Judul Buku : Sekolah Sambil Kerja di Australia
Penulis : Erick Octavian
Penerbit : Deepublish Publisher
Terbit : September 2022
Halaman : 90 halaman
Cetakan : Pertama
ISBN : 978-623-02-5222-8
Sejak di bangku sekolah, aku punya mimpi untuk melanjutkan pendidikan di Australia. Aku tertarik untuk pergi ke sana karena waktu itu aku melihat cover buku pelajaran Reading dengan sampul bukunya adalah gedung Sydney yang begitu menawan. Di dalam buku tersebut, ada pembahasan bagaimana masyarakatnya berkomunikasi, membaca rambu-rambu lalu lintas, hingga hewan kanguru yang menjadi icon di sana. Jadi, membuatku semakin penasaran tentang bagaimana kehidupan social environment di Australia.
Tekad dan niat sudah menjadi bulat bahwa setelah wisuda sarjana, aku harus pergi ke Australia untuk mengambil S2 di sana. Aku merasa ingin tahu kebiasaan orang-orang yang tinggal di negara maju seperti Australia dari apa yang telah aku baca di buku pelajaran sekolah dulu. Alasan lainnya adalah ingin punya pacar bule. Hehe…
Berbagai cara aku selalu berusaha untuk bisa mewujudkannya; mulai dari mencari sumber informasi dari teman dekat, internet, hingga tahapan cara beasiswa menuju ke sana. Namun, aku selalu gagal untuk meraihnya.
Ketika melihat iklan postingan akun Instagram (IG) @vianzo tentang buku Sekolah Sambil Kerja di Australia (SSKDA) karya Erick Octavian, aku langsung tebersit untuk segera memilikinya. Terlebih, ada bonus special gift dari Australia bagi 100 pembeli pertama. Aku langsung follow akunnya, lalu melakukan transaksi dengan bandrol harga perbukunya adalah seratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah.
Kemudian Erick pun, langsung mem-follow balik akun IG-ku (@djoe_taufik) serta memasukkan nomor WhatsApp (WA) pribadiku ke dalam group WA dan Telegram – merupakan group khusus membahas intens tentang akses menuju Australia – mulai dari itinerary, pre-book tiket pesawat, visa turis, hingga visa student. Bahkan pada 23 September 2022 lalu, aku ditelepon langsung olehnya untuk sharing informasi tentang kehidupan di Australia yang tidak terasa menghabiskan waktu sampai 70 menit. Hal ini, membantuku dalam menyerap informasi langsung dari orang yang tinggal di sana selama bertahun-tahun.
Tepat tanggal 8 Oktober 2022 aku menerima paket buku SSKDA di Pustaka Terbang, Serang, Banten. Aku langsung membukanya dengan hati-hati karena ada catatan tertulis di dalam paketnya, “Ada stiker, harap dibuka pelan-pelan!”
Setelah terbuka, aku ambil bukunya sekaligus stiker dan boneka koala khas Australia yang lucu. Aroma bukunya aku hirup terlebih dahulu sebelum aku membacanya. Oh, jadi begini udara segar Australia.
Di dalam buku tersebut, ada 90 halaman yang dilengkapi ilustrasi menarik dan gambar kisah perjalanan Erick yang penuh warna, manjadikan buku ini terlihat mewah. Terlebih, bukunya juga memakai hard cover yang dilengkapi dengan design graphic yang kekinian. Aku suka dengan gambar orang yang sedang memancing dollar dengan latar belakang bangunan-bangunan iconic Australia.
Erick membagi 6 bagian di dalam buku SSKDA, di antanya: tentang Australia, persiapan sebelum ke Australia, persyaratan dan biaya, welcome in Australia, mencari kerja di Australia, serta hak dan kewajiban pekerja di Australia. Saat aku membacanya, aku anggap buku SSKDA seperti buku pedoman bagi orang-orang yang ingin pergi belajar, kerja, atau jalan-jalan ke Australia. Semuanya, diibahas dengan detail oleh penulisnya, bahkan pembaca seperti dituntun secara perlahan agar bisa ke sana.
