KURUNGBUKA.com, SERANG – Kelas Menulis Gol A Gong kembali mengadakan acara daring yang mengusung tema “Cara Mudah Menciptakan Karakter Tokoh dalam Cerita” via aplikasi Zoom, pada Minggu (21/03/2021) pukul 10.00 – 12.00 WIB.

Gol A Gong menjelaskan, sebelum menulis karya fiksi, baik cerpen atau novel, saya biasanya membuat 500 pertanyaan untuk membuat suatu karakter tokoh. Pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab, supaya karakter tokohnya menjadi lebih kuat dan hidup di hati pembaca.

“Contoh pertanyaannya, saya ambil dalam novel Balada Si Roy; Dullah, karakter tokoh antagonis. Bagaimana paras wajahnya? Apa kebiasaannya? Kenapa dia menyukai Ani? Dimana dia suka kumpul bareng teman-temannya? Dan seterusnya, sampai 500 pertanyaan. Nah, hal pertama saya lakukan adalah bedah tokoh. Tentu dengan pisau bedah; mulai dari ujung rambut sampai ujung kuku. Bagian dalam dan luarnya tokoh. Saya selalu membuat production book atau kitab sakti yang berisi pertanyaan dan jawaban suatu tokoh. Dengan begitu, tokoh kita akan kuat dan terarah,” terangnya.

Gong menambahkan, macam-macam karakter tokoh antagonis di antaranya: pembunuh, pembohong, pesaing, koruptor, penghasut, maling, pemerkosa, anak badung, suami selingkuh, istri matre, mertua primordial, pemimpin dzolim, anak durhaka, suami KDRT, dan masih banyak lagi.

“Saya menulis novel Balada Si Roy menghabiskan waktu 6 tahun. Buku Sakti sangat membantu saya untuk mendalami karakter tokoh. Pertanyaan-pertanyaan yang telah saya buat, saya tumpahkan ke dalam cerita. Contohnya: Dullah, karakter tokoh antagonis Roy. Saya buat karakter Dullah menjadi pesaing takoh utama, Roy. Dullah tidak ingin melihat Roy lebih unggul darinya. Kemudian Dullah membunuh anjing milik Roy yang merupakan anjing kesayangan, pemberian dari ayahnya di pantai,” kata Gong.

Musrifah Medkom, salah satu peserta mengungkapkan, genre tulisan yang kita tulis pasti mempengaruhi karakter tokoh. Misalnya tulisan yang bergenre horor.

“Nah, bagaimana cara yang asyik mengawinkan idealisme dan selera pasar?” tanyanya.

Gong menjawab, saya pernah menulis yang bergenre horor, judulnya “Lewat Tengah Malam”, penerbit Gagas Media, 2007. Karakter tokohnya pun jelas berbeda. Diksinya, biasanya ada darah, bilatung, sampai batu nisan.

“Saya pernah riset lapangan di kuburan China. Merasakan bulu kuduk berdiri. Setiap reset, saya selalu menggunakan formula 5W + 1 H. Di genre horor, biasanya ada diksi tertawa tapi orangnya gak ada. Diksi berjalan tapi kakinya gak menyentuh tanah, dan seterusnya. Memang harus banyak latihan. Karakter tokoh harus kita susun. Nanti selara pasar pasti mengikuti,” jawabnya. (fik)