KURUNGBUKA.com – (11/02/2024) Pada mulanya, ia menulis catatan harian dan surat. Kebiasaan yang membuatnya ketagihan mengolah dan menggerakkan kata-kata. Selanjutnya, yang ditulis adalah puisi, esai, dan cerpen. Ia masih remaja yang takjub kata-kata. “Sejak kelas 2 (SMA), saya sangat aktif membuat catatan harian,” pengakuan Ahmad Tohari (2003).

Tulisan yang membuatnya berani dan fasih berkata-kata. Yang ditulis mengungkapkan pikiran dan perasaan. Yang ditulis sifatnya pribadi tapi memungkinkan dibaca teman-teman: “Diari ini bahkan berkembang menjadi semacam majalah pribadi…”

Si remaja itu sudah ketagihan bacaan-bacaan. Namun, kesungguhan menulis catatan harian menyadarkan kekuatan dalam bercerita. Ia terus bergerak di jalan cerita. Catatan harian ditambah surat. Di pergaulan remaja, ia mengagumi dan dekat dengan perempuan. Jalinan asmara kaum remaja memerlukan limpahan kata.

“Dan melalui penulisan surat-surat itu, tanpa sengaja saya telah belajar mengungkapkan perasaan dan gagasan ke dalam bentuk tulisan.” Kemampuannya berbahasa mungkin ikut dipengaruhi pelajaran di sekolah dan bacaan. Yang pasti, penulisan catatan harian dan surat memberi keyakinan sastra. Ia pun berkembang.

Pada akhirnya, Ahmad Tohari terkenal dengan novel-novelnya. Ia tidak menerbitkan album surat atau catatan harian, yang ikut mengawali keterpanaan bersastra. Yang awal menikmati keindahan sastra perlahan mengalami sebagai pemberi keindahan melalui tulisan-tulisan.

Pengalamannya pada masa remaja cukup bersahaja meski menimbulkan dampak yang besar. Selama puluhan tahun, yang diistemewakan adalah novel, tak selamanya catatan harian dan surat. Ia berhak disebut novelis.

(Pamusuk Eneste (editor), 2009, Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang Jilid 4, Kepustakaan Populer Gramedia)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<