KURUNGBUKA.com – Ia mengaku telat sebagai penulis cerita. Pengakuan yang membuat kita bisa terkecoh. Yang mengenalnya memberi ketetapan dalam masalah arsitektur, agama, dan gerakan sosial-kultural. Di industri perbukuan, ia perlahan diakrabi sebagai penulis novel. Banyak orang yang kagum dengan buku Wastu Citra. Namun, akhirnya mereka membuat daftar buku sastra dari penulis yang bernama YB Mangunwijaya atau Romo Mangun. Novelis, yang memukau meski kemunculannya dianggap “telat”.
Para pembaca memiliki pilihan bila ditanya novel yang mengesankan atau terbaik. Sebagian menjawab Roro Mendut. Di sisi sana, ada yang getol membaca berulang kali untuk Burung-Burung Manyar. Namun, ada yang memilih dengan pasti yakni novel Burung-Burung Rantau. Di kubu yang suaranya tidak mau lirih, pilihannya adalah Balada Becak. Siapa yang berhasil mengoleksi semua buku buatan Romo Mangun dari pelbagai penerbit?
Novel-novelnya sering cetak ulang. Ada yang berganti penerbit. Yang terakhir, kita mengetahui novel-novel itu diadakan oleh Gramedia Pustaka Utama dan Penerbit Buku Kompas. Dulu, pembaca mengetahui ada yang diterbitkan Djambatan dan Balai Pustaka. Konon, nasib buku kadang dipengaruhi penerbitnya, tidak hanya mutu pengarangnya. Romo Mangun termasuk teringat dengan beragam penerbit. Ada buku yang diterbitkan Grafiti Pers, Kanisius, dan YOI. Apakah ia meniatkan agar buku-bukunya tidak dimonopoli oleh satu penerbit saja?
Yang ingin kita ingat adalah novel, yang awalnya terbit tiga jilid: Roro Mendut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri. Dulu, yang membaca tidak segera klenger. Yang ada di tangan adalah buku yang tidak tebal banget. Pada masa yang berbeda, tiga jilid itu diterbitkan menjadi satu buku: besar dan tebal. Mata pembaca pasti mendapat “siksa” untuk khatam. Buku yang besar dan tebal bila ditaruh di rak atau lemari tampak ciamik.
Di majalah Jakarta Jakarta, 26 Februari 1988, terdapat iklan untuk jilid Lusi Lindri. Novel terbitan Gramedia yang tampak cakep bagi para pembaca masa 1980-an. Garapan sampulnya elok!
Yang disampaikan penerbit: “Bagian ketiga dari trilogi Roro Mendut-Genduk Duku-Lusi Lindri ini memantau, dalam bentuk novel sejarah, data dan fakta historis Sunan Mangkurat I (abad ke-17), raja kejam Mataram dan zamannya yang penuh peristiwa dramatis.” Iklan yang banyak kalimat. Kita tidak mudah membacanya. Kalimat yang dikira jelas tapi oleh pembaca awam itu ruwet. Kalimat yang telanjur megah. Orang yang belum pernah membaca buku-buku Romo Mangun mungkin menyerah sebelum menjadi pembeli. Bagi yang sudah khatam dua jilid sebelumnya, iklan itu pemanis saja.
Lusi Lindri harganya paling mahal ketimbang dua jilid sebelumnya. Bagaimana harga buku ditentukan oleh penerbit, yang mungkin dikeluhkan pembaca? Dugaan: pembaca yang ingin sempurna mengharuskan dirinya membaca tiga jilid, tidak cuma dua jilid. Artinya, harga yang mahal bisa diabaikan asal berhasil khatam tiga jilid.
Pada masa lalu, novel tiga jilid itu sakti. Penerbit akhirnya mengadakan edisi yang istimewa. Harga ikut istimewa. Buku yang berubah ukuran dan tampilan sampul inginnya laris. Apakah itu dimaksudkan edisi koleksi? Yang membaca butuh kesabaran dan kekuatan raga yang besar. Novel yang bukan bacaan sebelum tidur. Cara baca yang terbaik adalah menaruhnya di atas meja.
Anjuran yang serius: “Khusus bagi para gadis maju dan wanita karier masa kini, namun juga untuk pria yang ingin menimba hikmah tanda-tanda zaman, novel sejarah YB Mangunwijaya ini memang dianjurkan.” Kalimat yang kurang tepat. Kalimat yang bisa membuat orang ragu untuk menjadi pembeli dan pembaca novel.
Iklan sastra yang dimaksudkan berwibawa. Namun, kita yang membacanya merasa ada kelemahan dan sedikit kegagalan dalam memancing perhatian. YB Mangunwijaya yang membuktikan mampu menulis cerita yang panjang seharusnya dihormati dengan iklan mentereng. Yang kita lihat adalah novel jilid ketiga. Seharusnya kita membandingkan dengan iklan untuk jilid pertama dan kedua. Walau iklan yang jilid 3 tampak sembarangan, novel tetap laris dan digemari para pembaca, dari masa ke masa. Pastinya, kehebatan dan kemuliaan misi sastra Romo Mangun tidak (mutlak) ditentukan oleh iklan dan majalah-majalah yang memuatnya.
*) Image by dokumentasi pribadi Bandung Mawardi (Kabut)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<