Gaya bahasa yang digunakan juga mudah dipahami, seperti tulisan formal pada umumnya. Aku bisa membuat catatan kecil atau tanda jika suatu saat aku pergi ke sana. Pengalaman Erick saat menempuh pendidikan sekolah sambil kerja sampingan di Australia bisa menjadi bahan pelajaran hidup bagi pembaca seperti halnya lampiran slip gaji sebesar $847.31 atau sekitar 8,660,918 juta rupiah (Kurs $1 = Rp. 10,221.78 per tanggal 11 Februari 2022) dengan bekerja di café mulai hari Senin hingga Jumat selama 8 jam sehari. Pembaca bisa mendapat info tentang upah kerja di café, Australia yang relatif lebih besar dari pada kerja di Indonesia.
Ada beberapa pekerjaan yang banyak diminati oleh orang-orang Indonesia, menurut Erick seperti; housekeeper/cleaner, kitchen hand/asisten chief, general laborer, barista, bartender, dan rider/kurir. Selama bekerja di Australia, Erick masih bisa menyempatkan diri untuk sekolah di sana.
Dia juga menyarankan kepada pembaca untuk mengambil kursus Bahasa Inggris umum (ELICOS) yang dikombinasikan dengan certificate IV/Diploma + Advanced Diploma sesuai dengan jurusan atau minat karena dapat membantu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Erick sendiri sedang menempuh pendidikan di ACBI (Australian College of Business Intelligence), spesialisasi di bidang Manajemen IT. Menurutnya, sementara waktu ini fokusnya adalah bekerja dan mengumpulkan uang lebih banyak untuk bisa melanjutkan pendidikan sarjana di salah satu Universitas Australia.
Hal menariknya, si penulis bersedia secara sukarala membimbing para pembaca bukunya untuk bisa pergi dan tinggal di Australia. Hampir tiap hari, ada saja info terbaru tentang Australia di group WA/Telegram yang dibuat oleh penulisnya sendiri.
Mulai dari penambahan anggota, menjawab pertanyaan-pertanyaan, hingga informasi konser Black Pink di Australia. Hehe. Artinya, Erick bersedia berbagi apa saja yang terkait dengan apa yang telah dia tulis tentang Australia secara legal. Aku teringat dengan perkataan Gol A Gong, Duta Baca Indonesia bahwa seorang penulis harus mengabdi kepada pembaca dan Erick telah membuktikan pengabdiannya.
Namun demikan, aku temukan beberapa kekurangan dalam buku SSKDA. Seperti tanda baca yang masih kurang tepat, halaman 14; frasa kata “udara disini” harusnya dipisah, “udara di sini”, halaman 82; frasa kata “klik disini” seharusnya dipisah, “klik di sini” lalu tidak memiliki keterangan website yang bisa dibaca atau diklik untuk pengajuan Tax file number (TFN)-nya setelah frasa kata tersebut.
Selain itu, menurutku sebagai pembaca belum bisa merasakan atmosfer langsung bagaimana seorang penulis menuliskan kisahnya tentang Australia. Hanya sebatas buku pedoman saja padahal kisahnya menarik juga ditulis dengan gaya feature bukan dengan gaya tulisan formal yang agak membosankan. Mungkin ini, persolanan selera ya. Selebihnya, aku suka.
Aku jarang menemukan penulis seperti Erick yang mengabdi kepada pembaca. Setelah selesai menulis resensi ini, aku sadar bahwa aku belum bisa meraih mimpi menuju Australia. Namun, saat ini aku sedang menempuh pendidikan S2 dalam negeri jalur Beasiswa Indonesia Bangkit (LPDP-KEMENAG) di Universitas Muhammadiyah Malang. Semoga di masa depan, aku bisa mewujudkan mimpiku. Aamiin…
Malang, 07 Februari 2023