KURUNGBUKA.com, KAB. SERANG – Festival Hari Buku Nasional (FHBN) 2021 memasuki hari kedua, Kamis (28/5/2021), setelah hari sebelumnya dibuka oleh Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy, bertempat di kampus baru Untirta, Sindangsari, Kabupaten Serang.

Di hari kedua ini, kegiatan yang dilaksanakan oleh Ikapi pusat berlangsung meriah dengan diskusi dan bazar buku murah dari berbagai penerbit di Indonesia. Diskusi hari kedua ini bertemakan Diskusi Literasi yang menghadirkan penyair Toto ST Radik, Penulis, dan Ketua STISIP Setia Budhi Rangkasbitung, Harits Hijrah serta Penulis dan mahasiswa Untirta penyandang difabel, Vivi Intan Pangestuti dengan dimoderatori oleh Direktur Untirta Press Firman Venayaksa.

Pada diskusi ini, ada banyak hal inspiratif yang bisa dipetik di antaranya adalah soal perjalanan kepenyairan Toto yang begitu mengharukan. Toto bercerita pada awal mula ia menjadi seorang penyair dengan kondisi yang seba terbatas.

“Waktu itu, sekitar tahun 1984, di Serang, Banten, tidak ada koran yang mudah diakses, tidak ada TBM, tidak ada komunitas literasi dan sulit rasanya menemukan banyak penulis. Namun, saya tetap menulis karena dalam menulis saya bisa mencurahkan isi hati saya,” ujar Toto mengenang kisahnya.

Menjadi seorang penulis puisi rupanya memang tidak mudah. Toto mengatakan, keteguhan hati adalah kuncinya meski ada pertentangan dengan orang tua.

“Waktu puisi saya dimuat di koran, itu honornya hanya empat ribu rupiah. Honor yang hanya cukup untuk ongkos pulang dari Bandung ke Serang karena saya dulu kuliah di Bandung. Saya ingin memperlihatkan puisi yang dimuat itu kepada Almarhum Kakak saya,” lanjutnya.

“Namun orang tua menyuruh saya untuk berhenti menulis. Ngapain sih menulis, sudah kuliah saja, jadi sarjana dan kerja. Ya, saya tidak marah ke orang tua saya karena orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya,” tuturnya.

Keinginan orang tua pun dijalani oleh Toto dan sudah lebih 28 tahun menjadi seorang pegawai di pemerintahan. Hebatnya, Toto pun dengan kesibukannya menjadi ASN rupanya masih menulis puisi sampai saat ini bahkan buku terbarunya sudah lahir berjudul Buah Tangan dari Sorga yang diterbitkan oleh Epigraf.

Toto menambahkan, keteguhan hatinya untuk tetap berkarya itu karena pergaulannya dengan para penulis, dan tentu dengan adanya Rumah Dunia yang didirikannya bersama sahabatnya, Gol A Gong. Di Rumah Dunia, menurutnya gairah menulis terus berkobar dan bisa mencurahkan keilmuan menulisnya melalui Majelis Puisi Rumah Dunia yang dibinanya.

“Kalau saya hanya sebagai pegawai saja, mungkin hanya disibukkan dengan persoalan pekerjaan saja, tetapi kalau jadi penulis saya bisa leluasa mencurahkan isi hati, bisa berkumpul dengan banyak orang hebat seperti sekarang ini dan tentu kita bisa dikenang karena tulisan,” katanya. (lemri)