KURUNGBUKA.com – Saya mengikuti perbincangan di akun Threads @junaydfloyd, Ahmad Junaidi, yang seperti biasa membelah warga net jadi dua kubu: mendukung dan mencela. Dalam komentar pada kiriman tertanggal 5 November itu, saya tidak hanya menemukan cerita klasik: bagaimana seorang pakar dihargai tetapi juga kata-kata yang menarik dibincangkan:, expert, rider, rate card, parasocial relationships,
Ini masa-masa berbahaya, begitu kata Tom Nichols dalam bukunya Matinya Kepakaran (KPG, 2022). Masa yang dimaksud Nichols adalah saat ini, masa ketika semua orang menjadi bisa ahli dan bebas berbicara apa saja, tentang obat, tentang gender, tentang tips menghadapi ancamaan pidana (dan hal-hal yang di masa lalu memerlukan pendidikan khusus dan waktu panjang untuk memperoleh gelar) yang disampaikan dengan bahasa santai dan bersahabat. Kini, kebenaran ada di tangan-tangan mereka yang memiliki banyak pengikut (followers) di media sosial.
Pemengaruh adalah orang yang dapat dipercaya. Jumlah pengikut adalah buktinya. Penelitian Zhou dkk. (2023) mengonfirmasi bagaimana jumlah pengikut berpengaruh pada kredibilitas seseorang di dunia maya. Matthew Pittman (2021) mengadaptasi istilah bandwagon effect untuk menyebut fenomena pengaruh keterlibatan (engagement) dan popularitas terhadap kepercayaan pada seseorang di media sosial. Bandwagon effect digunakan pertama kali oleh ahli sosiologi, William James, pada makalahnya tahun 1896, yang berjudul The Principles of Psychology.
Lema pemengaruh menjadi anggota KBBI Daring sejak 2020, dengan arti:1) n sesuatu atau seseorang yang memengaruhi atau mengubah perilaku, pemikiran, dan sebagainya: faktor adanya kesempatan merupakan salah satu ~ perilaku menyontek; dan 2) n orang yang menggunakan media sosial untuk mempromosikan atau merekomendasikan sesuatu: Pemerintah akan memberikan insentif kepada media massa dan ~ dalam rangka promosi wisata.
Lalu, siapa sebenarnya yang pantas disebut expert? Bahasa Indonesia menerjemahkannya sebagai pakar, ahli. Kata expert berasal dari bahasa latin, expertus, bentuk lampau dari kata kerja experiri: to try, to experience, untuk mencoba; untuk mengalami. Dalam Kamus Merriam-Webster Daring, expert diberi penjelasan: one with the special skill or knowledge representing mastery of a particular subject, seseorang dengan keterampilan atau pengetahuan khusus yang menunjukkan penguasaannya terhadap subjek tertentu. Seorang pakar telah melewati percobaan, eksperimen berkali-kali untuk menjawab satu permasalahan keilmuannya.
Dalam dunia ilmiah, kepakaran merupakan label yang dilekatkan pada seorang peneliti agar mudah dikenali ketika suatu waktu orang awam membutuhkan keahliannya. Untuk pakar di bidang telematika misalnya, kita barangkali akan merujuk Roy Suryo, atau ketika merebak kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Kepulauan Seribu pada 2017 lalu, ahli bahasa perlu dilibatkan. Dari KBBI Daring, kita dapat menemukan sumber asal kata ahli, yaitu dari bahasa Arab, أَهْلٌ ahl, yang berarti anggota keluarga, dan bahasa Persia, اهل ahli n ‘berkualitas, kompeten, berpengetahuan, layak, kompeten. Bahasa gaul memberi sebutan menyebalkan, si paling.
Zhou dkk. (2023) berargumen, dalam masyarakat demokratis modern, penting untuk memahami definisi kepakaran, terutama bagaimana kepakaran tersebut berpengaruh dalam pengambilan keputusan-keputusan penting.
Namun, era media sosial semakin memperlihatkan bahwa pemengaruh (yang kepakarannya masih dipertanyakan secara ilmiah) memiliki kekuatan memobilisasi publik. Ambil contoh kerusuhan yang terjadi di sejumlah daerah Indonesia pada akhir Agustus hingga awal September 2025. Belakangan, pemerintah pun mewacanakan perlunya sertifikasi influencer.
