KURUNGBUKA.com – Jika kalian sering menyaksikan pertandingan bola basket secara langsung, pasti pernah melihat sekelompok perempuan muda yang melakukan gerakan akrobatik dengan tujuan memberi semangat kepada tim yang akan bertanding. Mereka dikenal dengan nama Cheerleaders atau pemandu sorak.

Mungkin kita hanya melihat mereka sebatas pelengkap dalam sebuah event olahraga. Eiits, tunggu dulu ferguso! Ternyata Cheerleaders pun memiliki kompetisi tahunan yang diadakan sampai tingkat internasional, lho. Wooow!

Beruntungnya, kita berkesempatan mewawancarai Bertha Anindiya Sari (29 th), salah satu anggota Cheerleader yang pernah mewakili Indonesia tampil di California, USA. Beuh, beuh, beuh! Nggak usah kebanyakan intro, deh! Yuk, kita langsung ngobrol santuy sama perempuan muda yang kini tinggal di Anyer, Banten ini!

***

  • Kapan Kak Etta mulai tertarik dengan Cheerleaders?

Jadi kakak gue itu sering ngajak nonton film tentang cheer. Judulnya kalo nggak salah Bring It On karya Peyton Reed. Nah saat itu gue masih SD. Gegara itu gue pikir kok asyik dan lucu gitu kostumnya, ya.

  • Hoalah, film itu jadi awal pertemuan kak Etta dengan cheer ya. Nah, setelah tau nih. Apakah ada keinginan untuk belajar cheer?

Tentu dong. Saat gue SMP niatin join cheer di Mardiyuana Cilegon. Bukan cheer yang ekstrem ya, cuma bikin piramid-piramid aja. Basic, sih. Dan gue suruh naik di atas, karena saat itu latihannya bareng kakak kelas yang udah lulus dan posturnya lebih tinggi dari gue.

  • Asyik juga yah bisa ketemu circle yang relate dengan passion kita sejak belia. Memang cheerleader ada berapa jenis?

Dalam cheers itu ada beberapa level, ada yang sepaha, sedada, dan setinggi kepala. Kalo ekstrem itu yang udah bisa fliting. Dan resiko yang cukup tinggi, maka dari itu don’t try this at home. Haha

  • Terus ketika SMA lanjut lagikah berkegiatan di tim cheer?

Naah, gini. Jadi tahun 2009 gue pindah ke Jogja dan lanjut ikutan tim cheer di SMA Bob Christ 1 Jogjakarta. Pas banget gue join di sekolah. Eh, ada kakak kelas gue lagi cari anggota buat tim cheer mereka. Mestakung banget!

  • Keren sih, konsepnya kayak law of attraction gitu, yak. Dalam seminggu berapa kali Latihan?

Seminggu 2 kali latihan. Gue latihan dengan totalitas dan berusaha nggak nyerah. Ternyata ada hasilnya, lho. setelah itu gue ditarik ke tim pelatih gue. Yang anggotanya merupakan cabutan dari beberapa tim. Yang biasa kami sebut All Star. Duuh bangga banget tau bisa masuk tim itu.

  • Wow, ini sih namanya usaha nggak mengkhianati hasil, ya. Kalo jumlah anggota dalam cheerleader itu ada berapa orang?

Full tim 24 orang. Semuanya main. Kalo macam gue yang postur badannya kecil gini namanya player. Paling atas top player. Terus ada side base, back base, front base.

  • Selama di SMA Kak Etta ikut perlombaan di mana aja?

Kalo SMA masih sekitaran Jogja aja sih. Pas aku udah ikut All Star tim baru bisa ikut Kejurda di Bandung, Semarang, dan Jakarta. Sempet pecah tim sempet beda asosiasi dan aku loncat sana sini. Tapi akhirnya aku sampai di sini yang Timnas itu.

  • Latihan basic, atau warming up-nya para cheer ini apa aja?

Ada jumping, push up, shit up, flang, flexibility. Karena kita sebagai player itu harus bisa menjaga keseimbangan dan berdiri dengan kaki satu.

  • Nah, sekarang kalo ngomongin teknik atau trik apa sih yang paling sulit lu taklukin dalam cheers?

Ada dua sih menurut gue. Yaitu paduan antara flipping dan twisting.

  • Nah, pernah cedera saat kak Etta gabung di cheer?

Pernah dong. Pertama dan terakhir. Sekalinya cedera kaki gue langsung patah. Haha…. Ini terjadi saat karantina Timnas. Sebelum keberangkatan ke Amerika. Hari pertama Latihan langsung cedera. Selesai warming up di Bandung.

  • Gara-gara apa itu, Kak? Salah latihankah?

Gara-garanya saat gue dilempar ke atas nggak ketangkep, karena dari beberapa daerah tuh masih belum bisa terbiasa dan menyesuaikan porsi latihan. Kita merupakan gabungan player dari Jogja, Bandung, Jakarta. Dan kita belum satu soul. Langsung disuruh gerakan yang ekstrem. Sleeping twice gitu. Mungkin kaget dan nggak ketangkep. Kemudian ke tukang urut. Karena disangkanya Cuma keseleo. Dan akhirnya ke rumah sakit, terus dibawa ke alternatif, pengobatan China Shinsei, khusus patah tulang dan membawa hasil ronsen. Hari itu dibawa ke Shinsei dan hari itu juga disuruh jalan.

  • Aih, bahaya juga, ya. Tapi lu tetep ikut ke USA, Kak?

Iya, dong. Gila aja kaki gue udah patah tapi ga jadi ikut. Haha Jadi saat di US ada 12 negara yang ikut bertanding. Indonesia harus puas di urutan 9. Begitulah lika-liku gue dari awal kenal cheer sampe bisa dapet trip ke US. Pokoknya salah satu episode hidup gue yang unik dan tak akan terlupakan. Ayo dong kalian yang masih muda. Jangan kalah sama rasa malas. Dan lampaui batasmu!

  • Yang penting dapet pengalamannya ya, Kak. Super seru dan menarik banget. Gue jadi makin nggak sabar nemuin bakat gue juga, nih, apa mungkin di cheer juga, ya? Haha… Oke terakhir deh, ya. apa nilai positif yang bisa dibagikan selama di cheer?

Untuk sebagian orang cheer ini hanya sebatas hura-hura. Karena cheer itu terlihat eksklusif dan jarang orang pengen jadi anggotanya. Padahal kalo gue ngecheer itu orientasinya bukan karena duit. Tapi karena gue ngerasa di cheer itu gue nemu rumah dan seneng aja kalo ada di sana, seneng ngejalaninnya.

  • Oke, Kak. Kapan-kapan kalo ada penampilan tim cheerleadersnya kabar-kabari, ya. Pengen banget nonton! Makasih, ya!

Siap. Nomor lu masih yang lama, kan? hahaha…

***

Seru banget kalau sudah bertemu dan ngobrol bareng Berta atau Etta, sapaan akrabnya. Dia selalu ceria dan mudah bergaul dengan siapa pun. Sampai kadang bikin lupa waktu. Kebetulan kami pernah satu acara bareng. Kalau mau kepoin kesehariannya, cus follow akun Instagramnya: @mariebernadetta.

Obrolan menarik lainnya dengan tokoh inspiratif bisa baca rubrik Wajah di sini:

>>> RUBRIK WAJAH <<<