KURUNGBUKA.com, JAKARTA – Gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia (RI), DKI Jakarta, menjadi saksi sejarah dikukuhkannya Heri Hendrayana Harris atau populer dikenal dengan nama pena Gol A Gong sebagai Duta Baca Indonesia. Dilaksanakan pada Jumat (30/4/2021), Pukul 08.00 WIB, di gedung itu, kegiatan pengukuhan berjalan dengan khidmat dan penuh haru.

Kegiatan terlihat semakin semarak karena juga disiarkan melalui Zoom dan Live di Youtube. Disaksikan oleh Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando, Direktur Utama PT Balai Pustaka, Achmad Fachrodji, Anggota Komisi X DPR RI, Rano Karno, Duta Baca Indonesia Periode 2015-2020, Najwa Shihab, Abang Buku DKI Jakarta, Satria Bahar, dan sejumlah hadirin, akhirnya selempang Duta Baca Indonesia disematkan di punggung Gol A Gong.

Tugas Besar Menanti

Menurut Bando, tugas besar nan berat menanti Gong dalam mengemban amanah sebagai Duta Baca Indonesia, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Duta Baca Indonesia sebelumnya. Seperti yang dilakukan oleh Tantowi Yahya (Periode 2005-2010) yang memiliki tugas dalam konsep kegemaran membaca diawali dari keluarga dan bagaimana kelaurga menjadi pranata sosial pertama dalam pembiasaan membaca. Kemudian dilanjutkan dengan Andy F. Noya (Periode 2010-2015) yang berperan dalam bagaimana perpustakaan berkolaborasi dengan media dan menyebarkan secara maksimal buku-buku meski selalu saja tidak cukup dalam pendistribusiannya.

Terbaru, adalah peran Najwa Shihab (Periode 2015-2020), yang melalui kepiawaiannya mampu menjembatani kepentingan perpustakaan pada semua lini. Ia dianggap mampu membawa perpustakaan dan kepentingan literasi ini sampai ke istana dan seluruh pemerintah daerah serta mampu mengangkat citra perpustakaan di mata masyarakat luas.

“Esensi percaturan global selalu ada pada literasi, mudah-mudahan ini menginspirasi kita semua. Mudah-mudahan ini menjadi pondasi pegangan bagi saudara Gol A Gong untuk kita sama-sama melangkah karena posisi sebagai duta baca bukan anak buah Perpusnas. Justru terpilihnya sebagai duta baca karena ada pondasi itu. Ada modal yang sangat kuat dari kepercayaan publik bahwa Anda tepat untuk menyandang peran ini dan segala persoalan pembiayaan ke mana pun anda bertugas akan ditanggung oleh APBN,” kata Bando dalam sambutannya.

Sementara itu, Rano mengungkapkan merasa bahagia dengan terpilihnya Gol A Gong sebagai Duta Baca Indonesia. “Waktu dia memberitahu ditunjuk menjadi duta baca, saya orang pertama yang bahagia. Cuma saya juga orang pertama yang kaget melihat perubahan dia karena pertama dia kirim foto gondrong kemudian dia kirim lagi fotonya malah kayak bintang film Korea. Tapi itu menandakan bahwa Gong ini orangnya serius, tapi saya yakin juga begitu melihat presentasi dari Pak Bando tadi beliau kaget karena ternyata tugasnya berat. Karena selama ini dia keliling literasi itu naik vespa tuanya, mobil juga pinjem, lalu bagaimana menjadi jadi duta baca kalau tidak punya infrasturkur. Tapi jangan khawatir semua ada anggarannya di APBN,” ungkap Rano.

Rano menambahkan, DPR RI terutama di Komisi X sangat mendukung gerakan peningkatan minat baca masyarakat, meski menurutnya anggaran yang tersedia masih terbatas. Ia menjelaskan bagaimana kondisi anggaran perpustakaan yang hampir mencapai Rp675 miliar telah membuatnya terkejut.

“Ini menjadi ujung tombak yang lucu bagi kita di Komisi X, tugasnya berat mencerdaskan bangsa tapi anggarannya tidak cukup. Nah, jadi barangkali tugas berat Mas Gong ini harus didukung. Saya minta maaf bukan mengecilkan arti beliau, tapi jika kita melihat sejarah dari duta baca, dari Mas Tantowi, kemudian Andy Noya apalagi ditambah dengan Mbak Najwa, mereka di-back up dengan media, Gol A Gong siapa yang bakal mem-back up. Jadi tidak ada gunanya dia dilantik jadi duta jika tidak ada yang mem-back up. Saya Insa Allah akan mem-back up-nya,” tutur Rano.

Menjawab tantangan tersebut, Gong menjelaskan bahwa dirinya punya konesivitas dengan banyak sahabat komunitas literasi, misalnya TBM, yang berjumlah 6000-an di Indonesia, Komunitas Bisa Menulis, Nulis Aja Dulu, Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca, Pustaka Bergerak, FLP, Organisasi Kepenulisan, 1001 Buku dan yang lainnya.

“Mereka Insa Allah akan berada bersama saya, bersama kita semua. Saya hanya mewakili mereka saja datang ke sini. Mereka siap dan fokus (berkontribusi-red), salah satunya yang akan kita lakukan adalah menambah koleksi buku di perpustakaan daerah dimana buku itu ditulis oleh pemustaka bekerja sama dengan perpustakaan dan penerbitan daerah, mereka juga nanti jadi tutor-tutornya. Misalnya jika ada petani sukses yang menginspirasi, kita dorong untuk menulis. Jadi dengan cara-cara seperti itu mudah-mudahan kendala tadi, soal sulitnya akses buku bisa diatasi,” kata Gong optimis.(lemri)