KURUNGBUKA.com – Rasanya, tidak ada lagi alasan menjadi pengangguran di zaman yang serba ada ini. Teknologi menjadi alat bantu bagi siapa yang bisa memanfaatkannya dengan baik. “Bang Kipli” alias Okky Andrian Lola telah membuktikannya.
Pemuda 29 tahun asal Lampung ini memutuskan keluar dari pekerjaannya untuk menekuni hobi menggambarnya yang kini telah menjadi profesi utama. Secara gamblang, ia menyebutkan bahwa dunia kreatif memiliki dampak yang cukup signifikan dalam kehidupannya.
Karya explisit art-nya yang berupa komik strip bertema nyentrik di Instagramnya rupanya digandrungi para pembaca, bahkan konten eksklusifnya pun diburu meskipun dibandrol dengan harga yang tak murah.
Untuk tahu lebih banyak tentang Seniman yang kini tinggal di Tangerang ini, simak obrolan seru dan menariknya di bawah ini:
***
- Halo Bang Okky. Saya pernah mengikuti wawancara Bang Okky terkait berkesenian. Nah, di sana abang mengaku menjadi komikus ini, kan, awalnya iseng, ya. Bagaimana sekarang ketika hobi atau iseng-iseng itu mulai menghasilkan?
Gue dari dulu suka ngegambar, kata orang tua dari kecil udah suka coret-coret. Dari hobi gambar itu biasanya di sekolah gue kerjaannya ngegambar, ketika yang lain nyatet pelajaran. Dulu di zaman SMP gue kecanduan rental PS. Akhirnya gue jualan gambar sendiri, kayak karakter Naruto, Dragon Ball gitu, nanti di fotokopi terus dijual-jualin ke anak SD.
Lulus SMA mau lanjut kuliah belum ada dana, akhirnya nggak kuliah, lanjut kerja sampe umur gue 25-an, dari situ baru gue iseng-iseng bikin IG. Banyak komik2 strip gitu, kan, dan banyak yang garing hehehe…. Jadi, gue coba juga deh upload gambar sendiri yang di foto pake hape, tanpa di-scan lagi.
- Selain berprofesi sebagai komikus, keseharian abang ngapain? Adakah profesi lain dan ini hanya sampingan?
Nggak ada lagi, sih. Dulu kerja buruh di salah satu pabrik, pindah-pindah juga struggling cari kerja. Sekarang fokus di komik aja.
- Dari mana ketertarikan pada seni menggambar ini atau explisit art muncul?
Ketertarikan gue muncul dari dulu. Waktu SD kelas 1 kelas 2 suka gambar cewek. Nggak tahu kenapa gambar putri duyung nggak pake baju, mungkin cikal bakal gue dari sana, gue gambar di buku catetan terus disembunyiin, karena gue nggak mau orang tua gue tahu.
Lama-lama kemudian di anime-anime banyak karakter cewek yang gue ikutin, yang visualnya wah kayak Naruto, One Piece gitu, dari situ gue kulik. Nah, ada komik yang menginspirasi gue, namanya @komiktitit. Pertama kali liat komik di sana itu tahu dia tuh gambar komik strip yang becandaannya tongkrongan bangetlah, mengarah ke “situ” tapi fun. Jadi gue iseng-iseng bikin komik kayak gitu.
Cerita dewasa begitu, dari dulu juga ‘kan udah banyak komik yang jokesnya 18 tahun ke atas. Komik cetak fotokopian biasanya. Berbarengan dengan komik azab dan siksa neraka gitulah. Terinspirasi dari situ gue coba ajalah. Walaupun banyak komik receh-receh juga ‘kan di Instagram kayak @tahilalats, kalau mendidik ada @sijuki. Gue lebih tertarik yang jokes-jokes dewasa. Temen juga banyak yang punya cerita kenakalan remaja, pergaulan bebas dan bisa gue jadiin inspirasi.

- Sudah berapa lama menggeluti explisit art ini?
Gue dari September 2016 sampai sekarang udah menggeluti komik ini, 6-7 tahunlah.
