NELAYAN
Lihatlah,
Para orang-orang di sana
Mereka berselimut angin
Dan berbantal ombak
Hidup dengan layar
Yang membawanya
Ke dada samudra
Dengan jala
Yang membuatnya sumringah
Ikan dan lokan-lokan lainnya
Adalah doa-doa yang berenang riang
Terkadang maut-maut itu menyambut
Meraba ke sekujur waktunya
Keluarga hanya bisa
Menggenggam sekepal harap
Antara pulang
Dan tak datang
Setidaknya Tuhan
Bersama di atas sampan-sampan
Di keningnya yang keriput
Sungguh terlihat kasih sayang laut;
“aku adalah sebagian dari hidupmu”
Bandung 2023
***
PADA HENING YANG BISING
Pada hening yang bising
Remang-remang cahaya
Berhasil membungkus wajahmu
Yang maha aduh yang maha pengubur pilu
Tak ada suara kecuali bunyi-bunyi puisi ini
Sesekali desir lembut angin mengecup kening
Entah sampai kapan sepi ini terus-terusan
Mengiris-iris sekujur tubuh waktu
Dengan tajamnya sebilah rindu
Luka-luka bernyanyi
Dan menari-nari
Di tengah-tengah puisi ini
Pada hening ini
Aku begitu nakal memujamu
Kepadamu
Untukmu
Memang kamu
Dan hanya kamu.
Bandung 2022
***
WAJAH SEPERTIGA MALAM
Tubuh terbangun dari segala keremukan waktu
Wajah yang dulunya temaram di luar jendela
Kini basah oleh sepertiga malam
Embun-embun suci jatuh kepangkuannya
Dingin, memeluk sekujur tubuh waktu
Tuhan, terimalah wajah pendosa ini
Di sepertiga malam-Mu yang sunyi
Kata-kata yang menjelma kepompong doa
Telah retak di atas sajadah
Sujud ini begitu larut
Hanya kepada-Mu yang Wujud
Tiada malam yang kelam
Selain bermalam dengan-Mu
Bandung 2023
Image by istockphoto.com
Komentar