Saya sudah dua bulan tinggal di Pare. Saya tinggal di Jalan Brawijaya No. 10, di Kost Putra Cassanova, persis di belakang Toko Material Sarana Bangunan. Pemilik kosnya bernama Bu Yuli. Saya mendapatkan informasi soal kost satu ini dari teman saya di Serang yang pernah mengambil program kursus sebelumnya di Pare. Namanya Jordy. Saat berkunjung ke kosannya di Jogja pada 17 Maret 2023 silam (sekarang ia sedang kuliah Jurusan Film di JFA, Jogja) saya banyak mengulik informasi soal Pare, lembaga kursus dan terakhir kos-kosan padanya. Ia merekomendasikan saya untuk tinggal di kost yang dulu pernah ia sewa di Pare, di Kost Putra Cassanova. Menurutnya sangat nyaman dan bersih.
“Di kosan gue yang dulu aja, Slur. Enak nyaman, bersih lagi. Tiap minggu diganti spreinya. Tinggal bawa badan aja deh,” jelasnya di satu kesempatan.
Pertama kali tiba di Pare tanggal 21 Maret 2023, saya langsung mendarat di Kost Cassanova yang direkomendasikan Jordy. Saya disambut Mas Agus, anak lelaki Bu Yuli tengah malam sekitar 23.30 WIB. Kondisi sepanjang Jalan Brawijaya malam itu sudah sangat sepi ditambah juga gerimis. Mas Agus langsung mengantar saya ke kamar yang telah saya pesan. Saya kebagian kamar No. 17. Letak kosannya, persis ada di atas rumah Bu Yuli. Jadi pintu masuknya adalah toko bangunan/material, melewati lorong toko, di bawah rumah pemilik kos, di atas, melewati tangga adalah kamar kost yang disewakan.
Ada 17 kamar yang tersedia di Kost Putra Cassanova. Kamar bisa diisi sendiri dan berdua. Tergantung permintaan penyewa. Jika permintaannya ingin sendiri, harganya Rp. 750.000. Jika ingin mengirit budget, ada yang Rp. 500.000 dan Rp. 450.000 untuk dua orang per-kamar. Perbedaanya apa? Bedanya untuk harga Rp. 500.000 kamarnya lebih luas dan fasilitasnya lebih lengkap. Seperti ada 2 kipas angina dan meja belajarn serta kursi yang tersedia di dalam kamar. Untuk harga Rp. 450.000 fasilitasnya biasa, seperti dua bed, dua lemari, satu meja kecil/laci & satu kipas angin.
Tapi yang membuat betah jika ngekost di sini adalah fasilitasnya yang lengkap. Bagaimana tidak, dengan harga Rp. 450.000 saya sudah mendapatkan fasilitas kamar yang nyaman dengan satu bed, satu lemari, satu kipas angin, free wifi (ada 4 source wifi gratis yang disediakan di sini), dua kulkas bersama, dapur bersama lengkap dengan alat masak dan LPG pun gratis, empat source galon gratis, kamar mandi yang bersih dengan air yang melimpah & setiap minggu kamar selalu diganti sprei dan dibersihkan oleh asisiten yang bekerja di sini.
“(Setiap hari area kost dibersihkan ya guys. Jadi bersih banget ini kos, like kost cewek. Dijamin betah sih)”.
Berhubung ramadhan kemarin saya habiskan di sini, jadi saya tidak mudik. Saya lebaran di Pare. Sepi memang, apalagi di kos. Hampir 80% penyewa mudik ke kampung halaman. Hanya sisa empat penghuni saja. Saya, Qoqoh, Anshori & Tono. Alasan saya tidak mudik tentu karena perkara budget. Saya pikir sayang jika saya mengeluarkan cost bolak-balik Pare-Bekasi. Hitungannya boros, lebih baik budget yang ada saya simpan untuk mengambil program kursus di pare yang relatif murah.
Saya pernah bilang ‘kan, bahkan ada kelas dua pekan yang harganya cuma Rp. 75.000. jadi saya mencoba memaksimalkan budget dan mengalihkannya ke pegambilan program kursus. Di samping, menurut saya dengan kecanggihan tekhnologi seperti sekarang, silaturahmi dengan keluarga bisa kita lakukan di mana pun. Tinggal video call beres. Sementara ini saya sudah mengambil beberapa subject course di beberapa lembaga, antara lain grammar, vocab dan speaking. Detailnya akan saya ceritakan ditulisan selanjutnya.
Kendati bebrapa penghuni kost ada yang tidak mudik, Bu Yuli dari jauh-jauh hari sudah menanyakan di grup WA (Jadi di kost kami ada grup komunikasi internal), siapa saja yang tidak mudik, beliau mengajak kami yang tidak mudik untuk open house di rumahnya (di lantai bawah kost kami). Dari bebrapa penghuni lama, saya mendapat info memang beliau sering mengadakan open house lebaran untuk mereka yang tidak mudik.
Biasanya beliau menyiapkan makanan khas lebaran; mulai dari makanan berat maupun kudapan/snack kue-kue lebaran. Tahun ini saya kebagian untuk merasakan momen tersebut. Bahkan sebelum Salat Id, beliau sudah mengirim text ke grup bahkan personal untuk setelah salat langsung ke rumah beliau untuk makan-makan.
“Mas Arip nanti beres solat langsung ke rumah Ibu ya. Ibu sudah masak rawon & sop buntut. Jangan kelamaan nanti keburu habis. Ajakin yang lain ya Mas,” ajak Bu Yuli.
Kurang baik apa coba Ibu Kost satu ini. Saya menghabiskan banyak makanan pagi itu bersama Tono. Yang lain sudah lebih dulu makan dan melanjutkan halal bi halal dengan temannya di Pare. Sedang saya dan Tono menghajar semua makanan yang tersedia di meja. Sop buntut hajar. Rawon hajar. Es buah hajar. Snack dan kue-kue khas lebaran pun ikut kami libas. Prinsip saya selama ada makanan jangan pernah disia-siakan. Satu lagi jangan pernah menyimpan kepribadian “malu-malu”. Bagi saya, malu-malu sama dengan lapar. Ada undangan makan ya hajar!
Episode lebaran ditutup dengan karokean bersama Bu Yuli dan keluarga di ruang tengah. Terima kasih banyak Bu. Ibu terlalu baik buat kami di Kost Cassanova.