Kukabarkan Sebuah Berita, 1994
berita pertama
ada sesuatu yang sial menabrakmu malam ini,
asing dan tiada bermuasal, tabrakan yang halus
namun runcing; seperti jarum si pemintal wol
yang kehilangan arah lalu bidik membasahi
ujung kuku dengan darah. tanpa kata aduh, kau
menyusun rasa sakit itu menjadi sebuah selimut
hangat yang menemani tidur, merawat pelukmu
jiwaku adalah kabar angin yang diriwayatkan
oleh perawi daif. tubuhku sisa cahaya sebelum
kau mendirikan dua rakaat isyrak yang terburu
karena dikejar jadwal mengajar. mungkin samar,
selebihnya ingatan yang ragu. namamu turut kusebut
ketika pagi-pagi sekali mesti mengisi jadwal presensi
kehadiran semesta raya; riuh angin, rumputan, pohon,
sungai, tanah, juga cinta yang terlambat bangun tidur.
lalu menutup percakapan ini, seperti kehilangan
sesuatu, aku masih mencari diriku antara harum
menu masakan ibu. sedangkan kau masih sibuk
mencari air mata di atas nisan bapak. mungkin
tiada jarak kasih bertemu, tetapi ada dan nyata.
berita kedua
ada sejumput takut yang bertelur, lalu meletus pada
akar lambungmu; jadi hama licik yang menggerus
tulang, merontokkan rambut, menghisap darah dan
air liurmu. kau pun berupaya berlindung dari rasa
takut itu, dengan kalimat-kalimat yang diijazahkan
seorang mursyid yang gemar membakar ikan batok
sambil mendengarkan lagu dangdut. semakin jauh
kau berlari, mencari tempat sembunyi dalam tubuh
sendiri—sampai tersesat, bagi nyawa hanya sesaat.
berita ketiga
ada pecahan gelisah yang berenang-renang
di akuarium kecil, di atas meja, di samping
kasurmu. bersama seekor cupang dan sisa
jentik-jentik yang belum usai ditandaskan.
pecahan gelisah tidak menunjukkan gerik
mencurigakan, selain menatapmu dengan
penuh selidik di balik akuarium kecil penuh
lumut itu. kau mengumpulkan pecahan demi
pecahan, hari ke hari di situ. sampai akhirnya
kini sesak dan mengganggu sepenuh tidurmu.
Ciputat, 2022
***
Lima Mulut Lima Lambung
membunuh petani kebun kacang
dalam narasi pengantar tidur
seorang petani kebun kacang
keluar gubuk
membawa semacam peta;
garis-garis liar luntur
serta beberapa titik
sengaja ditebalkan.
pagi penuh syak. tak ada
lengkung arit di pinggang.
tak ada anyaman butah
dipanggul punggung.
“di mana musim sembunyi? di hutan mana
hujan berpinak sehingga tak pulang kemari?”
petani murung, linglung, dan bingung.
lima anak, lima mulut, lima lambung.
sehari saja, katanya, kalian bermain
masak-masakkan. pura-pura makan.
kenyang—sungguh tidak pura-pura.
petani mencari hujan di antara belukar,
hanya batu cadas mengurut kakinya.
petani mencari hutan di aspal jalan,
buritan truk menyenggol tubuhnya.
lima anak, lima mulut, lima lambung.
kebun kacang itu turut pulang ke langit
bersama arit dan butah milik tuannya.
Ciputat, 2022
***
Seekor Anak Kuda dari Iklan Youtube
sekumpulan anak kuda ternak dari taman
cimory, berlarian di antara iklan youtube,
mengejar dan mengepung dua mata waktu
para pekerja yang bermalasan memasuki
jelang akhir pekan; kejar tayang komedi
haha-hihi, privasi ditaruh asal di etalase
ruang televisi, siniar berkala kesurupan
tentang isu dan asu terkini nyaris tanpa isi.
ada dua anak kuda nakal di antara kumpulan
itu terpisah dari kawanannya, lalu melompat
ke kopi seorang guru yang menolak disebut
abdi negara. satu sempat menyelamatkan diri
–satu pasrah di lembahnya. anak kuda malang
diraih oleh si guru kesepian itu; dimandikan,
dikenakan tali dan pelana, serta disuguhkan
rumputan. kuhadiahkan kau, untuk seorang
anak yang menunggu di mimpiku malam ini.
Ciputat, 2022
***
Aleppo, 2016
tertua, kali pertama kota metropolis
dihuni umat manusia—enam milenium
sebelum almanak romawi dalam masehi
terbesar, sultan ustmani mendaulat wilayah
kekuasaan setelah konstantinopel dan kairo
para pedagang andal, dilahirkan leluhur
mencatatkan sejarah di tanah perbatasan
belakangan dipenuhi bau darah
barangkali nuklir—mungkin satu ledakan
yang mendarat menjadi serak atau nyanyian
mengantar jendela ke surga
bersama suara anak-anak
yang belum mencapai
ihtilam pertamanya
Ciputat, 2022