Hailey Jameson adalah seorang siswi dari Sekolah Sihir Neamora. Dia terlihat seperti calon penyihir biasa, tetapi sebenarnya dia sangat berbeda. Walaupun orang tuanya hanya penyihir biasa, Hailey terlahir dengan kekuatan yang lebih hebat dibanding anak seumurannya. 

***

Hailey sedang bersantai di kelas sambil membaca buku tentang sihir ketika seseorang memasuki ruangan. Rachel Williams. Anak salah satu penyihir hebat yang sangat terkenal. Ibunya pun kaya dan sering mendonasikan uang ke sekolah.

“Oh lihat, Hailey duduk sendirian tanpa teman,” cibir Rachel dengan senyuman licik. Teman-temannya terkikik-kikik.

Hailey memutar bola matanya.

“Wah, ejekan yang bagus!” ujar teman baik Hailey, Sage, dengan sinis.

Sage mengacungkan jari telunjuknya, mengarahkan kepada Rachel dan mengayunkannya ke arah kiri. Ikatan rambut Rachel tiba-tiba tertarik dan tubuhnya pun terjatuh ke lantai. Rachel segera diangkat oleh teman-temannya. Dia membisikkan sesuatu kepada teman-temannya dan dengan satu kibasan rambutnya yang pirang, dia menghilang.

“Terima kasih, Sage.” Hailey mendesah.

“Sama-sama, sobatku,” kata Sage sambil menarik kursi di samping Hailey dan duduk di sebelahnya.

“Tadi itu sangat asyik bukan? Kenapa kamu tidak mencoba membalasnya sendiri?” tanya Sage.

Senyuman Hailey seakan luntur dari wajahnya. “Kamu tahu kenapa.”

Kenangan-kenangan buruk mulai mengalir kembali ke dalam pikiran Hailey. Dulu, dia memiliki banyak teman dan sangat digemari oleh anak-anak di kelas karena kemampuannya. Sampai suatu hari, ada siswi baru di kelas. Rachel Williams namanya. Dia langsung berkata bahwa dia adalah anak penyihir terkenal. Dia tidak pernah menyukai Hailey. Dia benci mengetahui bahwa Hailey jauh lebih berbakat dari dirinya. 

Rachel mulai bersikap jahat kepada Hailey. Suatu kali, dia membuat Hailey tersandung saat istirahat dan membuat minumannya tumpah sehingga rok Hailey penuh dengan bercak jus nightshade beri. 

Hailey merasa putus asa karena Rachel. Dia mulai menyendiri dan menyembunyikan kekuatannya.

Persaingan di Neamora sangat ketat. Hampir semua pelajar di sekolah selalu ingin terlihat hebat. Jika kau memiliki reputasi buruk atau kurang pintar dalam pelajaran, teman-temanmu akan menjauhimu. Tak heran satu per satu teman-teman Hailey meninggalkannya, kecuali Sage.

“Ya, aku masih ingat,” gumam Sage dengan frustasi. Hailey merasakan pipinya terbakar dan dia mencoba menghentikan air matanya, tetapi gagal. Air mata mulai menetes dari matanya. Dia menghapusnya dengan lengan seragamnya.

Sage langsung memeluk Hailey dengan erat dan menepuk-nepuk punggungnya. “Suatu hari ini akan berakhir. Kau akan terlepas dari kendalinya dan Hailey yang lama akan kembali.”

***

Hailey membanting pintu apartemennya. “Hailey, sayang! Bagaimana sekolah hari ini?” tanya ibunya. Hailey tak menjawab. Dia bergegas masuk kamar lalu membenamkan wajahnya pada bantal agar tangisannya tidak terdengar.

“Ibu mendengarmu menangis. Apa masih tentang masalah yang itu?” Hailey seketika memeluk ibunya dengan erat dan air matanya mulai menetes.

“Hailey, Ibu sudah lama ingin memberikan sesuatu untukmu.” Ibu Hailey meraih kotak kecil dari kantung mantelnya. 

“Bukalah kotak itu,” bisik ibu Hailey. Hailey menarik pita di atas kotak itu dan membuka tutup kotaknya. Di dalam kotak itu ada sebuah bros emas yang pinggirannya dihiasi berlian kecil. Di bagian tengahnya adalah zamrud yang berkilauan. 

“Ini adalah bros antik dari leluhur kita. Semua anak perempuan di keluarga kita pernah memiliki bros ini. Ibu mendapatkan bros ini dari Nenek, dan Nenek mendapat bros ini dari ibunya. Bros ini akan melindungimu,” ujar ibu Hailey. 

Hailey tidak terlalu mendengar ibunya. Dia terlalu dibuat terpesona oleh bros itu. Makin lama melihatnya, dia seakan dapat mendengar bisikan leluhur-leluhurnya. Dia dapat membayangkan semua nenek moyangnya memakai bros itu dan betapa indahnya bros itu bersinar. Hailey perlahan mengambil bros itu dari kotaknya. Dia memasangkan bros tadi di seragamnya dan melihat dirinya di kaca.  “Aku senang kau akhirnya dapat memakai bros itu.”