- Saya menemukan beberapa skripsi dan tugas akhir mahasiswa yang meneliti Komik Kipli, luar biasa sekali, ya. Bisa di-spill nggak itu komik yang bahas tentang apa dan kenapa pakai nama Kipli?
Sempet ada beberapa mahasiswa-mahasiswa yang mau ngebahas bagaimana pandangan gue soal konten explisit ini, yang buat sebagian orang agak tabu. Mereka jadiin bahan jurnal atau skripsi. Tapi lebih banyak yang mengobservasi doang dari Instagram gue nggak langsung interview. Lebih ke pandangan mereka sendiri.
Nama Kipli itu iseng-iseng aja. Nama satu karakter yang bakal jadi icon di setiap komik strip gue. Nama yang Indonesia banget aja buat karakter. Nama karakter ceweknya, Siska. Jadi buat representasi cowok-cowok Indonesia yang kekinian. Gue bikin sisi gelapnya aja, kayak si Kipli ini badboy, suka pergaulan bebas, main simbol aja, filosofinya gitu. Nama Kipli sekarang jadi nempel di gue, sampe followers manggil gue Bang Kipli.
- Adakah kawan atau keluarga yang mengompori atau mengajarkan menggambar ini? Atau otodidak?
Kalau keluarga nggak ada yang mengompori walaupun mereka tau gue jago gambar. Malah dulu dilarang-larang, karena dulu waktu gue, seharian gue abisin buat ngegambar doang, makanya dilarang sama ortu dan nenek.
Gue nggak akademis dan nggak konsen sama pelajaran. Nilainya jelek. Gue lemah banget sama akademis, gue lebih nyambungnya ke seni, main musik, nyanyi. Apa pun yang berbau seni gue suka. Cuma, ya, pendidikan Indonesia zaman dulu, kan, fokusnya ke nilai akademis ya, harus juara kelas segala macem. Jelek dikit nilainya dimarahin, begini, deh jadinya.
- Lalu, kenapa konten “dewasa” yang jadi topik utamanya?
Karena konten dewasa itu yang paling relate di zaman sekarang, yang paling banyak orang bukalah. Gue selalu punya analogi, Instagram itu tempat nongkrongnya dunia sosmed, selain dunia asli. Jadi gue membayangkan jokes di komik gue itu sama kayak cara gue menyampaikan jokes di tongkrongan sehari-hari. Kan, seringnya kita cowok-cowok, nih, bahasannya ke yang jorok-jorok. Entah celetukan atau gimana pasti ada aja keseruannya.

Kecuali tongkrongan lo nggak asyik nggak sevulgar itu banget, atau tongkrongan keagamaan baru nggak menjurus-menjurus ke situ. Gue mikir, kenapa nggak keseruan itu kita jadiin yang sewajarnya aja di Instagram. Walaupun banyak yang nggak sependapat, itu ‘kan balik ke perspektif masing-masing juga.
Kalau menurut gue sih ini ibaratnya gue sharing sama yang relate aja. Yang nyambung aja sama jokes gue, orang-orang yang mau nerima itu sebagai candaan aja, hiburan, just for fun. Gue nggak suka yang jaim-jaim gitu, yang harus bermoral gitu, ya yang real-real aja, kalo bisa dibecandain ya dibecandaain, walaupun zaman sekarang banyak yang mudah tersinggung, makanya gue makin berhati-hati. kalo dulu gue bikin komik frontal-frontal aja, kayaknya semua lini tema gue buat, perselingkuhan, kenakalan di sekolah, di kantor, di pemerintahan. Semua gue bikin komiknya. Style penyampaian gue juga kadang sarkas, biar pembaca cari tahu sendiri, ini nyindir siapa gitu.
- Bagaimana abang memandang pornografi dan seksualitas?
Gue menganggap pornografi dan seksualitas itu pilihan dan perspektif orang masing-masing. Jadi menurut gue orang udah memilih. Misal begini lo idup santai-santai aja lurus-lurus aja, sedangkan di luar ada aja orang-orang yang pikirannya ke situ. Mau bentuknya edukasi, atau jokes atau apa pun pasti ada aja di kehidupan sehari-hari. Tinggal lo milik mau jadi konsumsi kita atau nggak. Asal dalam bentuk wajar-wajar aja. Ada kadar-kadar yang bisa ditolerir.
