KURUNGBUKA.com – Orang pernah keranjingan membaca teks-teks sastra tidak ingin terputus di tengah jalan. Namun, hidup memiliki tuntutan dan kebutuhan, yang mengakibatkan kebiasaan menikmati sastra diselingi dengan kerja.

Yang membaca sastra justru menjadi jeda, bukan lagi kenikmatan dicapai saat masih banyak waktu senggang. Bekerja untuk hidup. Membaca sastra untuk makna hidup. Pada saat bekerja, lelah dan suntuk ditebus dengan membaca sastra. Ia mungkin mendapatkan kelimpahan dari sedikit yang terbaca.

Natalie Goldberg (1986) mengingat: “Pulang dari kerja malam itu, saya berhenti di toko buku Centicore di State Street dan menelusuri lorong-lorong raknya. Saya melihat buku tipis berjudul Fruits and Vegetables oleh Erica Jong.” Hiburan yang diperoleh setelah bekerja.

Pilihannya buku tipis. Keputusan agar membacanya tidak lama dan enteng sejak dari tatapan mata dan pegangan. Ia beruntung membeli buku tipis. Yang terjadi ia mendapat “ketebalan” gairah dalam bersastra.

Pengalaman sederhana tapi mengesankan: “Puisi pertama yang saya buka di dalam buku itu adalah puisi memasak terong!” Ia mengaku tertegun. Ia bekerja di restoran, terbiasa memasak atau menyiapkan hidangan kepada para tamu. Namun, ia tidak pernah membayangkan bahwa pekerjaan sehari-hari itu bakal bisa menjadi puisi.

Di buku, ia menemukan puisi mengenai terong. Dampak dari buku tipis: ‘Saya pulang ke rumah dengan tekad untuk menuliskan apa saja yang saya ketahui, untuk mempercayai pikiran dan perasaan saya dan untuk tidak mencari-cari di luar diri saya.” Ia berjanji “memasak” sastra.

(Natalie Goldberg, 2005, Alirkan Jati Dirimu, Mizan Learning Center)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<