“Di dunia ini, waktu seperti aliran air, kadang terbelokkan oleh secuil puing, oleh tiupan angin sepoi-sepoi. Entah, kini atau nanti, gangguan kosmis akan menyebabkan anak sungai waktu berbalik dari aliran sebelumnya. Ketika hal itu terjadi, burung-burung, tanah, orang-orang yang berada di anak sungai itu menemukan diri mereka tiba-tiba terbawa ke masa silam.”
(Alan Lightman, Mimpi-Mimpi Einstein, KPG, 1999)
Kita terpaksa bertemu lagi dengan Alan Lightman. Ia masih ngelindur. Yang diungkap tetap waktu. Pengarang yang keparat, tidak lelah-lelahnya menulis waktu. Apakah ia ingin menjadi filosof? Bacalah kalimat-kalimatnya yang mengingatkan kita dengan prasasti atau petuah leluhur yang mengabadi. Ibarat waktu yang digunakannya memiliki rasa “kuno”.
Apakah ia berusaha mati-matian menjadi ilmuwan? Yang dipikirkan adalah fisika, berharap dapat menguak misteri-misteri waktu. Namun, ia telanjur rajin menulis cerita. Jadi, ia melakukan percampuran kehendak saat memberi kalimat-kalimat bertema waktu. Sehingga, yang ditulisnya tidak boleh segera diterima sebagai ajaran yang pantas disingkap dengan doa, keajaiban, atau teori mutakhir.
Ia memilih sungat dalam mengajukan ibarat. Pembaca yang telah akrab sungai tidak kesulitan mengikuti kemauan Alan Lightman. Sungai yang diangankannya mungkin berada di desa atau pegunungan. Apa yang terjadi jika sungai yang dimaksudkan berada di tengah kota-kota Eropa atau Amerika Serikat? Kita yang berada di tempat berbeda, membayangkan sungai dari yang terdekat atau memilih kebablasan menerima sungai dalam dongeng-dongeng.
Air yang mengalir. Waktu yang mengalir. Yang kita terima dari kalimat-kalimat buatan Alan Lightman: waktu memiliki keterbatasan lebar dan panjang. Sungai terpisah dari hal-hal lain. Mengapa waktu terpisah? Sungai sekadar ada di alam, tidak menguasai alam atau menyerap seluruhnya dalam alam. Kita sedang bermasalah dengan permainan ibarat.
Pembaca boleh memuji lembutnya kalimat yang menimbulkan pemandangan di depan mata. Yang disebut sungai bukan hanya air. Kita yang berada di sungai atau melihat sungai melihat hal-hal lain, yang mengesahkan adanya sungai. Namun, Alan Lightman mengartikan sungai adalah air yang mutlak, tidak ada kenyataan bahwa sungai tanpa air atau mengalami kering yang nestapa.
Air yang tidak selalu menang. Kehendak air dapat berubah. Penyebabnya adalah hal-hal lain. Alan Lightam memicu puitis dengan menyebut “oleh secuil puing” atau “oleh tiupan angin sepoi-sepoi.” Kalimat yang apik jika diubah menjadi gambar. Kita dianjurkan kalimat itu tetap menginginkan renungan tentang hakikat waktu. Yang ditulis adalah sungai tapi memberi legitimasi yang besar untuk air.
Selanjutnya, pembenaran bahwa sungai bisa menjelaskan waktu. Kita condong memilih sungai yang termaktub dalam kitab suci atau sungai yang lestari dalam mitologi. Sungai yang tidak cuma indah. Sungai menjadi pusat peradaban. Nasib baik dan buruk terlihat di sungai. Perayaan hidup dan mati bersumber sungai. Perang-perang akbar itu sungai. Ratapan pedih akibat asmara merujuk sungai. Misteri-misteri mustahil terjelaskan berada di sungai.
Alan Lightman mengandaikan waktu itu aliran air atau waktu terpahamkan di sungai berlatar awal abad XX. Kita yang membacanya masa sekarang dicegat dulu oleh duka dan marah ketika mengetahui sungai-sungai bersampah. Sungai-sungai dihinakan di kota-kota. Di desa, sungai-sungai mudah berkurang dan menghilang tanpa ritual atau tangisan. Sungai yang silam yang masih membuat kita terbujuk imajinasi waktu.
Pengarang yang berhasrat puitis dan filosofis itu mendebarkan pembaca saat membayangkan kelak terjadi arus air yang berbeda dari biasanya. Perubahan itu mungkin membawa mukjizat atau hukuman yang menjadikan manusia tiba-tiba kehilangan pengertian. Situasi yang mengesankan ada yang berbalik, kembali ke silam. Kita menantinya meski tidak membuat ritual atau mewujudkan teori-teori terbaru dari kaum fisikawan.
*) Image by dokumentasi pribadi Bandung Mawardi (Kabut)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<







