KE AIRPORT
Tiba di airport, kesibukan sudah tampak.
Yang datang dan yang pergi,
yang berpapasan dan yang berpisahan.
Dunia yang sesungguhnya.
Tubuhku menjelma badan pesawat, di landasan pacu.
Dua sayap panjang, yang siap terbang.
Membangun mimpi:
dalam kegaiban
dalam keajaiban.
Aku akan membawa seorang perempuan yang
duduk di dekat kaca jendela,
bersama gadis kecil di sampingnya.
Kepadaku ia berkata, akan mencintai penerbangan ini.
Sekarang, aku yakin.
Dengan perasaan lega kutinggalkan runway
:
keraguan itu.
Indramayu, 2021
***
DESTINATION
Aku akan turun di belahan bumi ini, sisi lain
waktu yang mempertemukan.
Pesawat mengantarkanku pada airport yang hening.
Bayangan itu memanggil dan menggigil,
serpih gerimis berjatuhan.
Lanskap gugur, penumpang menjumput
— cahaya dan udara –
Aku bergegas menghampiri,
bahkan di bulan Maret yang kuingat selalu.
Ulang tahunmu, kurayakan tiap tahun
dengan menggigit batang cokelat dan kenangannya.
Karena di situ letak seluruh ingatan.
Jadi hapus semua luka.
Selanjutnya, tak akan ada lagi kepergian.
Indramayu, 2021
***
DI TERMINAL KEBERANGKATAN
Selembar boarding pass, selembar tiket mimpi tercetak.
Sebuah konfigurasi di bandara, concourse—
di mana sajak siap diberangkatkan.
Ke kota-kota, yang menyimpan banyak cerita.
Aku lupa, belum menyalakan mode pesawat.
Perjalanan sejenak tanpa sinyal,
dan itulah pikiranku.
Menikmati musik dan bacaan,
dari gawai.
Kerja telinga dan mata, mendengarkan dan
melihat banyak hal.
Meski bersaing dengan mesin piston ketika dibunyikan.
Dan ketika pesawat meninggalkan landasan pacu,
aku tahu mimpi-mimpi dimulai.
Indramayu, 2021
***
PINTU MASUK
Dari sini, pintu masuk ke masa lalu.
Tolong ambilkan tiket di dispenser box parkir itu,
kita tinggalkan keraguan.
Sebuah lobi dipersiapkan untuk menunggu, rupanya
masa lalu mirip hotel.
Seorang resepsionis cantik menyapa, seolah ia
pernah menerima kita sebagai tamu.
Tangannya menyodorkan cardlock—president suite room,
tanpa menunggu pesetujuan lagi.
Ya, kadang ingatan hadir begitu saja,
tak mampu menolaknya.
Di kamar ini, ada cafe untuk kita,
ngopi dan kongko.
Semua bisa kita ingat lagi: duvet, suhu dingin, concealing lighting,
dan sajak peluk.
Indramayu, 2021
***
DI GENT TOILET
Aku membaca gender di pintu toilet .
Tak boleh salah masuk! Di kamar lain, yang tak sejenis.
Kini aku telah berada di sana, ruang cermin jiwa.
Rupanya aku tak sendirian, tiga lelaki berjejer
menghadap urinoar.
Aku lelaki keempatnya, yang menumpahkan air seni.
Mengalirkannya ke kerongkongan,
pipa paralon yang selalu menerima apa adanya.
Sambil memegang batang kemaluannya,
mereka bercakap: tentang lomba burung berkicau piala bupati.
Tapi burung-burungnya tak bisa berbuat apa-apa,
tanpa suara.
Kita beri obat kuat saja, kata seorang.
Meledak tawa, bergetar dinding.
Setelah membereskan segalanya, semua pergi.
Aku pun telah menyelesaikan sampai tahap akhir,
melepas penat di kepala.
Dan kudapati pikiran yang tenang: kemerdekaan kecil.
Indramayu, 2021