“Di dalam toko buku, Mr Pahk melepaskan kacamatanya dan menyapanya dengan ramah. Han menghirup aroma lembab kertas tua dan tinta yang membuat nyaman. Debu menahan cahaya seolah-olah mereka disaring melalui pohon-pohon tua di belantara.”
(Eugenia Kim, The Calligrapher’s Daughter, Gagas Media, 2012)
KKURUNGBUKA.com – Pada saat tatanan hidup amburadul, orang-orang merasa penyelamatan dapat dilakukan melalui Pendidikan dan menikmati bacaan. Ketentraman belum tercipta tapi hari-hari tidak harus selalu menyiksa. Yang mau mengerti hidup dan memiliki gagasan kebebasan berhitung situasi akibat represi politik, pikat ilmu, panggilan iman, dan lain-lain.
Pada saat-saat yang genting, dilema-dilema bermunculan, yang menyusahkan dalam bersikap dan menjawab.
Maka, keberadaan toko buku ikut menentukan biografi dan usaha penyelamatan yang ada di Korea. Kekuasaan senantiasa menyetor siksa-siksa, yang membuat hidup keseharian memerlukan berita dan pengetahuan.
Maksudnya, yang dipelajari akan menjadi petunjuk atau syarat agar terbit keberanian dalam mengikuti perubahan atau menanggapi masa depan yang mungkin buram.
Kemunculan kaum terpelajar, yang mengandalkan bacaan dalam arus modernitas dan tanggapan kekuasaan menimbulkan gejolak, yang nantinya berwujud perlawanan atau kemampuan agar tidak tunduk sepenuhnya. Yang terpelajar mudah dicap Barat akibat sumber-sumber dan tata cara keintelektualan memang khas Barat. Namun, penyerapan Barat bisa diselaraskan dengan kepentingan-kepentingan saat ingin mengajak banyak orang membentuk identitas dan menyatakan daulat di Korea.
Keintelektualan itu bacaan. Yang berpenampilan rapi dan mengenakan kacamata kadang mengesankan keintelektualan, yang terpancar dan menguat lewat cara bicara. Selanjutnya, pilihan bacaan menjadi pijakan dalam pilihan tema yang dialirkan selama hari-hari yang penuh perintah dan tekanan. Bacaan yang tidak sekadar kata-kata tercetak tapi percikan atau letusan yang mengukuhkan sikap dalam pertimbangan kalah dan menang.
Eugenia Kim mengingatkan masa lalu yang menempatkan toko buku dalam kepentingan modernitas dan kekuasaan. Di toko buku, orang-orang yang bertemu dan bicara menyadari pentingnya bacaan-bacaan dalam penyadaran selain peristiwa-peristiwa politik yang monoton. Yang di tangannya ada buku dan matanya bergelimang kata memiliki keistimewaan meski dilanda kesulitan dalam menaburkan ide-ide kepada jutaan orang yang belum melek aksara. Kekuasaan kadang makin menyulitkan dengan pembatasan dan pelarangan.
Yang kita baca dalam novel berjudul The Calligrapher’s Daughter adalah pengalaman dalam represi kekuasaan sambil adanya upaya capaian kenikmatan aksara. Orang-orang yang mendapatkan terang dari bacaan-bacaan yang dihasilkan mesin cetak. Bacaan yang mengharuskan kemampuan mengelola tubuh dan menempatkan dalam alur sejarah yang arahnya belum pasti.
Pada buku, majalah, atau koran, para pembaca menemukan kesan-kesan yang sejenak menghindarkan dari aroma politik yang membosankan. Yang khas tentu buku-buku yang terus bertahan saat tahun-tahun berlalu. Buku-buku yang tidak mau sirna, yang menemukan pembaca dalam masa-masa berbeda. Maka, pengisahan tentang aroma buku itu bukti gelagat menghidupkan imajinasi kesetiaan atas bacaan.
Yang teringat, buku-buku yang beredar pada awal abad XX tidak selesai sebagai bacaan. Di situ, ada tanda seru yang menggerakkan kemauan bebas, berdaulat, atau mulia melalui beragam pernyataan di hadapan kekuasaan dan tradisi yang kolot. Mesin cetak, yang mengubah dunia sejak beberapa abad yang lalu, menampilkan modernitas yang berwujud kertas. Di lembaran-lembaran kertas yang memuat kata-kata dan gambar, agenda-agenda besar diselenggarakan secara modern.
Buku-buku ikut mengiringi kekuasaan yang menimbulkan kehancuran dan penderitaan. Buku-buku yang terbaca dan dijadikan “senjata” dalam perlawanan atas nama kesadaran memungkinkan siasat keselamatan, kebahagiaan, dan kebersamaan yang dinamakan bernegara. Buku-buku memang tidak selamanya melawan kekuasaan. Pada satu titik, buku-buku justru diadakan untuk membenarkan kekuasaan yang kejam dan kotor.
*) Image by dokumentasi pribadi Bandung Mawardi (Kabut)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<







