Kay memegang kepalanya. Ahhh… susah banget sih, batin Kay. Kay memandangi soal yang baru diberikan gurunya itu. Soal matematika tentang materi keliling lingkaran. Kay sangat membenci pelajaran yang satu ini. Baginya, matematika itu rumit dan membingungkan, harus menghafalkan rumusnya, simbolnya, memasukkan angka-angka ke rumus, menghitungnya dengan teliti dan sebagainya, itu adalah pendapat Kay. Kadang kala, Kay sungguh kesal pada orang yang menciptakan matematika. Kay juga heran pada beberapa temannya yang sangat suka dengan pelajaran matematika, termasuk Queen sahabatnya. Queen yang duduk di sebelahnya terlihat serius mengerjakan soal matematika.

“Akhirnya selesai juga,” kata Queen pelan. Kay terkejut.

“Cepat sekali, Queen!” ucap Kay.

“Tentu saja. Materinya sangat mudah,” ungkap Queen. Kay benar-benar tidak percaya bahwa Queen mengatakan ‘Materinya sangat mudah,’.

“Bagaimana mungkin itu mudah Queen?” tanya Kay pada Queen. Queen tersenyum.

“Kan tinggal hafalkan rumusnya, masukkan angkanya ke dalam rumus, hitung, selesai deh. Itu benar-benar asyik!” tambah Queen. Kay heran, Queen bisa menikmati pelajaran matematika itu dengan asyik. Berbeda sekali dengan dirinya.

“Mungkin terasa mudah bagimu. Namun, bagiku itu sungguh sulit dan membingungkan.” jawab Kay. Queen sudah hafal dengan Kay yang selalu mengeluhkan kemampuan matematikanya itu.

“Tetaplah berusaha, Kay!” saran Queen. Kay menghela napas. Ia yakin, dirinya tidak ada kepandaian di bidang matematika.

Pada waktu istirahat.

“Fiuh otakku rasanya panas karena berpikir keras mengerjakan soal matematika tadi,” keluh Kay. Queen hanya tersenyum.

“Segelas susu cokelat dingin ini semoga bisa mendinginkannya,” sambung Kay.

“Dasar Kay cupu, soal matematika gitu aja sulit!,” samber Nando yang mendengar keluhan Kay. Kay mendongak.

“Ada apa? Masalah buatmu!” ucap Kay setengah berteriak.

Kay sangat kesal dengan Nando. Nando selalu mengganggunya dan membullynya. Pernah dia secara sengaja meletakkan permen karet di sepatu Kay, mengejek nilai matematikanya, meledek kulit hitam dan tubuh Kay yang pendek dan seabrek keusilan lainnya.

Pluk! Nando menumpahkan susu cokelat dingin milik Kay ke dasi merah miliknya. Kay kaget. Ia tidak menyangka Nando akan berbuat setega itu.

“Hahahaha! Kini, bajumu kotor!” ledek Nando.

“Ih, jangan seenaknya begitu dong!” pekik Queen

“Memangnya kamu siapa, kok ngatur-ngatur hidupku?” tanya Nando.

“Meskipun hanya temanmu, aku tidak suka dengan kamu yang suka mengganggu Kay!” bela Queen. Queen menarik tangan Kay untuk masuk ke kelas.

“Uh kapan sih aku bisa mendapat nilai matematika yang bagus, supaya tidak diledek Nando lagi,” omel Kay.

“Kurasa aku punya solusinya,” timpal Queen seraya memasang muka serius. Kay pun penasaran dengan solusi Queen.

Rumah Queen sangat asri, bersih, besar dan mewah. Orang tua Queen memang kaya. Kay duduk di teras, Kay melamun. Tiba-tiba Queen keluar dari rumah menghampirinya.

“Sampai kapan mau melongo di situ?” goda Queen.

“Ayo masuk,” lanjut Queen. Kay mengangguk.

Queen mengajak Kay menuju kamarnya. Kamar Queen sangat luas didominasi warna ungu dengan hiasan cartoon narwhal.

“Cute banget hiasan kamarmu Queen,” puji Kay.

“Terima kasih,” jawab Queen.

“Ungu juga warna favoritku,” terang Kay.

“Wah sama dong, tos dulu,” mereka berdua ber-tos ria.

“Jadi belajar kan, kok malah bahas kamarku,” celetuk Queen tiba-tiba.

“Ya jadi dong, kan tujuan kita mau belajar bersama, aku harus belajar keras supaya Nando tidak mengejek nilai matematika-ku.” tegas Kay.

“Semangat Kay yuk!” seru Queen.

Setelah Queen menerangkan materi matematika, sekarang mereka mengerjakan soal latihan matematika tentang kelililing lingkaran. Kay akhirnya dapat menggunakan rumus dengan benar. Seusai mengerjakan soal, Queen mengoreksi pekerjaan Kay.

“Bagus Kay, semua yang kamu jawab benar semua!” puji Queen. Kay tersenyum senang. Ia berhasil mengerjakan 25 soal dengan cepat dan benar.

