KURUNGBUKA.com, KAB. TANGERANG – Dua penulis asal Kabupaten Serang, Ahmad Wayang dan Rahmat Heldy HS menghadiri undangan dari Tepian Literate Club pada acara bertajuk Kongsi (Kongko Literasi). Acara Kongsi dibagi dalam dua sesi, pertama bincang buku “Makanan Tradisional dari Tanah Sultan Banten” yang merupakan buku terbaru karya Ahmad Wayang, dan sesi kedua “Memantik Literasi Lewat Puisi” yang disampaikan oleh Rahel, sapaan dari Rahmat Heldy HS.
Kegiatan itu digelar di Tepian Coffee & Eatery, Jalan Raya Mauk Km 17, Jatiwaringin, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Hari itu, Sabtu (8/11/2025), Tepian Coffee diguyur hujan, membuat suasana terasa sejuk dan semakin syahdu. Setelah hujan reda, para peserta dan juga pengunjung cafe perlahan berdatangan dan diskusi baru dimulai sekira pukul 15.40 WIB.
Dalam diskusinya, Ahmad Wayang bercerita bahwa buku “Makanan Tradisional dari Tanah Sultan Banten” merupakan buku yang diterbitkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Kabupaten Serang. “Proses pengerjaan buku tersebut sekitar dua bulan lebih. Mulai dari pengumpulan data hingga penulisan,” kata Ahmad Wayang memulai cerita.
Diakui Wayang, pada buku makanan tradisional tersebut mengulas 19 makanan mulai dari rabeg, sate bandeng, gipang, jejorong, kue engkak, rengginang dan lain-lain. “Saya menuliskan beberapa makanan khas Kabupaten Serang ini juga dilengkapi dengan sejarah asal-usul makanan tersebut, dan ada beberapa makanan khas Kabupaten Serang seperti rabeg, sate bandeng itu konon sudah ada sejak zaman Sultan Maulana Hasanuddin Banten,” lanjut Wayang bercerita.

Salah satu peserta diskusi mengajukan pertanyaan, tentang konsep penulisan dari buku “Makanan Tradisional dari Tanah Sultan Banten”. Wayang menjelaskan bahwa gaya penulisan dari buku tersebut menggunakan teknik penulisan feature atau dengan gaya bercerita untuk menginformasikan dan menghibur pembaca secara mendalam.
“Jadi tulisan hasil wawancara dari beberapa narasumber baik pelaku usaha UMKM atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dan juga sejarawan Abah Yadi. Itu kemudian saya kemas dalam bentuk penulisan feature. Dan tentu saja tulisan ini juga dilengkapi referensi dari buku-buku dan sumber lainnya,” terang Wayang.
Sementara itu Rahel bercerita tentang perjalanan awal karir menulisnya dimulai dari puisi. Menurutnya, ketika seseorang sedang mengalami masa sulit, atau dalam situasi di mana ia menderita karena cinta ditolak misalnya, maka itu jangan dijadikan keluh kesah semata. “Ketika seorang penulis atau penyair ada di posisi tersebut, maka buatlah puisi. Jadikan kesedihan dan penolakan itu menjadi karya puisi,” kata Rahel.
Rahel juga memparktikkan bagaimana cara menulis puisi dari objek yang ada di sekitar kita. Seperti pemandangan pada sore hari itu di Tepian Coffee, ada burung-burung yang bertengger di pagar cafe, rumput hijau, lampu-lampu yang menyala dan bunga-bunga di sekitar cafe. Dan menurut Rahel, dari semua itu bisa dirangkai menjadi sebuah puisi.

Anna Lestari Anwari, ketua pelaksana acara sekaligus pendiri Tepian Literate Club (TLC) mengatakan TLC adalah komunitas literasi bagian dari program Tepian Coffee. “Komunitas ini dirintis Januari 2024 dengan anggota 12 orang yang mayoritas berprofesi sebagai guru SD dan SMP. Kegiatannya dinamai Kongsi, diadakan sebulan sekali,” jelas Anna, pemilik nama pena Yori Tanaka.
Anna juga menerangkan, November ini memilih tema puisi, karena biasanya di komunitas tersebut, tema puisi itu jarang diangkat sebagai pemantik literasi. “Karena TLC lebih banyaknya fokus ke membaca, terus read aloud, baru sekedar itu aja. Untuk itu kita memilih tema puisi ini, dan mengundang Ahmad Wayang dengan Rahmat Heldy HS,” tutup Anna. (aw/dhe)







