KURUNGBUKA.com – Ia bukan novelis yang terkenal. Pekerjaannya adalah mengajar di universitas, yang berusaha menjadikan para mahasiswa bisa menulis secara pantas. Ia paham tulisan ilmiah populer. Ia yang bernama Ismail Marahimin pun mengerti tulisan-tulisan dianggap sastra. Di kesibukan mengajar, ia menemukan para mahasiswa yang kesulitan dan gagal dalam urusan membuat tulisan. Mereka mungkin telat belajar, bodoh, atau tidak mendapatkan bekal sejak dini.

Selain menghabiskan tahun-tahun sebagai pengajar, Ismail Marahimin menulis novel. Apakah ia tidak kelelahan? Apakah ia malah “serakah” dengan keinginan menulis novel, setelah terbiasa menulis kolom? Buktinya ia berhasil menulis novel. Sukacita yang diperoleh adalah novelnya mendapat kemenangan dan penghargaan.

Di sastra Indonesia, siapa yang pernah mengetahui atau khatam novel yang berjudul Dan Perang Pun Usai (1979). Buku diterbitkan Pustaka Jaya, pernah ikut dalam sebaran buku Inpres. Artinya, novel dicetak berjumlah ribuan eksemplar. Namun, siapa membaca dan terkenang sampai sekarang? Nama pengarang dan judul novel memang tak mudah diakrabi dalam kumpulan pembaca yang sedang asyik obrolan. Padahal, novel itu pernah mengalahkan atau menyingkirkan ratusan novel lainnya dalam sayembara dan penghargaan.

Di majalah Optimis edisi Desember 1984, kita mendapat keterangan dari pengarang bahwa naskahnya menjadi pemenang II dalam sayembara menulis novel yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (1977). Pemenang I tidak ada. Jadi, novelnya yang “terbaik”. Semula, naskah itu diberi judul Tiga Lagu Dolanan. Judul yang mungkin dianggap apik tapi sulit diterima oleh penerbit. Yang terjadi adalah perubahan judul saat diterbitkan menjadi buku oleh Pustaka Jaya. Akhirnya, yang tercantum di sampul buku bagian depan: Dan Perang Pun Usai.

Novel gubahan Ismail Marahimin mendapat “medali emas Pegasus – hadiah sastra yang disediakan oleh Mobil Oil Corporatio.” Yang menyerahkan hadiah adalah Mendikbud Nugroho Notosusanto. Pastinya pengarang mendapat hadiah yang besar. Hadiah dari perusahaan yang mentereng, bukan dari pemerintah yang mengakunya anggaran selalu terbatas.

Kita simak keterangan tentang perubahan judul saat terbit menjadi buku: “Perubahan judul tersebut permintaan dari penerbit Pustaka Jaya yang mengatakan dengan agak terus-menerus tentang kemungkinan digantinya judul naskah. Menurut penerbit, judul Tiga Lagu Dolanan mengesankan sebagai cerita anak-anak. Akhirnya, karena agak didesak, saya pun setuju untuk mengganti judul. Pustaka Jaya mengajukan beberapa judul baru. Sementara itu saya pikirkan juga judul baru. Dan Perang Pun Usai dari saya. Saya pikirkan sendiri.”

Pengakuan yang penting untuk menambah daftar perubahan judul novel-novel yang pernah terjadi di Indonesia, sejak awal abad XX. Yang ikut memberi pengaruh perubahan judul adalah penerbit. Maka, pertimbangan yang berbeda antara pengarang dan penerbit kadang menimbulkan masalah meski bisa sampai mufakat. Konon, perubahan judul novel ikut memberi peruntungan atau keapesan di pasar. Yang teringat dari 1924 adalah perubahan judul novel untuk anak yang digubah M Kasim. Balai Pustaka akhirnya menerbitkan naskahnya dengan judul Si Samin, mengganti judul yang dibuat oleh pengarang.

Kesepakatan terjadi dan penghargaan diperoleh tapi Ismail Marahimin belum ikhlas sepenuhnya. Yang disampaikan: “Saya lebih senang Tiga Lagu Dolanan. Sebab, nasib manusia itu dianggap main-mainan. Ya, ada yang mati, ada yang kawin, ada yang diperkosa, itu dianggap mainan semua. Dengan judul itu jadi kelihatannya manusia itu apa sih? Ya, mau hidup, mau kaya, mau miskin, ya begitu-begitulah seperti dolanan anak-anak. Dari mula, saya agak ngotot dengan judul itu. Saya bilang judul itu bagus. Sebuah cerita yang serius dengan judul ini bagus!”

Penerbit yang meminta perubahan judul memiliki pertimbangan-pertimbanan, yang ada kaitannya dengan pemasaran. Urusan menerbitkan buku itu gampang tapi yang susah adalah menjualnya dan digemari oleh publik. Ismail Marahimin, novelis yang kurang terkenal, memberi pengakuan yang tercatat oleh kita bahwa penerbit biasa menang dalam masalah judul. Namun, ia beruntung ketimbang pengarang-pengarang lain yang apes saat terpaksa atau mengikuti kemauan penerbit.

*) Image by dokumentasi pribadi Bandung Mawardi (Kabut)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<