KURUNGBUKA.com – Platform digital kian menjamur di Indonesia. Penulis pun bertumbuhan dan menunjukkan karyanya melalui berbagai media; baik cetak maupun elektronik. Beraneka jenis tulisan pun bisa dengan mudah kita akses entah itu puisi maupun prosa seperti novel dan cerita pendek.

Beberapa waktu lalu, Kelas Menulis Gol A Gong bekerja sama dengan Laz Harapan Dhuafa, berinisiatif mengadakan lomba menulis lantaran melihat geliat dan semangat para penulis yang bermunculan. Kali ini, lomba yang diadakan cukup menarik lantaran bukan lomba menulis karya fiksi pada umumnya, melainkan lebih spesifik; Fiksi Mini (Flash Fiction).

Penyelenggara ingin menantang berbagai penulis dari segala genre untuk berpartisipasi pada lomba ini. Tantangannya jelas pada ruang yang sangat dibatasi, berbeda dengan cerpen lebih-lebih novel. Jumlah kata dalam lomba fiksi mini ini betul-betul diperhatikan dan ditentukan tidak lebih dari 250 kata, semakin sedikit kata yang dipakai maka akan lebih unggul dengan catatan cerita tetap utuh dan dipakai sesuai kebutuhan.

Satu bulan diadakan, kurang lebih terjaring 100 naskah yang masuk ke email redaksi Kurungbuka.com yang dijadikan media partner dalam lomba kali ini. Tanggal 15 November kemarin lomba ditutup dan naskah mulai masuk ke meja penjurian.

Secara umum, naskah yang masuk berdatangan dari berbagai penulis di penjuru Indonesia dengan cerita yang beragam dari tema yang ditentukan oleh penyelenggara, yakni kritik sosial. Ada yang berkisah tentang pendidikan, hubungan sosial antarkeluarga dan antartetangga, ada yang mengkritik tentang perilaku manusia beragama hingga menyoal mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup.

Sayangnya, banyak penulis yang terjebak pada gaya bertutur penuh khutbah melebihi pemuka agama. Tokoh-tokoh yang dihidupkan gagal menginterpretasi kehidupan nyata karena logika cerita yang dibangun cukup lemah. Sehingga sulit diterima sebagai satu kesatuan cerita yang utuh.

kriteria lomba ini meliputi kelihaian penulis meramu ide cerita, ketangkasan merangkum cerita dalam ruang yang terbatas, dan tinjuan atau cerita yang menohok di bagian akhir hingga membuat pembaca termenung-menung untuk beberapa saat. Namun beberapa peserta gugur di proses administrasi karena tidak sesuai dengan persyaratan seperti usia lebih di atas 30 tahun, jumlah kata lebih dari 250 kata, dan tidak sesuai tema yang ditentukan panitia.

Kelemahan lainnya banyak penulis yang bertele-tele dalam merangkai kalimat, dialog, juga bernarasi tidak penting yang padahal kalau dihilangkan tidak akan mengganggu inti cerita.

Laporan Pertanggungjawaban Dewan Juri Lomba Fiksi Mini 2020

Setelah menimbang dan membaca cerita dengan saksama, akhirnya dewan juri berhasil mendapatkan 3 cerita terbaik dan 1 cerita favorit. Cerita-cerita yang dikisahkan sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Meski begitu, kritik yang muncul tetap tajam dan menohok di bagian akhir cerita.

Juara pertama berani mengungkapkan persoalan keagamaan yang di mana selalu disusupi oknum umat yang dengan tanpa dosa memanfaatkan atau menjual agama demi mengambil keuntungan pribadi. Gayanya yang ringan dan jenaka berhasil menarik perhatian juri ditambah gaya satire yang melebur dengan dialog antartokoh tanpa tendensi menggurui pembaca.

Juara kedua memotret kebiasaan manusia zaman kiwari. Fenomena kehidupan manusia yang dikendalikan oleh gadget benar-benar digambarkan baik di sini, bahkan bagian akhir cukup berhasil mengejutkan dengan mematahkan ekspektasi pembaca, dengan suasana cerita yang gelap dan berhasil membuat pembaca ingin membacanya lagi dan lagi.

Juara ketiga tak kalah kuatnya dalam meraih rasa penasaran para juri. Kisah kali ini menangkap lanscape kehidupan keluarga metropolitan yang sering menyerahkan orang tua kandungnya ke panti jompo. Meski begitu penulis tampak santai mengisahkan cerita si tokoh hingga bagian akhir yang cukup menohok setelah tahu siapa yang sedang bernarasi sejak awal.

Untuk juara favorit semula penyelenggara tidak menyediakannya, namun karena cerita yang bagus ditulis oleh siswa SMP ini, akhirnya daripada disia-siakan, maka kami memilihnya sebagai apresiasi semoga ke depannya penulis termotivasi untuk menulis dan melahirkan karya lebih baik lagi.

Kisahnya sendiri tentang anak yang gemar berkhayal dan sulit membedakan mana dunia realitas dan dunia imajinasi. Ia kesal dengan ibunya yang selalu memarahi dirinya karena sering berbicara sendiri. Kami salut dengan gaya penulis dalam membangun psikologis tokohnya yang berdialog dengan sesosok peri hingga di bagian akhir cerita si tokoh mengalami akhir hidup yang cukup tragis.

Berikut para pemenang dan judul cerita fiksi mini karyanya:

Juara 1         : Defi Permata – Sumbangan (Lamongan)
Juara 2         : Hiromy – Medsos (Sumbawa)
Juara 3         : Cheyene Djema – Kasih (Kupang)
Juara Favorit: Rahma – Ilusi (Serang)

Juara 1 mendapatkan hadiah Rp600.000,-
Juara 2 mendapatkan hadiah Rp500.000,-
Juara 3 mendapatkan hadiah Rp400.000,-
Juara Favorit mendapatkan hadiah Rp200.000,-

Kami sebagai dewan juri mengucapkan selamat kepada para pemenang dan nanti karyanya akan dimuat di website Kurungbuka.com setelah dihubungi oleh panitia via email. Tidak lupa juga kami sampaikan kepada peserta yang belum mendapatkan kesempatan juara, kami ucapkan terima kasih karena sudah berpartisipasi. Kami cukup senang melihat antusiasme para peserta. Semoga setiap tahun kami bisa konsisten mengadakan lomba serupa dengan hadiah yang lebih menarik.

Salam Sastra,

Juri,
Gol A Gong (Ketua Juri)
Tias Tatanka
Ade Ubaidil

Sertifikat para peserta dan pemenang sila download di sini:
SERTIFIKAT PESERTA DAN PEMENANG FLASH FICTION 2020