Film Indiana Jones 5 yang diperankan oleh Harrison Ford kabarnya akan dirilis pada 2022. Film ini mengingatkan kita pada sang aktor ikonik seorang profesor arkeolog yang berlaga di film pertama Indiana Jones: Raiders of the Lost Ark (1981).

Yang menarik dan menjadi ciri khas di serial film tersebut ialah petualangan Indiana Jones memburu kepingan-kepingan sejarah melalui manuskrip di berbagai negeri. “Naskah kuno” menjadi jembatan utama sepanjang alur film tersebut.

Film ini bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia sebagai negeri yang memiliki kekayaan manuskrip atau naskah kuno yang melimpah ruah. Kita punya potensi besar melalui naskah Nusantara untuk mengadopsi ide kreatif seperti membuat film salah satunya. Termasuk juga alih media dari naskah kuno menjadi skenario, komik, atau novel. Namun sampai hari ini kita tidak banyak melihatnya kecuali hanya beberapa saja.

Di antara faktor penyebabnya mungkin karena adanya jarak antara kreator dengan pemilik naskah. Keduanya tidak banyak bertemu dalam satu forum dan tidak pula bertukar ide. Penulis skenario misalnya, tidak memiliki daya untuk mengakses manuskrip karena aksara yang digunakan berbeda dengan aksara latin yang biasa dibaca-tulisnya. Begitu pula, pemilik naskah kuno banyak bergiat di daerah sambil menjaga dan mengamalkan petuah dalam teks leluhurnya itu serta tidak tahu bagaimana cara mengkonversinya menjadi skrip film.

Dalam hal ini, Masyarakat Pernaskahan Nusantara atau Manassa memiliki peran penting dalam mengenalkan khazanah naskah Nusantara ke khalayak umum. Pada 25-26 Agustus 2021 lalu, sebuah Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara digelar. Momentum akbar ini merupakan kegiatan yang ke-18 sejak 1996. Diadakan secara berkala setiap dua tahun oleh Manassa.

Dalam perjalanannya hingga kini, Manassa memiliki 17 cabang yang tersebar di Indonesia, yaitu D.I. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Cirebon, Semarang, D.I. Yogyakarta, Solo, Surabaya, Jember, Pontianak, Bali, Lombok, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara. Bahkan, Manassa memiliki jaringan internasional di Malaysia, Brunei, Belanda, Jerman, dan Inggris.

Cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini Manassa juga memperingati dirgahayu seperempat abad. Penerbitan buku bergengsi telah siap diluncurkan. Seperti diketahui, Manassa merupakan organisasi yang menghimpun para ahli pernaskahan di Indonesia.

Organisasi ini didirikan oleh sejumlah sarjana filologi dan peminat kajian Naskah Nusantara yang semula berpusat di Universitas Indonesia (UI). Sejauh ini, Manassa telah menjelma menjadi sebuah organisasi profesi yang paling terdepan dalam mengawal tetap terjaganya eksistensi warisan budaya dalam bentuk manuskrip.

Para filolog menyepakati tema besar bertajuk “Naskah Nusantara: Identitas, Kebangsaan, dan Literasi Budaya”. Hal ini bertujuan untuk menjawab tantangan terkait peran dan fungsi naskah Nusantara di era kontemporer. Di samping akan mempertegas peran dan fungsi naskah Nusantara sebagai perekat identitas bangsa Indonesia sekaligus memperkuat wawasan kebangsaan.

Dari tema besar tersebut kemudian berkelindan membahas sepuluh hal (1) kebangsaan dan keragaman dalam naskah; (2) filologi, generasi muda, dan tantangan era digital; (3) naskah, wabah, dan kebencanaan; (4) jalur rempah dan budaya bahari dalam naskah; (5) kosmopolitanisme nusantara dalam naskah; (6)  naskah dan isu repatriasi; (7) tren komunitas pernaskahan nusantara; (8) isu perempuan dalam naskah; (9) naskah, lingkungan hidup, dan ketahanan pangan; dan (10) naskah dan ekonomi kreatif.

Sebanyak 23 makalah dan temuan yang berbasis naskah dipresentasikan. Tentunya karena pandemi Covid-19 masih belum usai, seluruh rangkaian acara diadakan secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting. Kegiatan rutin dua tahunan ini bertujuan untuk mendiskusikan temuan-temuan terbaru baik yang terkait penelitian akademik maupun kondisi terkini pernaskahan di Indonesia.

Ada banyak tokoh yang menjadi narasumber utama dalam momentum akbar itu. Setidaknya di antaranya ialah Prof. Dr. Achadiati Ikram, Guru Besar FIB Universitas Indonesia; Drs. Muhammad Syarif Bando, M.M., Kepala Perpustakaan Nasional RI; Prof. Dr. Nurhayati Rahman, Guru Besar Filologi Universitas Hasanuddin; Prof. Dr. Oman Fathurahman, Guru Besar Filologi UIN Jakarta; Dr. Munawar Holil, Ketua Manassa; Dr. Pramono, Filolog Universitas Andalas, dan lainnya.

Tidak ketinggalan pula, dalam kesempatan bergengsi ini Manassa memberikan penghargaan Pustaka Paripalana kepada Kementerian Agama RI, Perpustakaan RI, Kompas, Pikiran Rakyat, Metro TV, dan Daai TV. Lembaga dan instansi tersebut dinilai aktif dalam memberikan perhatian dan menyebarluaskan informasi mengenai dunia pernaskahan Nusantara. Rekaman video acara tesebut bisa disaksikan secara lengkap melalui dokumentasi Youtube di kanal Perpustakaan Nasional RI, Manassa, dan Dreamsea.

Tentu dari acara akbar ini kita berharap para fiolog Indonesia terus istikamah meneliti naskah Nusantara dengan senantiasa menyampaikan hasil temuannya ke publik. Juga kepada para kreator, penulis, dan sineas Indonesia semoga mau melirik naskah Nusantara sebagai benda berharga seperti dalam film Indiana Jones.