KURUNGBUKA.com – Seperti konten di Tiktok yang kalau rame lanjut Part 2, artikel tentang puisi yang dinyanyikan pun saya buatkan bagian keduanya karena cukup banyak yang membacanya, selain itu sekarang banyak sekali lagu yang puitis, dan kalau kita telusuri ternyata beberapa lagu berasal dari puisi indah para penyair tanah air yang dimusikalisasi menjadi sedemikian syahdunya untuk didengarkan. Kalau bagian pertama belum baca, silakan klik link berikut: >>> Puisi-Puisi yang Dinyanyikan <<<

Sebelum masuk ke daftar puisinya, saya beri fakta dulu ternyata ada perbedaan signifikan antara lagu yang liriknya ditulis puitis dengan puisi yang dimusikalisasi. Mari sini saya jelaskan!

Puisi, tak melulu soal diksi dan kata-kata indah. Orang awam sering mengira bahwa puisi adalah kata-katanya harus sastrawi tingkat tinggi dan adiluhung, sehingga pembaca awam akan sulit memahaminya, semakin sulit semakin puitis. Itu jelas tidaklah tepat. Tugas puisi adalah seni menyampaikan sesuatu tanpa terang-terangan. Puisi bersembunyi di balik “keindahan” (majas, analogi, dll). Dan keindahan sendiri bagi setiap orang berbeda cara memaknainya.

Para penyair, berusaha membuat puisi untuk menyampaikan sesuatu hal dengan tanpa mengatakannya secara langsung. Misal ia akan berbicara cinta, ia tidak secara gamblang bilang aku cinta kamu, ia mengungkapkannya dengan perasaan yang diterjemahkan lewat kata-kata indah. Misal kata “berak” untuk orang lain terdengar jorok dan menjijikan. Tetapi siapa sangka, bagi sepasang kekasih, kata berak memiliki makna tersendiri yang bisa mewakili rasa cinta mereka.

Banyak lagu-lagu yang ditulis oleh musisi tanah air dengan kalimat puitis, tetapi itu tidak bisa disebut musikalisasi puisi. Lirik lagu itu memang sengaja dibuat seperti itu, semisal lagu Komang dari Raim Laode. Sejak awal penciptaannya, lirik itu memang dibuat untuk lagu, bukan berdiri sendiri sebagai puisi.

Dalam konteks kali ini, kita sedang membicarakan medium/media dalam berkarya dan berkesenian. Puisi itu satu hal, dan musik adalah hal lain. Saya menyodorkan puisi-puisi yang memang sudah muncul atau terbit lebih dahulu sebagai karya sastra sebelum dilagukan, bukan sebaliknya. Dan musisi Indonesia cukup banyak yang membuat lagu berdasarkan puisi. Saya tidak bisa merangkum semuanya, walaupun sampai dibuatkan bagian keduanya. Saya hanya merekomendasikan puisi yang dimusikalisasi yang menurut saya enak didengar. Berikut puisi dan lagunya!

***

  • Fajar Putu Arcana – Imajinasi Senja

Lagu dari Alien Child, duo adik-berkakak ini dijadikan salah satu soundtrack dalam film Yuni yang tayang tahun 2021 lalu. Lirik dalam lagu Imajinasi Senja yang dinyanyikan oleh Ayu dan Laras adalah puisi yang ditulis oleh Fajar Putu Arcana atau Bli Can, sastrawan asal Bali. Beliau sempat menjadi redaktur budaya dan sastra di koran Harian Kompas. Puisi karangannya setelah dimusikalisasi terasa semakin magis.

Kebetulan saya terlibat dalam film Yuni sebagai penulis novel Yuni sekaligus dialect coach untuk para pemain, karena kebetulan filmnya berlatar daerah Banten dan berbahasa Jaseng (Jawa Serang) dan Sunda Banten full. Scene yang dipakai untuk disisipi lagu Imajinasi Senja lumayan memorable bagi penonton. Selain itu, soundtrack lainnya ada lagu “Sajak Tafsir” dari puisi Sapardi Djoko Damono yang dinyanyikan oleh Annecy Anshor dan Arawinda Kirana yang berperan sebagai Yuni. Juga Ari & Reda dengan lagu Hujan Bulan Juni.

  • Toto ST Radik – Jesse Namanya

Jesse Namanya adalah puisi karya Toto ST Radik, sastrawan asal Banten. Puisinya bisa ditemukan dalam novel Balada Si Roy karya Gol A Gong yang tahun 2022 lalu difilmkan dan sudah tayang di bioskop dan Prime Video. Puisinya dimusikalisasi pertama kali oleh Firman Venayaksa lalu diaransemen ulang oleh band Paduraksa dan Arie Solois.

Firman termasuk musisi yang sering memusikalisasi puisi penyair lokal, namun sayangnya bisa didengarkan untuk kalangan terbatas seperti di komunitas atau acara-acara kebudayaan lokal saja. Karyanya agak sulit untuk dilacak di platform digital. Salah satu yang saya temukan musikalisasinya berjudul “Kota yang Berpura-Pura” dari puisi Toto ST Radik dalam buku Kepada Para Pangeran (2013). Puisi ini berisi kritiknya tentang hubungan manusia dan Tuhan. Puisi ini sering dijadikan puisi wajib dalam lomba baca/musikalisasi puisi tingkat SMA/Mahasiswa.

