Ada yang berbeda dari Diskusi Senja di Untirta edisi kedua yang dilaksanakan di Anak Sultan Coffee, Kamis (3/8/2020). Kali ini, diskusi diawali dengan mengheningkan cipta atau berdoa atas kepergian Kepala Unit Pengembangan Bisnis dan Kewirausahaan (UPBK) Untirta, Hendra Leo Munggaran.

Pada kesempatan tersebut, hadir Dekan FISIP Untirta, Ahmad Sihabudin, Dekan Fakultas Teknik Untirta Asep Ridwan, dan Pendiri Relawan Kampung, Muhammad Arif Kirdiat dan dimoderatori oleh Wakil Dekan III Fakultas Hukum Untirta, Rena Yulia. Hal yang menarik dari diksuksi ini juga adalah dilaksanakannya kegiatan secara daring di channel Youtube Untirta TV dan luring. seperti yang diungkap oleh Arif.

Arif yang dikenal sebagai pendiri Relawan Kampung menjelaskan dampak Covid-19 bagi warga kampung berdasarkan pengalaman ketika ia masuk ke kampung-kampung. Sebagai sampel, Arif menjelaskan bahwa penanggulangan Covid-19 masih jauh dari harapan.

Menurutnya, masih banyak warga yang tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk melindungi diri dari corona. Bahkan di wilayah perkampungan Lebak dan Ujung Kulon, Pandeglang, menurutnya, banyak yang belum mengetahui apa itu test SWAB, rapid tes, dan lain-lain.

“Padahal ini penting sebagai edukasi kepada masyarakat. Selain itu, orang yang berada di perkampungan merasa kesulitan ketika ingin berobat karena jarak dari rumah ke puskesmas atau rumah sakit cukup jauh dan berat diongkos,” katanya.

Selain itu, tingginya angka perceraian, menjadi salah satu dampak dari Covid-19 karena banyaknya warga kampung yang terkena PHK. Hal ini, menurut Arif, menjadi pekerjaan rumah yang paling krusial dan harus segera diselesaikan.

“Angka perceraian di perkampungan tinggi, makanya data-data ini harus diungkap sebenarnya. Mudah-mudahan nanti Untirta Press bisa membukukan hal-hal seperti itu yang terlupakan,” kata Arif.

Sementara itu, Asep Ridwan mengungkap bahwa ada hal yang perlu diperbaiki dari penanggulangan Covid-19 ini yakni terkait regulasinya. Asep menerangkan bahwa regulasi yang diberlakukan juga belum menjadi solusi yang tepat untuk saat ini. Peraturan tentang moda transportasi yang mengharuskan jumlah penumpang dibatasi hanya 50%.

Di satu sisi, regulasi tersebut merugikan pengusaha atau pemilik moda transportasi karena pemasukannya berkurang. Satu sisi lainnya, ketika biaya atau ongkos transportasi dinaikkan, masyarakat pengguna transportasi menjadi dirugikan. “Covid ini memang dilema bagi masyarakat Indonesia, ” sambungnya.

Lain hal dengan apa yang dikatakan oleh dekan FISIP Untirta, Ahmad Sihabudin. Ia mengatakan dalam menangani Covid-19, new media atau media daring yang gencar pada saat ini bisa menjadi solusi di era new normal ini. Misalnya bisa membatasi kontak langsung karena ada sarana jual beli, sistem pembelajaran dan beberapa aktivitas yang dilaksanakan dengan daring dengan syarat new media akan dirasa aman ketika tidak dibenturkan dengan SARA dan penguasa, karena pada kondisi seperti ini kebenaran akan tertutup oleh komentar negatif dari para netizen dengan penggiringan opini.

Agenda Diskusi Senja akan terus berlangsung kembali pada Kamis (11/9/2020) dengan menghadirkan Dahnil Anzar sebagai jubir Menteri Pertahanan RI. Diharapkan dengan agenda yang dilaksanakan bisa lebih meningkatkan kultur diskusi/inteletualitas kampus Untirta.(lemri/red)