SERANG – Dalam rangka menutup dan membuka tahun 2019-2020, Rumah Dunia seperti biasa akan menggelar acara Detik Akhir Detik Awal yang akan dilaksanakan Selasa, 31 Desember 2019 di Teater Terbuka Tasikardi Rumah Dunia mulai pukul 19.00 – 00.00 WIB.

Tema yang diusung kali ini adalah mengenang duka Selat Sunda. Hal ini tidak lain sebagai upaya merefleksikan kenangan tentang satu tahun kedukaan Banten dan kepedulian terhadap nilai kehidupan.

Rumah Dunia mencoba merangkumnya dengan pemutaran film, pidato kebudayaan, pembacaan puisi, musikalisasi puisi, musik akustik, penerbitan buku puisi “Kuterima Dukamu” & kenduri cinta.

Kegiatan ini akan dimeriahkan oleh serangkaian penyair Banten di antaranya: Toto ST Radik, Asqo L Fathir, Fahman, Wahyu Arya, Hilman Lemri, Giani Marisa, Rahmat Heldy Hs, Fuzi Faujiah, Abdul Salam Hs, Djoe Taufik, Diofany, Sohimi, Ega Eryani Setyatama, M. Rois Rinaldi, Aida Caren, Vivi Lutfi, Aditya Novaldi, Lisbu, Makelar Kopi Patah Hati & Paduraksa.

Sementara itu, pada acara malam pergantian tahun ini, titik fokus tertuju pada peluncuran buku puisi ‘Kuterima Dukamu’ yang ditulis oleh para penyair dari Banten. Menurut Presiden Rumah Dunia, peluncuran buku yang kali ini bertemakan Mengenang Duka Selat Sunda ini, setiap akhir tahun memang harus dilakukan supaya menjadi penanda atau dokumentasi sepanjang tahun yang telah dilewati.

“Saya kira memang buku puisi ini adalah bukti konkrit bahwa teman-teman seniman, temen-teman penyair terlihat tidak hanya sebatas melakukan gerakan, tetapi juga refleksi. Inilah saya kira bentuk kesenian, jadi kalau tidak ada yang menuliskan nanti akan lewat dan hilang. Saya kira kesenian seperti halnya puisi adalah pendokumentasian sejarah dan membuktikan bahwa kota ini hidup,” ujar Salam.

Selain itu, kurator buku puisi ‘Kuterima Dukamu’ Hilman Lemri mengatakan, puisi-puisi yang diterima sebagai bahan naskah untuk kumpulan buku puisi tersebut banyak mendapat antusiasme yang tinggi yang ditandai dengan banyaknya pengirim naskah.

“Harus diakui bahwa memang pemuda di Banten sebetulnya gandrung dengan puisi. Namun, saya dengan Asqo, harus menentukan siapa-siapa saja yang layak untuk masuk dalam kumpulan puisi ini. Ini hal terberat bagi kami. Sangat disayangkan memang tidak ada yang masuk karena persoalan isi puisi ada yang tidak sesuai tema, dari segi bahasa bahkan estetis,” katanya. (Lemri/red)