KURUNGBUKA.com – (16/07/2024) Di Italia, pengarang itu memberi persembahan yang membuat dunia termenung, kaget, kagum, dan teringat sepanjang masa. Yang dilakukan adalah menulis novel dan esai. Kita (makin) mengenalinya setelah beberapa buku diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Membaca dengan gairah sekaligus kebingungan.

Umberto Eco dengan tulisan-tulisannya telah membuat ribuan orang di Indonesia menjadi penggemar yang setia. Abad XX berlalu dan pengarang-pengarang baru bermunculan tapi kita belum bosan membaca novel-novelnya, terutama The Name of the Rose. Yang pasti ia tak sekadar pencerita.

“Saya hanya harus memulai, kemudian novel itu bisa berjalan dengan kedua kakinya sendiri,” pengakuan Umberto Eco. Yang rampung membaca dua atau tiga novelnya lekas mengetahui keunikan dan keseriusan Umberto Eco, dari pengamatan sampai penulisan. Namun, Umberto Eco dalam masalah menerangkan atau memberi pengakuan tentang semua itu biasa menyelipkan kelakar yang berbobot berat.

Yang ia sampaikan: “Begitu seorang penulis merancang dunia naratif tertentu, kata-katanya akan mengikuti, dan kata-kata itu akan menjadi yang dibutuhkan oleh dunia tertentu.”

Keyakinan yang sangat diperlukan dalam menulis, yang memungkinkan mendapat “mukjizat”. Ia bertaruh dengan ide-idenya. Yang tidak diragukan adalah kemahiran berbahasa, yang ia tekuni dari pelbagai sumber terpenting. Pembaca novel-novel Umberto Eco menikmati zaman-zaman yang silam, yang memberi arahan sejarah dan godaan-godaan tafsiran yang rumit.

Umberto Eco yang memberi tulisan-tulisan, yang melewati tahun-tahun tapi kita tidak bosan-bosan membacanya. Kita mengetahui ia mencipta dunia, yang menggerakkan bahasa. Kita yang membaca boleh terlena.

(Umberto Eco, 2021, Pengakuan Seorang Novelis Muda, Diomedia)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<