajaran berharga tentang puisi, cara menulsikannya, cara bersikap seorang penyair yang menghadapi realitas politik dan sosial di lingkungannya.

Rumah Baca Bojonegara, Senin, 23 September 2024 23:58 WIB