Misal cuma nonton video, pokoknya ada batasnya. Karena gue nggak nganggap sesuatu hal itu tabu banget. Seksualitas itu penting, kita perlu tahu, perlu diedukasi. Kalo pornografi ya hiburan aja, sih. Kalo gue pandangan ke komik gue ini lebih ke seksualitas, sih, bukan ke pernografi. Karena pornografi itu cuma hiburan yang nggak ada pesannya. Lebih ke dopamin aja, kalo komik gue ada pesannya. Sedangkan tujuan gue, sih, nggak visual doang, tapi ada pesan juga yang mau gue sampaikan.
- Banyak seniman, mendapatkan ide itu biasanya dari pengalaman pribadi lalu dibungkus dengan imajinasi. Nah, kalo bang Okky sendiri dari mana muncul ide-ide liar itu?
Kadang gue berimajinasi, kadang relate sama kejadian gue sendiri, atau temen-temen gue. Gue ‘kan sosial banget, walaupun sering ngurung diri di kamar sambil internetan buat ngegambar. Jadi ketika gue mentok, gue keluar buat mengobservasi sambil cari inspirasi ke temen-temen, nongkrong-nongkrong aja, terus ada obrolan-obrolan yang deep, atau pas bahas cewek ada aja yang nyerempet-nyerempet ke hal-hal lucu yang bisa gue jadiin komik.
Kalo cuma ngandelin imajinasi, itu nggak bakal bawa kita ke mana-mana, sih, gue pernah coba sendiri, nggak ada ide yang berdasarkan pengalaman sendiri atau temen. Misal cerita gue paksain berimajinasi, itu nggak ada pesannya, akhirnya sesuatu yang gue buat nggak relate dengan pembaca. Beda misalnya yang datang dari pengalaman gue atau temen-temen. Atau kejadian yang lagi rame kayak perselingkuhan artis dll. Gue nggak cuma ngangkat isu seksualitas doang, kadang politik gue sindir sesuai kapasitas gue yang gue ngerti aja. Yang lagi viral misalnya, biar komik gue up to date terus.

- Pernah ada haters yang nggak suka sama komik abang dan komentar aneh-aneh gitu? Atau konten dewasa ini memang pemersatu bangsa?
Haters dari dulu sih, dari awal-awal itu banyak yang banding-bandingin. Youtuber juga kadang banyak yang gitu, ‘lo masa nggak bisa yang tema mendidik, si ini aja bisa’. Gue sih nggak peduli ya karena ada pasarnya masing-masing. Gue nggak terlalu ambil pusing, malahan dulu IG gue komik doang, kan, isinya. Sekarang jadi kayak kehidupan pribadi gue juga gue posting di situ. Makanya pake nama gue.
- Boleh di-spill nggak berapa keuntungan perbulan atau pertahun dari menjual komik strip ini, total dari beberapa aplikasi kayak patreyon, genknow, dll?
Kayaknya sama aja, deh. Dulu sebelum ada platform berbayar gitu gue ‘kan ambil endorstan yang mau promosi gitu. Lama-lama semenjak pandemi gue akhirnya pilih pakai Patreyon atau platform yang berbayar karena lebih eksklusif. Dan rame, karena masa itu banyak orang yang ngabisin waktunya di internet. Adalah jutaan ya perbulan.
- Apakah “seni” bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari atau cukup dijadikan sampingan aja? Barangkali ada teman-teman yang masih bimbang dengan jalan berkesenian ini.
Bisa bisa aja, asal ada momentumnya. Misal lo suka apa, mau bahas apa, apa yang mau lo gambar yang mau lo angkat, seni apa yang mau lo lakuin, apa tujuannya, selama lo fokus di situ, sih, penghasilan bakal nyamperin, karena dulu gue juga iseng aja nggak cari terkenal atau nyari duit, ya udah gambar aja, malah kayak tiap hari ide ada aja yang dateng. Tapi pas jadi duit jadi pekerjaan itu malah jadi beban nyari ide tuh lebih susah, kadang tekanan juga ada gitu.