***

“Lihat, Hailey mulai menyukai aksesori!” hina Rachel.

Hailey mulai membungkuk sambil memeluk tasnya lebih erat. Kenapa dia harus melihat bros ini? pikir Hailey sambil mendesah.

“Bros keren. Dari mana kau mendapat bros itu?” tanya Sage.

“Aku baru mendapatkan ini kemarin. Ini bros dari ibuku.”

Rachel melihat pancaran sinar dari sudut matanya. Dia berpaling untuk melihat dari mana sinar itu berasal. Bros itu terlalu bagus untuk perempuan miskin itu! Benda itu seharusnya menjadi milikku, pikir Rachel. Kemarahan mulai muncul di dalam dirinya dan ide licik terlintas.

***

Seluruh murid Neamora berkumpul di aula setelah diminta kepala sekolah lewat pengeras suara. Tidak ada yang mengetahui mengapa mereka dipanggil ke ruangan itu, kecuali seorang perempuan berambut pirang. 

Dentuman keras pintu aula yang terbuka mengejutkan seisi ruangan. Asap menutupi pandangan para siswa, diiringi suara mereka yang terbatuk-batuk karena asap tersebut. 

“Kepala sekolah datang,” kata salah seorang dari mereka.

Kepala Sekolah Herwitt melompat turun dari sapu terbangnya. Dia membenarkan penampilannya dan berdiri tegap.

“Berdiri!” perintah Ibu Jennifer, wakil kepala sekolah. Seluruh siswa-siswi berdiri serentak dengan posisi tegap.

“Alasan kalian semua dikumpulkan di sini adalah karena salah seorang dari kalian telah membuat masalah besar.” Terdengar suara bergema. “Duduk, kalian semua!” ujar Ibu Jennifer. 

Tirai beludru yang menutupi area depan aula ditarik oleh Kepala Sekolah dalam satu gerakan cepat. Semua murid terkejut dan bisikan-bisikan mulai menyebar. Di balik tirai, terlihat patung maskot Sekolah Sihir Neamora. Patung tersebut dibentuk menyerupai dewi mitologi yunani yang bernama Athena, dewi kepintaran. Patung yang megah itu telah hancur. Kepalanya sudah terpotong. Ibu Jennifer memperlihatkan bagian kepala patung yang hilang. Kepala patung itu tidak terlihat lebih baik daripada kondisi tubuhnya. Bagian kepala Athena penuh dengan baluran cat tak karuan.

“Ini adalah vandalisme tingkat tinggi!” teriak Ibu Jennifer. Kepala Sekolah mengangguk-anggukkan kepalanya. 

“Benar, siapa pun yang tertangkap basah terlibat dalam aksi ini akan diberi hukuman yang berat. Bahkan bisa dikeluarkan dari sekolah! Kuberi kesempatan, jika orang yang melakukan ini mengaku, akan kuberikan kelonggaran hukuman,” kata Kepala Sekolah. 

Tanpa ragu, Rachel berdiri dari tempat duduknya. “Pasti Hailey yang melakukan ini semua!” Hailey terkejut mendengar namanya disebut.

“Hailey yang mana? Abernathy, Rhodes, Thompson,” kata Kepala Sekolah sebelum Rachel menghentikannya membacakan daftar panjang nama belakang. 

“Jameson! Hailey Jameson adalah pelakunya!” ujarnya dengan keras. Hailey langsung berdiri dengan gugup. Semua orang di aula melihat Hailey Jameson dengan mata melotot, kecuali Rachel dan Sage.

“Apakah ini benar, Hailey?” tanya Kepala Sekolah. 

Hailey dapat merasakan semua mata menyoroti segala gerak-geriknya. Dia sangat gugup sampai membuka mulut untuk menyatakan protesnya saja tidak sanggup. 

“Sepertinya benar,” gumam Ibu Jennifer. 

“Tunggu!”

“Sage? Apakah kau terlibat dalam kejadian ini?” tanya Kepala Sekolah. 

“Tidak. Hailey juga tidak terlibat dalam hal ini,” kata Sage. 

“Apa maksudmu?” tanya Rachel sambil menelan ludah. 

“Kapan patung ini ditemukan, Kepala Sekolah Herwitt?” tanya Sage.

“Dugaan kami pukul sebelas malam. Penjaga sekolah yang menemukannya. Dia juga berkata bahwa ia melihat bayangan murid yang berlari dari sekolah di waktu yang sama,” jawab Kepala Sekolah.

Sage tersenyum. “Hailey bersama denganku dari jam sembilan sampai jam dua belas malam untuk mengerjakan proyek. Mana mungkin dia melakukan itu,” ujar Sage dengan tenang. 