Kota yang Berpura-Pura: https://www.youtube.com/watch?v=5iTMeHpt5a8

*) Spesial mention: Lagu-lagu Paduraksa yang kini berganti nama menjadi Hidden Hills, band lokal asal Serang, Banten. Lagunya berjudul “Selepas Senja” dan “Jika Kita Terlahir Sama” worth it juga untuk didengarkan. Tersedia di Spotify dan aplikasi streaming lainnya.

  • Chairil Anwar – Senja di Pelabuhan Kecil

Di artikel sebelumnya, nama Chairil sempat disebut dan kali ini pun tidak bisa tidak, puisi Senja di Pelabuhan Kecil termasuk musikalisasi puisi yang berhasil dinyanyikan oleh band Delusif asal Tangerang Selatan ini. Berbeda dengan musikalisasi lain yang sendu dan menyayat hati bila didengar, Delusif membawakannya dengan musik yang terdengar lebih ringan dan ceria. Chairil Anwar selama hidupnya hanya menulis kurang lebih 70 puisi yang dipublikasikan, tetapi hampir semua puisinya terkenal dan berpengaruh bagi banyak penyair tanah air.

  • WS. Rendra – Aku Mendengar Suara

Dr. Willibrordus Surendra Broto Narendra, S.S., M.A. atau dikenal sebagai W.S. Rendra adalah penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater berkebangsaan Indonesia. Puisi Aku Mendengar Suara ditulisnya tahun 1974 dan dijadikan lirik lagu dengan beberapa tambahan bait untuk lagu Kesaksian yang dibawakan oleh Kantata Takwa. Lagu ini berisi tentang kritik kerasnya terhadap rezim Orde Baru kala itu. Musiknya selain magis juga bikin merinding saat mendengarnya.

Kantata Takwa disebut sebagai supergrup karena bukan diisi oleh orang sembarangan. Mereka adalah gabungan dari musisi, aktor teater dan pengusaha, seperti Iwan Fals, W.S. Rendra, Sawung Jabo, Yockie Suryoprayogo, dan Setiawan Djody. Iwan Fals bertindak sebagai vokalis, selain itu ia juga pernah memusikalisasi puisi karangan Gus Mus/KH. Mustofa Bisri Dalam sebuah video wawancara di acara talk show Kick Andy, Iwan Fals mengaku diberikan puisi itu oleh Gus Mus usai beliau membacakan puisinya. Iwan Fals mengaku dirinya tertarik dengan puisi itu karena di dalam syair tersebut ada semacam 3 tahapan yaitu menentang, mengutuk dan melawan, berbeda dengan kita yang langsung melawan. Puisi dan lagunya berjudul “Aku Menyayangimu”.

  • Moch. Syarif Hidayat – Kepada Noor

Sekilas, kalau kita mendengar nama Moch. Syarif Hidayat pasti asing di telinga kita. Tetapi bila kita tahu ternyata lagu gubahan Panji Sakti yang berjudul Kepada Noor yang belakangan viral di TikTok ini rupanya musikalisasi dari puisi Syarif. Faktanya, Syarif menulis puisi itu untuk istrinya bernama Siti Nurbaya dan ada tiga seri puisi ini, yakni: “Kepada Noor 1”, “Kepada Noor 2”, dan “Kepada Noor 3”. 

Nah, “Kepada Noor 3” inilah yang kemudian dimusikalisasi menjadi lagu “Kepada Noor” oleh Panji Sakti. Lirik lagunya yang syahdu tak jarang membawa kita ke pemaknaan lain tentang kerinduan terhadap Tuhan. Sebab Panji menulis -Mu dengan kata hubung dan huruf kapital, walaupun terkait penafsiran dikembalikan lagi kepada pendengar. Selain itu, lagu-lagu Panji Sakit beneran sakti dan enak didengarkan. Seperti “Tanpa Aku”, “Tafsir Cinta”, “ Jiwaku Sekuntum Bunga Kamboja”, dan “Sang Guru”.

***

Mendengar lagu-lagu berbahasa Indonesia ini membuat kita bersyukur bahwa kata-kata dalam bahasa kita benar-benar memiliki kekuatan tersendiri dalam menggerakkan hati dan pikiran setiap orang. Sebagai warga Indonesia paling tidak kita akan lebih menghargai bahasa dan belajar menyampaikan sesuatu dengan tidak terlalu vebal bahkan banal, dan mengabaikan peran imajinasi. Padahal kekuatan bahasa dan musik, selalu mengantarkan penikmatnya pada imajinasi tertentu, untuk kemudian memunculkan sensasi estetis. Bukankah menyampaikan pesan dengan keindahan salah satu hal terpenting dari kesenian? Kita akan sadar bahwa bahasa ibu bisa juga mencapai tahapan estetis, yang mungkin tak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Itulah 5 daftar puisi bagian kedua yang dilagukan oleh beberapa musisi tanah air. Pilihan ini murni inisiatif dari saya dan yang paling saya sukai. Tanpa bermaksud membandingkan karya yang satu lebih baik dari yang lainnya.

Memang sudah semestinya karya sastra semacam puisi bisa dibawa ke medium lain seperti lewat musik, film, dan web series yang sedang digandrungi saat ini. Agar, kecintaan kita pada bahasa Indonesia semakin besar dan ingin sama-sama merawatnya.

Seperti dalam slogan yang sering digaung-gaungkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berbunyi: “Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing”. Apa puisi andalanmu? Silakan komentar, ya~~