Peti Mati
aku pernah masuk
ke dalam diriku sendiri,
dan menemukan peti kayu
di ujung lorong napas.
isinya:
_______suara-suara yang tidak sempat berpamitan,
_______dan sepasang mata
_______yang terus memandang ke arah yang sama.
_______ke barat, tempat matahari dikuburkan setiap sore.
di dalam peti itu,
tak ada tubuh,
hanya denting yang belum selesai.
_______mungkin itu aku,
_______mungkin juga kau,
_______yang menolak menjadi debu
_______tapi tak lagi mau jadi hidup.
hening seperti doa yang patah di tenggorokan,
aku menutup penutup peti,
dengan tangan yang tak lagi tahu
_______mana kayu,
_______mana kulit,
_______mana aku.
(2025)
***
Karangan Bunga
bunga-bunga itu
terlalu wangi untuk duka,
seperti sedang berpesta
di atas dada yang belum dingin.
setiap kelopak membawa nama pengirim
__________aku mengenali satu:
__________dari diriku yang dulu.
tulisannya miring, hurufnya gugur,
seolah ikut berziarah ke ingatan.
aku mencium bunga-bunga itu,
dan setiap aromanya menyebutkan satu dosa.
ada mawar yang menyesal terlalu cepat mekar,
ada melati yang takut akan putihnya sendiri.
angin lewat,
membalik pita duka jadi kalimat cinta.
kubaca terbalik,
dan seketika semua kematian
terasa seperti perayaan sunyi.
(2025)
***
Kain Kafan
aku membungkus tubuhku dengan senja,
bukan kain, tapi cahaya yang kelelahan.
di sela lipatan,
ada rahasia yang dikunci
oleh jarum waktu yang tumpul.
darah berhenti,
tapi kata-kata masih berdenyut.
setiap simpul adalah pertanyaan
tentang siapa yang berhak melupakan lebih dulu.
kain itu memelukku tanpa niat,
seperti ibu yang tak tahu
anaknya pulang dalam bentuk udara.
ketika aku diangkat ke langit-langit kamar,
aku mendengar serangga berdoa pelan,
___________dan kupikir,
barangkali hanya mereka yang mengerti
arti pulang sebenar-benarnya.
(2025)
***
Bendera Kuning
kibarannya pelan,
seolah angin sedang menimbang
antara hormat dan iba.
di bawah tiangnya,
orang-orang berbisik tentang siapa yang pergi,
seakan kematian bisa diulang
dengan menyebut namanya.
bendera itu bukan tanda, tapi ingatan.
kuningnya bukan cahaya, tapi sisa api
dari lilin yang padam di dada seseorang.
aku berdiri lama di situ,
sampai warna itu meresap ke mataku.
lalu setiap yang kulihat tampak pucat,
bahkan hidup sekalipun.
mungkin karena duka tidak pernah berkibar,
__________ia hanya menunggu
di angin yang tidak pernah berhenti berbelasungkawa.
(2025)
*) Image by istockphoto.com







