KURUNGBUKA.com – (22/03/2024) Keluarga dan sekolah sering diceritakan yang berpengaruh awal bagi kemunculan pengarang. Di keluarga, ia memiliki sosok-sosok yang mampu menyemangati dan memberi pengantar dalam memasuki sastra. Ada yang mengenalkan buku-buku atau merangsang dalam kemahiran bercerita.
Di sekolah, beberapa mata pelajaran dan guru memberi petunjuk dalam kesungguhan belajar bahasa dan sastra. Adanya teman-teman yang memiliki kegemaran bercerita memberi sokongan makin besar untuk perwujudan sebagai pengarang.
Ramadhan KH (1984) menyatakan: “Tidak saya mungkiri bahwa banyak sekali yang saya lihat atau saya dengar, yang saya baca atau yang muncul dengan tiba-tiba di benak saya, membuat saya tergerak untuk mencatat dan menyerapnya.” Kemauan menjadi pengarang menuntut cekatan dan pembiasaan.
Artinya, ia tidak hanya menulis asal-asalan. Namun, Ramadhan KH kadang lalai untuk segera membuat catatan atas segala hal. Akibatnya, ia kehilangan rangsang atau petunjuk. Yang diakuinya: “Padahal, catatan yang sependek apa pun seri merupakan noktah yang bagus dan menjadikan saya terangsang untuk menuliskannya lebih panjang.”
Di kalangan pengarang, ilham lekas “dipegangi” atau dicatat akan mewujudkan sastra. Ilham yang dimiliki tidak mudah dituliskan semua. Ada tindakan-tindakan yang kadang memudahkan atau menyulitkan. Yang terjadi dalam kepengarangan Ramadhan KH: “Saya tumbuh di dunia murung. Sebab itu pula saya amat bodoh menggambarkan adegan-adegan yang kocak.”
Ia tahu kesulitan. Mengarang kadang dikutuk murung. Ramadhan KH mengusahakan dirinya terus menulis tanpa berbagi pesimis saat sadar kesulitan-kesulitan dalam tulisan.
(Pamusuk Eneste (editor), 2009, Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang 3, Gramedia Pustaka Utama)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<