Kalau udah menemukan momentum yang pas, lo punya pembaca tetap, atau udah besar followers-nya atau apa pun yang mau lo capai dari seni itu, bisa kok. Tapi yang lebih aman, sih, sambil kerja lain dulu. Kalo gue, kan, kenapa full di komik karena dulu penghasilannya cukup. Cuma kalo sekarang kalian mesti sambil kerja juga karena makin mahal, kan, biaya hidup.
- Secara khusus coba sampaikan sesuatu kepada seniman muda yang menempuh jalan ini, atau kepada pembaca Kurungbuka sekalian?
Pesan gue sih sebetulnya, kalau mau terjun di dunia seni, komik strip atau ilustrasi begini, lo harus punya ciri khas. Karena dulu yang ciri khasnya kayak gue ‘kan masih sedikit. Oh, iya, inspirasi gue satu lagi ada @ombebihshow. Kalau @komiktitit itu pas gue terjun dia udah ga aktif lagi, sih. Kalo Om Bebih ini sampe sekarang masih ada, komik dewasa juga.
Itu yang bisa bedakan kita dari seni komik ini dia ini spesialisasinya apa, nih, kalo komik dewasa jadi gampang diingetnya. Pokoknya lo harus punya style lo masing-masing. Kalo untuk mata pencaharian sebaiknya jangan fokus ke duit dulu, kedengeran klise tapi emang real-nya gitu, karena gue juga dulu pas udah nggak kerja, gue fokusnya ke gambar dulu setahun dua tahun. Tahunya melejit dan menghasilkan.
Cuma dulu pas mulai nggak mikirin duit dulu, gue seneng ngegambar setiap hari, ada aja yang digambar. Dan gue seneng ada yang komen, dapat respon positif negatif itu seneng, kayak oh gue dapet attention, nih. Harusnya itu dulu yang lo cari. Lo berkesenian itu yang penting orang liat dulu, orang berkomentar tentang seni lo, itu yang bikin gue seneng tapi gue yakin rata-rata seniman juga gitu mau dilihat dan diperhatikan karyanya, apalagi sampai dapat komentar bagus gitu.

- Dalam waktu dekat atau beberapa tahun ke depan, adakah mimpi besar dari seni yang digeluti ini? Entah misal membuat game, anime, film animasi? Dan usaha apa yang sudah dilakukan untuk sampai ke titik itu?
Kayaknya gue sih mimpi gue, goals gue itu punya studio sendiri dan mempekerjakan beberapa orang gue punya tim di satu studio bikin komik bersambung atau dicetak, atau brand-brand kayak di Webtoon, indsutri banget gitulah. Kalau film dan animasi itu ‘kan perlu belajar lagi, kalau ada tim mungkin punya goals-goals ke situ juga, kalo gue sendiri, sih, belum bisa sampe sana. Cuma masalahnya itu gue memanage diri sendiri aja masih susah, gue masih belajar untuk memenange karya gue walaupun dari 2016.
Gue pernah sih punya tim tapi masih kurang dan menyatukan idenya susah, kerja sama timnya belum solid, entah gue atau tim guenya, baik manajemen waktu maupun manajemen keuangan, itu yang masih gue pelajarin, sih. Semoga dalam waktu dekat bisa terwujud mimpi gue itu, ya!
***
Banyak cara untuk mendapatkan penghasilan dan memang bisa dimulai dari hobi atau apa yang kita senangi. Okky seolah ingin menyampaikan jangan terburu-buru ingin mendapatkan hasil dari kerja keras kita, tetapi nikmatilah prosesnya dan bertanya pada diri sendiri sudah sebesar apa tenaga dan pikiran yang kita curahkan di setiap pekerjaan kita?
Selain menggambar, ia juga memiliki single lagu berjudul “Harapan”. Untuk mengenal Okky lebih jauh dan ingin tahu karya-karyanya, silakan follow Instagramnya @okkycreed. (dhe)
Komentar