KURUNGBUKA.com Tha Rae, sebuah desa Katolik terbesar di Thailand, menjadi latar horor dalam film Tha Rae: The Exorcist. Karya ini digarap oleh sutradara Taweewat Wantha, dengan naskah yang ia tulis bersama Buddhiporn Bussabarati dan Worawit Chaiwongkhod. Film ini diproduksi oleh Sahamongkol Film International, menghadirkan kisah tentang kembalinya iblis setelah empat puluh tahun. Sang iblis merasuki mantan pastor, menebar teror, dan memaksa seorang pastor yang taat aturan untuk bekerja sama dengan seorang dukun nyentrik demi menghentikan kekuatan jahat itu.
Film ini dibuka dengan adegan yang mudah diikuti, langsung menegaskan tema serta inti cerita. Plot awal terasa jelas, namun memasuki pertengahan, alur mulai membingungkan. Ada beberapa adegan yang tidak saling terhubung, baik dari sisi narasi maupun visual. Meski begitu, penampakan iblis dan efek visualnya cukup menegangkan. Hanya saja, motivasi pergerakan karakter maupun setan sering kali terasa tidak jelas. Klimaks pun kurang terbangun dengan baik karena banyak petunjuk baru ditumpuk di bagian akhir, tanpa cukup “clue” yang ditanam sepanjang cerita.
Yang menarik, film ini mencoba mempertemukan dua tradisi eksorsisme: seorang pastor Katolik yang mengandalkan doa kepada Tuhan dan seorang dukun yang meminta bantuan leluhur. Upaya penyatuan keduanya memberi warna berbeda, meski berisiko menimbulkan salah kaprah tentang ritual nyata. Salah satu dialog yang cukup membekas adalah ucapan seorang dukun tua: “Siang hari di dunia manusia adalah malam hari di dunia iblis. Maka, saat malam tiba di sini, justru itulah waktunya iblis beraktivitas.” Kalimat itu berhasil menambah kedalaman nuansa horor sekaligus menghadirkan renungan tersendiri.
Jika dipandang semata sebagai karya fiksi, Tha Rae: The Exorcist cukup berhasil menghadirkan hiburan horor dengan atmosfir mencekam. Namun, karena banyak mengambil elemen ritual yang benar-benar dijalankan di dunia nyata, penonton sebaiknya tetap kritis agar tidak terjebak pada informasi yang keliru.
Skor: 7/10
*) Image by Imdb.com