Empat Fragmen Kepada Dewanty

Jika menyayangimu adalah dosa
Berikanlah aku siksaan terberat di neraka

Jika merinduimu tentang membuat luka
Maka, aku sanggup raga ini sampai tiada

Jika mencintaimu adalah larangan
Pantaskah denyut jantung ini hidup?
Di antara bayang-bayang Tuhan makin meredup

Maka, izinkanlah hamba bersujud kembali
Mengucap ikrar dan segala puja-puji.

Yogyakarta, 2024

***

Perempuan Pemalang

Di belakang panggung
Ada ruang & raung
Liar angin
Membaca mantra do’a
Di matamu, kenangan mereka-reka
Di mataku, kesepian menjadi neraka

Di belakang panggung
Gelombang laut tanpa dasar
Aku tidak ingin bangun dan terus bermimpi
Menyelam lalu tenggelam
Pada paling dalam di hatimu

Di belakang panggung
Aku ingin meminjam senyummu yang teduh
Yang menolak sepasang riuh
Yang menolak segala gemuruh
Hidup ini.

Yogyakarta, 2024

***

Bising Memorabilia

– Kinta Dewanty Noor Rochma

Dinding rindu mendadak menghimpit tubuh ini
Semua benda-benda seperti pigura bergambar wajahmu jatuh
Serta keping-keping kaca kesepian pecah
Sedang sepasang hidungku berlumur darah.

Makna apa langit gelap?
Aroma amis kenangan menyerbak
Dan kau tabah mengalunkan nada pedih
Sebising detak jam menjemput alarm pembangkitan

Yogyakarta, 2024

***

Dewanty Menakar Kesepian

Celurit tanda tanya ini
Kuasah di bawah cahaya doa

Serta kata-kata ini
Kubasuh tujuh warna kembang mantra

Kita hanya butuh jeda
Pada sesuatu yang pernah ada

Kedap napas dari hatimu
Membuat angin di sekeliling asin
Seperti aroma bersin bulan

Terpaksa kurangkai kembali
Segala mahapuisi
Segala kesepian murung
Di gubuknya sendiri

Yogyakarta, 2024

***

Sepasang Surat #3

– Kinta Dewanty Noor Rochma

Kemarin, kulanyangkan surat kepadamu dengan mata memejam dan seluruh tubuhku gemetar

Angin memutar gigil hingga membuat kata-kata bengkok, juga ada yang patah menulis kecantikanmu yang tak mampu dibahasakan.

Itu bukan surat cinta, Dik. Tetapi, adalah nyala hati nurani lantaran kau cukup pandai memberi kasih sayang, hingga seluruh ingatanku jatuh ke dasar hatimu.

Hari-hari kujalani adalah potongan nyeri di dada ini
Di manakah letak bambu-bambu masa depan?
Ketika segala cuaca yang kutulis tiba-tiba kacau
Seperti meracaunya burung-burung dini pagi

Yogyakarta, 2024

Image by istockphoto.com.