“Terima kasih sudah mengajariku, Queen!” kata Kay setelah belajar hampir dua jam.

“Sama-sama, Kay! Ingat-ingat caranya!” pesan Queen.

“Siap!” ucap Kay lalu menyambar tas ungu mudanya dan berpamitan pulang pada Queen.

“Alhamdulillah Queen nilai ulangan matematikaku hampir sempurna, hanya satu soal yang aku kurang teliti menghitungnya, padahal caranya sudah benar,” cerita Kay.

“Wah selamat Kay kamu hebat!” ucap Queen.

“Ih lebih hebat kamu, kamu tuh ya sudah cantik, pintar, tidak sombong, suka menolong, perfect lah pokoknya, sedangkan aku hanya remah-remah rengginang di pojok kaleng hehehe,” puji Kay.

“Ih jangan terlalu merendah ah, dan jangan memujiku berlebihan seperti itu, setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.” kata Queen bijak.

By the way terima kasih ya sudah mengajariku dan belajar bareng aku, nilai matematika-ku jadi bagus,” ucap Kay.

“Hasil tidak mengkhianati usaha, itu juga karena usahamu sendiri yang mau belajar keras jadi nilai matematika-mu bagus,” tukas Queen.

“Oiya besok kan ada ulangan tema 5 belajar bareng lagi yuk nanti, aku lebih semangat belajarnya kalau sama kamu,” pinta Kay.

“Iya boleh,” sahut Queen

“Bagaimana kalau gantian di rumahku, kamu mau kan?” tanya Kay.

“Dengan senang hati,” jawab Queen

“Silakan masuk Queen, itu Kay masih di toilet,” sambut mama Kay ketika Queen sudah di depan pagar rumah Kay.

“Iya Tante,” jawab Queen.

“Terima kasih ya mau belajar bareng Kay, Kay jadi semangat belajar, kalau belajar sendiri sukanya ngantuk,” ungkap mama Kay.

“Iya, sama-sama Tante, Saya juga bersemangat kalau belajar bareng,” sahut Queen.

“Queen belajar di ruang tamu sini aja ya,” tawar Kay yang sudah selesai dari toilet.

“Kay, hidangkan salak yang dari paman kemarin, makan sama Queen!” beritahu mama dari dapur.

“Iya Ma,” kata Kay.

Queen dan Kay belajar dari buku paket tema 5 kelas 6 SD, yakni tentang wirausaha. Mereka belajar dengan saling tanya jawab seperti kuis.

“Ahh, istirahat dulu ya, yuk Queen silakan makan salaknya, aku mau ambil minum dulu ya!” ucap Kay sambil berjalan ke dapur.

“Mengapa tidak segera dimakan? Apa kamu tidak suka salak, Queen?” tanya Kay ketika sudah balik dapur tapi salaknya belum dimakan.

“Mmm…tidak juga,” tukas Queen.

“Apa salak ini dikupas dengan pisau? Kamu belum menyediakan pisau,” tanya Queen bingung. Ternyata Queen tidak tahu cara mengupas salak.

“Ya ampun, beneran kamu gak bisa mengupas salak?” tanya Kay setengah menahan tawa. Queen hanya mengangguk.

“Emangnya selama ini kamu tidak pernah makan salak?” tanya Kay lagi.

“Pernah, namun sudah dikupaskan mamaku,” ungkap Queen. Kay tertawa.

Queen jadi malu karena benar-benar tidak tahu cara mengupas salak.

“Kay, kok tertawamu seperti itu ya, apa bedanya kamu sama Nando yang suka meledek ketika mengetahui kekurangan seseorang,” seru mama Kay yang kebetulan mendengar obrolan mereka berdua.

“Ups maaf Queen, maafkan aku bukan maksudku meledek, aku cuma heran,” kata Kay.

“Iya gapapa, tapi jangan bilang-bilang ke teman-teman ya kalau aku tidak bisa mengupas salak, aku malu,” sahut Queen

“Sini Queen, aku ajari cara mengupas salak!” ucap Kay.

“Begini Queen, ujung salak kamu pencet dan tarik kulit ujungnya, kemudian kupas keseluruhannya,” terang Kay.

“Aduh kayak ada tajam-tajamnya ya,” ucap Queen ketika mencoba membuka berdasarkan yang diajarkan Kay.

“Iya cuma perlu hati-hati sedikit,” saran Kay.

“Ih gak bisa ah,” tukas Queen.

“Jangan mudah menyerah gitu dong, pelan-pelan begini lho,” tutur Kay sambil mempraktekkannya.

“Nah gitu, mudah kan!” kata Kay ketika Queen hampir selesai mengupas salak.

“Usaha tidak mengkhianati hasil, seperti katamu, hehehe,” ucap Kay.

“Iya ya dalam hal mengupas salak ternyata aku hanya remah rengginang ya,” komentar Queen. Mereka berdua lalu tertawa bersama.