Mahasiswa Bahasa Inggris agaknya familiar dengan daerah Pare. Sebuah Kota/Kecamatan yang berada di Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang identik dengan julukan “Kampung Inggris”. Pare ibarat medan magnet kuat yang dapat menarik setiap orang datang dan tinggal dalam kurun waktu tertentu dengan tujuan memperdalam kemampuan berbahasa, terutama bahasa Inggris. Kita sebut saja sebagai obyek wisata edukasi. Sebab menu wisata utama yang akan kita dapatkan, saat berkunjung ke sana adalah program bimbingan kemampuan kebahasaan.
Dari data terakhir yang saya dapat, sekarang sudah ada 165 lembaga kursus di sana. Menyediakan menu bimbingan kebahasaan mulai dari short course dengan durasi dua minggu atau intensive course dengan durasi enam bulan bahkan lebih untuk beragam major skill.
Semasa kuliah, teman-teman saya setidaknya akan menyempatkan waktu untuk bisa belajar di sana. Apalagi jurusan bahasa Inggris, berkunjung ke Pare ibarat umroh/hajinya orang Islam. Biasanya mereka akan mengambil waktu kunjungan di antara libur semester. Mengikuti program short course kurang lebih satu atau dua bulan. Anehnya, kebanyakan dari mereka yang pernah ke sana, seperti kecanduan atmosfer belajar di Pare. Tidak sedikit teman saya setelah lulus, kembali pergi ke Pare. Alih-alih, sembari mencari peluang beasiswa S2 maupun berkarir.
Di luar itu, saya memiliki kenangan tersendiri soal Pare. Pertama kali saya tahu Kampung Inggris Pare, Kediri adalah saat saya belajar di lembaga kursus di kampung halaman saya di Kabupaten Bekasi. Saat itu, saya sudah lulus SMA dan sedang bekerja di salah satu pabrik di Cibitung.
Di tengah siklus hidup pekerja pabrik yang monoton dan membosankan, saya berinisiatif mengisi waktu libur dengan mengikuti kursus bahasa Inggris, di samping, saya pun punya ambisi untuk bisa melanjutkan pendidikan. Nama lembaga kursusnya waktu itu adalah BEC, Banana English Course.
Mungkin kalian menduganya Basic Engish Course meng-copy lembaga kursus tertua di Pare yang didirikan oleh Kalend Osein, pada tahun 1977. Bukan, Banana di sini mewakili daerah, nama kampung di mana kursusan itu berada yang bernama Pulo Pisang.
Dari sanalah saya diberi wawasan bahwa, nun jauh di Kediri sana, di Jawa Timur ada yang namanya Kampung Inggris, tepatnya di Pare. Banana English Course menurut Mr. Rahmat, teacher saya waktu itu, mengambil spirit BEC yang ada di Pare, untuk membangun SDM maju di tengah perkampungan terpencil–-sebab, jarak dari kota Bekasi ke kampung saya sangat jauh.
Singkat cerita, 2013 akhirnya saya berhasil kuliah, jurusan Pendidikan bahasa Inggris pula di UIN SMH Banten, dulu masih IAIN. Ingatan soal BEC dan Pare selalu punya ruang tersendiri di lemari ingatan saya. Pun obsesi saya untuk bisa belajar di Pare masih tak pernah berubah. Tapi, dari waktu ke waktu, belum ada kesempatan yang pas untuk bisa merealisasikan keinginan tersebut.
Pernah di beberapa kesempatan tahun 2014, 2016, dan 2019 saya tak sengaja ke Pare, tapi hanya sekadar lewat, karena kepentingan waktu itu menyambangi titik-titik kegiatan Tur Literasi Jawa Anyer – Panarukan bersama relawan Rumah Dunia dan Mas Gol A Gong (Pendiri Rumah Dunia yang sekarang menyandang Duta Baca Indonesia).
Baru di tanggal 21 Maret 2023 kemarin, saya bisa ke Pare, merealisasikan keinginan terpendam, melalui perjalanan panjang 887 km mengendarai sepeda motor sendirian, melewati 5 provinsi: Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur–-Cerita lengkapnya akan saya bagikan di tulisan selanjutnya.
Satu bulan lebih kini saya berada di Pare, melewati Ramadan dan lebaran di sini. Menjalani hari-hari penuh target dan pertimbangan. Terutama pertimbangan memilih lembaga kursus. Mengapa, karena kalau kita tidak selektif, akan terjebak dengan promo-promo kelas yang di luar nalar dan super murah.
Kalau kalian berpikir kelas kursus di Pare mahal, kalian harus explore sosial media setiap lembaga kursus di sini. 75 ribu rupiah untuk harga short course 2 minggu pasti akan kalian temukan! Pokoknya mesti pandai-pandai memilah. Silakan datang dan selektif berburu promo!