“Keluhan” Ahmad Junaidi juga memperlihatkan bagaimana kekuatan itu membuat pemengaruh yang diundang bersamanya di sebuah acara dihargai jauh puluhan juta, ketimbang dia yang hanya ‘seorang dosen lulusan S-3 Monash University.’
Ada satu hal menarik yang menurut saya cukup berperan pada penyebab mengapa seorang pemengaruh lebih dihargai daripada seorang pakar. Para pemengaruh tahu benar apa arti followers sehingga mereka benar-benar merawat keterlibatan mereka dengan para pengikut. Mereka mencari tahu apa yang disukai warganet dan menjadikannya sebagai ide konten. Lihat saja konten soal keberpihakan pada perasaan istri yang dikhianati atau perempuan yang diduakan misalnya. Di era konten, para pemengaruh yang mampu menghadirkan isu yang relevan dengan kehidupan warganet adalah dewa.
Para pemengaruh ini juga mampu membangun parasocial relationship, istilah sosiologi untuk hubungan atau rasa persahabatan yang dibentuk pemirsa dengan persona media. Willa Hart menyebut istilah yang diciptakan oleh ahli sosiologi, Donald Horton dan koleganya, Richard Wohl tersebut sebagai persahabatan imajiner dengan sosok yang dikagumi. Hubungan parasosial dapat kita lihat sebagai hubungan satu arah yang dirasakan seorang penggemar terhadap idolanya. Perilaku ini dapat dengan mudah ditemui pada seorang penggemar yang merayakan ulang tahun artis idolanya dengan mengunggah perayaan tersebut di media sosial pribadinya dan menandai si artis idola, dengan harapan dapat di-notice oleh sang idola dari sekian jutaan penggemar lain.
Namun, menjadi penggemar saja seolah tidak cukup. Seseorang dalam hubungan parasosial konon terikat secara emosional dengan kehidupan idolanya, ikut bersedih ketika aktor kesayangan dirundung akibat penampilannya di sebuah acara, bangga ketika atlet favoritnya mencetak gol kemenangan, atau bahkan juga merasa diserang ketika politisi yang dikaguminya dituduh melakukan pelanggaran. Ada rasa keintiman dan keakraban yang melampaui sekadar ketertarikan biasa, sehingga kesempatan untuk bertemu langsung dengan si idola begitu berarti.
Komentar yang muncul di akun dosen Universitas Mataram tersebut mengerucut pada salah satu isu, “menyalahkan” Ahmad Junaidi yang tidak menyebutkan rate card dan tidak mencantumkan riders di awal ketika ia dihubungi panitia acara. Rate card dan rider belum diserap ke dalam bahasa Indonesia, barangkali karena sudah ada kata tarif untuk rate dan klausul yang kurang lebih sama artinya dengan rider. KBBI Daring menerakan klausul sebagai n ketentuan tersendiri dari suatu perjanjian, yang salah satu pokok atau pasalnya diperluas atau dibatasi; yang memperluas atau membatasi: hasil persetujuan antarnegara itu memuat — jaminan atas kemerdekaan negara-negara kecil. Sementara itu, pada laman pasti.kemdikbud.id, istilah rider tidak berdiri sendiri, tapi mengikuti kata insurance, rider insurance yang diartikan asuransi tambahan.
Ahmad Junaidi bisa dikatakan seorang pemengaruh. Di instagram, ia memiliki pengikut 111K, ia pun berdedikasi dalam mengupayakan akses luas untuk mahasiswa Indonesia agar dapat berkuliah di luar negeri. Namun, barangkali pemengaruh yang diundang bersamanya dianggap lebih populer dan kredibel oleh panitia (sehingga lebih mampu menarik calon peserta untuk datang ke acara) dibanding seorang penerima beasiswa Australia Awards dengan gelar akademik prestisius seperti dirinya.
Namun, keluhan lulusan Monash University tersebut rupanya bukan apa-apa. di Konoha, keputusan genting terkait gizi anak bangsa, tidak dipercayakan pada seorang ahli, tapi ditentukan oleh ketukan palu Wakil Ketua DPR RI.
Pada akhirnya, so much for kepakaran. Di mata media sosial, gelar akademik tak lebih dari dekorasi pada nama seseorang.
Sungguh ini masa-masa berbahaya.
*) Image by skillshub.com
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<







