KURUNGBUKA.com – (05/03/2024) Keyakinan yang diperlukan untuk menjadi penulis. Ia membuat kalimat-kalimat yang kokoh agar dirinya menulis, memastikan masih banyak hal yang harus ditulis. Masalah-masalah yang dihadapi tidak semuanya bisa diselesaikan. Namun, menulis tidak boleh selesai atau berhenti.
Yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer (1983) dalam menanggung banyak masalah dan pernah menghuni penjara: “Walhasil: aku telah, tetap, dan akan terus menjadi pengarang.” Ia mengerti konsekuensi-konsekuensi menjadi pengarang. Keberanian menulis tidak harus padam meski diruwetkan nafkah, asmara, politik, dan lain-lain. Yang membuatnya belum tamat adalah “keimanan”.
Kita menandai tiga kata yang disampaikan Pramoedya Ananta Toer: telah, tetap, terus. Keputusan menjadi pengarang sulit diganggu gugat. Jika ia mengungkapkan “telah” berarti ada tulisan-tulisan yang dihasilkan. “Tetap” mengukuhkan kemauan untuk tidak goyah dan menyerah. Ia mengaku “terus” menjadikan kemauan bersasatra membara. Puluhan tahun, ia menghasilan cerita pendek dan novel.
Ia sempat menggubah puisi, menyajikan esai-esai. Kita mengenangnya dengan buku-buku. Dulunya, ia yang bersungguh-sungguh membaca buku: “Waktu liburan selalu kupergunakan mendekam di ruang baca perpustakaan Gedung Gajah.” Ia menceritakan gairah pengetahuan dan sastra pada masa pendudukan Jepang.
Kita yang berada pada masa berbeda tidak terlalu disulitkan memperoleh bacaan-bacaan. Yang membedakan pula adalah memadukan bacaan dan kenyataan. Yang dulu “telah, tetap, terus” menulis sadar bekal bacaan-bacaan dan keterlibatan dalam kenyataan untuk menghasilkan cerita-cerita. Pada masa lalu, ia berada dalam kesungguhan menjadi pengarang, yang tidak membiarkan dirinya gampang jatuh dan tamat.
(Pamusuk Eneste (editor), 1984, Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang II, Gramedia)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<