Ingin Jadi Hujan
melihat laut biru dari jembatan panjang ini
aku berdoa—mendamba tubuh sublim ke langit
menjadi awan sore saat hatimu sedih
lalu pecah sebelum kau menangis__
sebelum malam tiba dan mendekatkanmu
pada bisik hantu-hantu perih pikiran sendiri.
dengarlah tiap tetesnya, lembut dan lirih
pereda nyeri hari-hari ditikam dahaga jiwa.
biarkan tiap tetesku memasukimu
lewat mata terbuka, pori-pori, dan telapak
tangan yang senantiasa menadah berkah.
di jembatan panjang ini aku berdoa
berharap menjadi hujan tanpa bencana
bagi orang-orang yang hatinya celaka.
Jakarta, September 2025
***
Tilas 24
usiaku memasuki angka duapuluhempat
membentang antara kampung kelahiran
dan rumah kedua di tanah mataram
menata niat, cita-cita, dan rasa hampa.
kegetiran seperti udara yang masuk
keluar mengikuti alur nafas
hembusnya menjelma sonetak sesak
terhimpit di tenggorokan sebelum kandas.
tak ada nyala lilin, tak ada kue tar
sedih dan bahagia begitu teramat samar
melingkupi hari-hari rapuh penuh memar.
tidak kepada siapa-siapa aku bersandar
membiarkan daya hidup meleleh
begitu saja—ditelan api usia pelan-pelan!
Jakarta, 2025
***
Alpa
aku selalu lupa
pada dinginnya tangan maut
yang menyembunyikan risau
di ujung tajam mata pisau
yang menatap dengan seringai
getir senyumku sendiri.
astaga, ini lebih nyata
dari perang dunia!
Jakarta, September 2025
*) Image by istockphoto.com







