Tubir Januari

sebagai mula tahun, sesungguhnya ia terbuka pada ratusan hari yang akan lewat. dan ditempuhnya lagi segala rindu– yang membekas pada tapak hari kelahirannya. kini setelah tahun baru berganti, januari tak kunjung mengering, ia meranggas bersama hujan yang datang dengan tiba-tiba. hujan yang terkadang membuat kegaduhan dan sedikit cemas di dada.

sebagai mula tahun, ia telah menyiapkan segalanya. waktu yang terus bergelantungan dan mengalir di tubuhnya. sebagaimana kata, ia dengan sungguh-sungguh ingin membaca. segala luka yang lebam di matanya.

setelah terompet tahun baru berlalu.

2023

***

Sepanjang Tahun

hanya jalan yang sama
ia lintasi
wajah yang sama
pijar lampu yang tak utuh
kota yang retak di pandangan

namun di sebuah kordinat yang tercantum dalam peta
seorang perempuan menunggunya
menyeka semua luka dan rindu yang luruh
dari usia

2023

***

Segelas Kopi

pada segelas kopi yang kauseduh setiap hari adalah bagian mimpi semalam yang tak pernah tercerai. lanskap dirimu adalah potret panjang dari setiap teguk. seperti sebagian napas yang kuhirup sepanjang hari. betapa aku telah penuh mencintaimu dengan segala usia. hingga tubuh dan tahun membeku dan jadi batu. maka kuteguk lagi kopimu, perlahan-lahan. hingga segala sakit jenuh dan sembuh

2023

***

Di Peron Stasiun

sendirian aku menulis gerimis yang tak jadi hujan
orang melangkah dengan wajah hitam
jerit rem dari besi kereta yang beradu rel
puisi tak kunjung selesai

bahkan ketika suara di ujung peron
mengabarkan keberangkatan

2023

*) Image by istockphoto.com