KURUNGBUKA.com, SERANG – Arab Pegon adalah huruf arab yang dimodifikasi sebagai tulisan Bahasa Jawa juga Bahasa Sunda. Kata Pegon konon berasal dari Bahasa Jawa pégo yang berfaedah menyimpang karena Bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab diasumsikan sesuatu yang tidak lazim.

Arab Pegon sudah ada sejak ratusan tahun lalu di Indonesia ketika agama Islam semakin meluas penganutnya di nusantara. Penggunaan aksara Arab yang merupakan aksara dasar pada kitab suci agama Islam, Al-Quran, kemudian diterapkan oleh beberapa ulama besar nusantara untuk digunakan sebagai sarana menuliskan bahasa-bahasa asli nusantara, seperti Bahasa Sunda, Jawa Madura dan lain-lain untuk berbagai keperluan saat itu.

“Arab Pegon adalah warisan leluhur nusantara sejak ratusan tahun lalu, dan dengan melestarikan Arab Pegon sama dengan menjadi benteng penjaga budaya,” kata peneliti Arab Pegon Nusantara sekaligus dosen Unusia Jakarta, Ahmad Ginanjar Syaban, dalam acara webinar Aksara Pegon dengan tema ‘Napak Tilas Aksara Pegon di Banten’ di Cafe Umakite, Kota Serang, Sabtu (16/10/2021).

Aksara pegon, lanjut Ginanjar, sebenarnya bukan hal asing dan baru bagi bangsa Indonesia ini karena itu adalah aksara yang dipakai untuk menuliskan bahas-bahasa kita di masa silam ratusan tahun dan dipakai oleh suku-suku bangsa.

“Pegon itu aksara yang yang kosmopolit. Artinya, Bahasa Melayu ditulis aksara Arab menjadi Jawa lalu Bahasa Sunda, Jawa, Madura ditulis dalam aksara Arab jadinya Pegon itu sudah sejak lama sekali ratusan tahun silam, cuma kemudian memang ketika zaman berubah setelah kemerdekaan perlahan-lahan aksara ini itu mulai terpinggirkan lalu diganti oleh aksara latin yang kita pakai,” ujarnya.

Meski demikian, menurutnya, aksara Pegon masih lestari dan jumlahnya juga masih terhitung sangat banyak dibandingkan dengan aksara Jawa.

Sementara, H Makky, pengurus Kesultanan Banten, mengaku miris melihat kondisi upaya pelestarian Arab Pegon di Provinsi Banten. Padahal kesultanan Banten menggunakan Arab Pegon dalam perkembangan literasinya.

“Secara otomatis Arab Pegon akan hilang tergerus zaman. Harapan saya sangat ingin pemerintah ikut campur fokus terhadap Arab Pegon dan memfasilitasi orang-orang yang berjuang agar Arab Pegon ini diakui UNESCO,” katanya.

Sementara itu, santri Madarijul Ulum Kota Serang, Solihan, mendesak pemerintah Kota Serang dan Pemprov Banten supaya kalimat atau tulisan di tempat wisata, ziarah dan pemerintahan menggunakan tulisan Arab Pegon.

“Kami juga berharap Arab Pegon dimasukkan mata pelajaran mulok di sekolah-sekolah, supaya Arab Pegon tetap lestari,” desaknya.

Untuk diketahui, ketika agama Islam makin meluas penganutnya di nusantara, penggunaan aksara Arab yang merupakan aksara dasar pada kitab suci agama Islam, Al-Quran, kemudian diterapkan oleh beberapa ulama besar nusantara untuk digunakan sebagai sarana menuliskan bahasa-bahasa asli nusantara. Peninggalan tersebut masih tersimpan di berbagai lembaga pesantren dan pihak-pihak yang banyak menggunakannya waktu itu.

Namun, karena banyak kosakata dari bahasa-bahasa nusantara yang cukup rumit untuk ditulis menggunakan aksara arab aslinya, maka diciptakan memodifikasi untuk penyesuaian, hingga terciptalah aksara Arab baru di nusantara yang waktu itu bisa dianggap menyimpang. Kemudian cipta karya aksara baru (penyesuaian dari aksara Arab) yang dalam literasi Jawa dan kerabatnya itu disebut sebagai Aksara Pegon.

Salah satu naskah legendaris, yakni Babad Diponegoro, yang berisi kisah hidup Pangeran Diponegoro (hidup pada tahun 1785 – 1855), dimana naskah aslinya ditulis oleh beliau sendiri, dituturkannya dengan menggunakan aksara Pegon.

Seperti kita ketahui, Babad Diponegoro sudah ditetapkan sebagai Memori Dunia oleh UNESCO pada tahun 2013. Meskipun aksara Arab saat ini sudah bisa digunakan sebagai salah satu sarana tata tulis pada platform digital, beberapa penyesuaiannya yang ada di Aksara Pegon belum termasuk di dalamnya karena memang ada beberapa varian aksara yang demikian spesifik, bahkan tidak dikenal oleh umumnya masyarakat Timur Tengah yang terbiasa menggunakan aksara Arab.(LLJ/lmr).