DI BAWAH CAHAYA PURNAMA, NANTI MALAM
—untuk Inuyasha
Hanya di malam purnama, Anda menjadi utuh seorang manusia. Karenanya
apakah Anda sudi kiranya menemani saya memandangi bulan di sini? Akan
saya tunjukkan sajak-sajak yang ditulis oleh Tuan Li Bai. Jika Anda berkenan
saya juga hendak mengajukan tanya: Jika bulan meleleh atau bahkan hancur
menjadi berkeping-keping, apa yang akan Anda lakukan?
Ah! sedikit-banyak saya pun juga bertanya-tanya: Apa yang membuat seorang bisa dan layak disebut manusia?
(2019)
DUA PERTANYAAN
YANG DIAJUKAN ASTROBOY PADAKU
- Manakah yang lebih abadi
plastik atau puisi? - Di manakah letaknya
kemanusiaan dan hati nurani?
(2018-2019)
KEPADA LUFFY MUGIWARA
DAN MEMENTO YANG KUPUNYA
Mugiwara, apakah kau akan percaya
saat kukatakan aku juga menemukan
peta harta di masa kanakku?
Selalu saja aku berhenti di sini, Mugiwara. Berhenti di sebuah pantai
tanpa nama dan seorang diri. Memandangi horizon tanpa batas yang
selalu saja mengingatkanku pada kenangan, dan di hadapan kenangan
aku selalu menjadi reruntuhan.
Aku masih ingin berlayar di lautan, tetapi
diriku tak bisa berenang. Oh, iya, aku tahu
kau juga tak bisa berenang. Namun, dirimu
memiliki teman. Sedang aku hanya sendiri.
Sempat terpikir olehku: berharap kau mendatangiku dan mengajakku
turut serta menemanimu. Betapa banyak puisi yang bisa kutulis nantinya.
Oh, Mugiwara, setelah perjalanan panjangmu itu
apakah aku boleh tahu: apa harta paling berharga?
Ya! Barangkali aku memang sudah tahu—tapi menunggu.
(2019)
BOCAH BERALIS TEBAL:
DIRIKU DAN SHIN-CHAN
Seluruh kota seketika menjadi tempat bermain di matamu
di bawah tebalnya alis itu. Sepertinya, kau memang selalu
menjadi kanak, bersama adik perempuanmu itu. Dan aku
masih saja berharap mempunyai adik perempuan —yang
bisa kuajak bermain atau bersepeda keliling kota.
Apa cita-cita, Kakak?
: Menjalani hidup seperti kanak—sambil tetap menulis sajak.
(2019)