Banyak pembaca buku yang terbantu karena adanya penerjemah. Tidak sedikit buku bagus yang terbit dalam bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris, dan apabila kita tidak menguasai bahasanya, maka tentu ilmu yang ada dalam buku itu sulit untuk dimengerti. Hadirnya penerjemah buku ibarat seseorang yang memiliki kunci pintu dari sebuah rumah. kita diajak masuk ke dalam setelah dia mau meminjamkan kuncinya.

Nisa Khoiriyah adalah salah satu nama penerjemah yang cukup aktif menerjemahkan buku-buku filsafat dan pengembangan diri. Hasil terjemahannya terbit sebagian besar di Penerbit Basabasi, Jogjakarta. Alumnus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) jurusan Pendidikan Bahasa Inggris tahun 2008 ini sekarang tinggal di Kota Cilegon bersama anak dan suaminya. Dia juga aktif bersosial media di instagram @kiycha.

Encep Abdullah, seorang penulis dan pendiri Komunitas Menulis Pontang Tirtayasa ini berhasil mewawancarainya. Konon ia kawan seangkatannya di kampus Untirta dulu. Dan atas kedermawanannya, secara eksklusif dia mengirimkan wawancara ini untuk Kurungbuka. Penasaran, kan? Masa, nggak. Yuk langsung simak obrolan serunya!

_ _ _

  • Sejak kapan jadi penerjemah di Penerbit Basabasi dan kok bisa sampai ke sana, bagaimana itu ceritanya?

Jadi aku suka cari-cari lowongan penerjemah gitu. Sebenernya udah kirim lamaran ke banyak penerbit juga. Tapi nyangkutnya di Penerbit Basabasi. Ya, mungkin emang rezekinya di situ.

  • Kenapa memilih menjadi penerjemah buku? Adakah kesibukan lain selain menerjemahkan buku?

Karena aku emang suka menerjemahkan. Passion aku di situ. Waktu SMA pernah ditanya guru bahasa Inggris cita-citanya apa, aku jawab penerjemah. Eh jadi kenyataan. Hehehe….

Kesibukan lain tentu ada. Selain menjadi penerjemah, aku juga menulis artikel di PickyBest dan mengajar bahasa Inggris tapi sekarang lagi off dulu, mau fokus urus bayi. Mungkin nanti pas anak kedua ini udah agak besar, aku mau kembali mengajar. Jadi untuk sementara ini kesibukannya sedang menikmati peran menjadi IRT.

  • Buku-buku yang diterjemahkan itu kok buku-buku berat ya, buku filsafat begitu. Kau memang tertarik ke arah sana? Kira-kira selain filsafat buku apa saja yang pernah kau terjemahkan?

Ini jawabannya sama kayak nomor satu, sih. Mungkin faktor takdir, rezekinya di situ hahaha… Sebenernya aku pengen banget nerjemahin fiksi atau cerita anak gitu, tapi sayang belum kesampaian. Belum pernah menerjemahkan buku selain filsafat sih, cuma aku sering menerjemahkan dokumen-dokumen nonbuku juga. Doakan ya semoga dapet job menerjemahkan fiksi atau bacaan ringan.

  • Apa kendala dirimu saat mengerjakan penerjemahan itu dan biasanya berapa lama kau selesai menerjemahkan? Apakah ada target dari penerbit begitu?

Wah, kalau kendala sih secara teknis misalnya pas mati lampu atau sinyal sedang tidak bersahabat, itu menghambat juga. Kendala lainnya kalau kebetulan ketemu istilah yang tidak familier, itu lumayan juga riset-risetnya. Apalagi buku yang aku terjemahkan ini seringnya buku-buku domain public yang pastinya udah jadul banget. Kadang sukar dipahami kalimatnya.

Kalau target dari penerbit sih pasti ada, tapi biasanya santai dan fleksibel, kok. Kalau waktu penyelesaian tergantung tingkat kesulitan sih biasanya.

  • Sosok Nisa kok kurang begitu tedengar ya sebagai penerjemah, khususnya di Banten. Apakah kau memang mengurung dan mengunci diri untuk tidak memperkenalkan diri ke publik? Apakah pernah ikut komunitas penerjemah begitu atau ikut pelatihan semacam itu?

Hahaha… Iya, aku lebih senang isolasi mandiri soalnya. Komunitas penerjemah pernah ikut sih, tapi aku kurang aktif. Pelatihan-pelatihan juga suka ikut kalau situasinya memungkinkan.

  • Pengalaman apa sih yang menarik saat kau menerjemahkan buku dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia? Pernahkah kau stres dan depresi? Haha

Hmmm, biasanya stres karena riset-risetnya. Sering nggak paham maksudnya gimana. Satu kalimat aja kadang berjam-jam bahkan berhari-hari buat mencernanya. Haha…. Kalau pas lagi lancar sih enak banget ngalir gitu aja. Tapi seru kok, di sana tantangannya.

  • Eh, berapa sih honor penerjemah? Kepo ya gue….

Kalau buku honornya nggak sebesar dokumen. Honorku dari 15 ribu/halaman jadi, dan sekarang udah 20 ribu/halaman jadi. Kalau terjemah dokumen bisa sampai 100 ribu/halaman jadi. Cuma enaknya kalau menerjemahkan buku kan nama kitanya dicantumkan, seneng aja ada karya nyata. Kalau dokumen kan nggak.

  • Omong-omong, selain menerjemah apakah kau juga seorang kutu buku? Pasti kali ya, masa penerjemah nggak suka baca. Tapi, apakah kau juga menulis?

Ahaha… Nggak kutu-kutu banget, sih. Aku suka baca tapi ya biasa aja sebagai hiburan. Oh iya, aku seneng nulis juga. Salah satu cerpenku ada juga yang sudah dibukukan.

  • Kapan punya buku sendiri, nih?

Pertanyaan ‘kapan’ biasanya horor nih. Hahaha….
Iya, doain ya bisa punya buku sendiri. Aku udah ada sih nulis beberapa cerita anak. Udah nawarin ke beberapa penerbit, sayangnya belum ada yang nerima. Syediiihh…

  • Bagaimana caranya mendaftarkan diri jadi penerjemah di Penerbit Basabasi?

Kalau aku sih dulu lihat ada lowongannya, terus coba melamar, lolos tes, dan diterima deh. Yang penting mau terus mencoba aja.

  • Kapan-kapan boleh ya ketemu secara langsung, masih banyak hal yang mau diobrolin, nih… Terima kasih udah mau diajak ngobrol via chat, ya….

Siap. Terima kasih juga atas pertanyaannya. Seneng banget bisa berbagi pengalaman walau belum bisa ngobrol langsung untuk saat ini. Semoga nanti ada kesempatan untuk ketemu langsung dan ngobrol-ngobrol yaa….

Dadaahhhh…