KURUNGBUKA.com, SERANG – Memeriahkan bulan bahasa, Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Banten bekerja sama dengan Gramedia Cilegon dan Sastra Grasindo menyelenggarakan #CacahanBuku “Fakta Di Balik Fiksi Karya-karya Kang Maman” bersama Maman Suherman pada Senin (23/10/2023) pukul 14.00 WIB di Gedung Arsip lantai 4 DPK Provinsi Banten.

Acara dibuka oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Banten, Usman Asshiddiqi Qohara, S.Sos, M.Si. Dalam sambutannya ia menyatakan rasa bahagianya sekaligus meminta evaluasi kepada masyarakat dan pegiat literasi atas program-programnya di DPK Provinsi Banten.

“Saya menginginkan bahwa apa yang telah kita lakukan selama ini diberikan evaluasi terutama bagi teman-teman pegiat literasi. Perubahan saat ini karena masukan dari berbagai pihak,” ucapnya.

Selanjutnya masuk ke acara utama yang dimoderatori oleh Munawir Syahidi dan dihadiri oleh puluhan mahasiswa, Pegiat Literasi, Pengelola TBM, serta pembaca buku Kang Maman yang membludak mengisi ruangan.

Kang Maman menyambut baik kegiatan yang ditaja oleh DPK Provinsi Banten ini, sebab ia mengaku di berbagai daerah perpustakaan selalu sepi karena tidak adanya kegiatan.

“Perpustakaan dianggap parkiran terakhir, padahal seharusnya pendidikan lanjutan dari mahasiswa S1, S2, dan masyarakat umum. Perpustakaan semestinya menjadi taman bermain yang menyenangkan,” jelasnya.

Lalu ia masuk ke materi tentang betapa pentingnya Iqra (membaca/red). “Dalam Alquran, kata Iqra disebutkan puluhan kali. Di negara dengan tingkat literasi tinggi seperti Finlandia, Denmark, Singapura menerapkan Iqra betul-betul, meskipun agama bukan jadi acuan hidupnya,” tambahnya.

Kang Maman menyebutkan orang yang mau membaca banyak buku dengan baik dan benar, maka ia akan pintar.

“Kalau kamu cerdas, kamu pinter, kamu intelek, kamu nggak akan ambil hak orang lain alias korupsi. Itu tarikan Iqra, akan berlanjut juga sampai menjadi negara paling bahagia. Hebat banget perintah Iqra itu. Orang cerdas pasti bisa jadi cahaya terang di negaranya,” sambungnya.

Mengutip petuah yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia dan pendiri Taman Siswa, Kang Maman menyampaikan bahwa sebelum ada teori pendidikan, Ki Hadjar Dewantara sudah lebih dulu mengenalkan konsep “Tri-Nga”.

“Ngerti, Ngrasa dan Nglakoni. Sekarang kita mengenalnya dengan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Ini baru literat,” ucapnya.

Dalam kesempatan kali ini ia mendukung para pegiat literasi untuk mendorong Gubernur Banten agar membuatkan Perda Literasi pertama di Indonesia. “Literasi itu soal dampak. Literasi tanpa aksi itu cuma fiksi. Fiksi tanpa makna,” ucapnya tegas.

Kemudian ia mengusulkan kepada Usman, Kepala Dinas DPK Provinsi Banten agar mengenalkan karya-karya penulis dari Banten.

“Coba misalnya di lantai dasar perpustakaan, munculkan karya-karya dan buku-buku Penulis Banten. Kalau itu terjadi, saya akan membanggakannya di mana pun bahwa di Perpustakaan Banten menampilkan buku dan karya Penulis Banten yang banyak banget itu. Ini penting sebagai pengenalan sejarah, dulu para penjajah memulai jajahan dengan menaklukkan Banten lebih dulu, kita kerajaan maju secara literatur. Saya sendiri tergerak setelah baca buku ‘Gempa Literasi’ karya Gol A Gong dan penulis Banten,” tutupnya disambut riuh tepuk tangan peserta yang hadir. (dhe)