“Tetapi bagaimana kita dapat percaya bahwa kamu tidak berbohong?” tanya Rachel dengan lantang. 

“Aku berani dikeluarkan dari sekolah jika Hailey terbukti bersalah,” kata Sage.

Semua orang bisa melihat keberanian dan keyakinan di dalam kata-kata Sage.

“Baiklah, Sage,” Ibu Jennifer mendesah. 

“Kami akan mencari tahu lebih dalam tentang masalah ini. Jika Hailey benar-benar bersalah, kalian berdua harus bertanggung jawab,” kata Kepala Sekolah. 

***

“Dasar Sage, dia menghancurkan semua rencanaku!” gumam Rachel dengan nada kesal.

Karena insiden yang terjadi di aula cukup memakan waktu lama, tak terasa waktu jam pelajaran yang pertama telah habis. Waktunya jam makan, mereka sekarang sedang di kafetaria.

Rachel menginjak bungkusan burger di bawah sepatunya dengan jengkel. Dia melirik ke arah Hailey yang sedang menikmati makan siangnya. Tiba-tiba, dendam menguasai pikirannya. Dia berdiri dari kursinya dan menarik tongkat dari kantong roknya. Semua siswa yang sedang berada di kafetaria memperhatikan apa yang terjadi.

Hailey memutar kepalanya ke belakang. “Rachel?” Suara Hailey terdengar melengking.

Cahaya hitam keluar dari tongkat Rachel. Sihir yang berbahaya, dari mana dia belajar itu? pikir Hailey. Tongkat itu diarahkan tepat ke dada Hailey, tepat di mana jantungnya berada. Medan gaya terang berwarna hijau memancar dari bros zamrud milik Hailey. Rachel terlempar ke dalam tong yang penuh dengan sampah. Semua orang di kafetaria merasakan telinga mereka berdenging dengan nyaring. Hailey terlempar kencang dan punggungnya terbanting mengenai tembok bata.

Kepala Sekolah dan Ibu Jennifer bergegas mengendarai sapu terbang sekolah menuju kafetaria setelah melihat pancaran cahaya hijau mengenai kantor sekolah. “Apa yang terjadi di sini?!” teriak Kepala Sekolah, geram.

Sage menolong Hailey untuk bangun dari lantai dengan perlahan, tetapi tidak ada yang menolong Rachel bangun. Dia bermandikan sampah makanan yang sangat menjijikan.

“Ini akan membutuhkan penjelasan.” Kepala Sekolah menyilangkan tangannya di depan dada.

***

“Dan itulah yang terjadi.” Sage menutup penjelasannya.

Ibu Jennifer melirik ke arah Rachel dengan tajam. Rachel yang masih ditutupi sampah pun bergetar ketakutan.

“Hmm,” gumam Kepala Sekolah. “Sepertinya kita wajib memanggil orang tua—”

Rachel membeku dan terjatuh dari tempat duduknya. “Jangan keluarkan aku!” teriak Rachel dengan pasrah.

Seminggu setelah kejadian, Kepala Sekolah dan guru-guru memutuskan untuk mengeluarkan Rachel dari Sekolah Sihir Neamora.

“Ayo Rachel, jangan menyebalkan.” Ibu Williams tampak geram. Dengan langkah berat, Rachel dan ibunya berjalan keluar dari Sekolah Sihir Neamora.

Berita tentang murid Sekolah Sihir Neamora yang menggunakan sihir berbahaya mulai tersebar. Alfred Williams si penyihir terkenal, seketika kehilangan wajah di mata publik. Semua bisnis mereka mulai berguguran satu per satu. Keluarga Williams terpaksa merelakan uang dan hartanya terkuras untuk mencukupi gaya hidup mereka.

Sementara itu, Hailey akhirnya dapat menggunakan kekuatan sihirnya tanpa rasa khawatir. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, dia merasakan ada sesuatu yang salah.

***

Suatu hari, Hailey pergi ke WitchyMart untuk membeli telur naga. Saat akan membayar, dia mendengar suara yang dingin, tetapi cukup dikenal.

“Debit atau tunai?”

Hailey terkejut. “Rachel, apakah itu kau?” tanya Hailey. Perempuan itu melihat ke depan dan dia mundur selangkah. “Itu benar-benar kau.” Hailey melihat air mata perlahan muncul di pelupuk mata Rachel.

“Hailey. Maafkan aku!” kata Rachel.

Hailey membeku dan tidak tahu apa yang seharusnya dia katakan. Akhirnya Hailey tersenyum dengan hangat. “Aku memaafkanmu.”

“B-benarkah?” tanya Rachel. Hailey mengangguk-anggukkan kepalanya dengan perlahan.

Rachel mengambil napas panjang dan tersenyum manis, “Terima k-kasih.”

“Sama-sama,” timpal Hailey. Dia mengambil telurnya dan pulang. Hari itu merupakan hari pertama Hailey benar-benar merasa bebas dan bahagia.[]